Anda di halaman 1dari 32

PENYIAPAN

SEDIAAN
FITOFARMAKA
Langkah-langkah penyiapan sediaan
fitofarmaka
 Penyediaan sediaan galenik (standardized
ekstrak/tincture.
 Penyusunan Formula
 Pengaturan dosis
 Pembuatan sediaan
Penyediaan sediaan galenik
 Sediaan galenik untuk pembuatan sediaan fitofarmaka
yaitu yang sudah terstandar yaitu dibuat dengan SOP
tertentu.
 Semua proses yang diperlukan harus sesuai SOP; mulai
dari pembuatan sediaan galenik, kualifikasi herbal (crude
drug), semua proses yang dilalui untuk menghasilkan
produk (final extract) dengan spesifikasi yg sdh
ditentukan.
 Meliputi:
Penyediaan…
 Bahan baku yg digunakan , solvent, Cara ekstraksi,
lama/waktu, suhu, penyaringan, pengeringan, semua
harus didokumentasikan/mengikuti SOP manufacturing
untuk memudahkan kontrol dan pengulangan proses.
 Untuk menjaga kualitas produk harus diperhatikan:

Good agriculture & collection practice (GACP), Good


Manufacturing Practice (GMP),
Good laboratory practice (GLP);
Penyediaan….
Setelah sediaan galenik selesai dibuat, dilakukan
deskripsi/evaluasi terhadap sediaan untuk selanjutnya
distandardisasi sesuai kebutuhan/ ketentuan yg
berlaku…..diperoleh ‘standardized extract’.
 Sediaan galenik tersebut harus tercantum informasi:

- quantity of extraction
- R/D ratio
- solvent
DEVELOPMENT OF STANDARDIZED PHYTOPHARMACEUTICALS

SELECTION OF PLANTS & PREPARATION OF THEIR EXTRACTS

STANDARDIZATION OF RELEVANT IN-VITRO MECHANISM BASED BIOASSAYS

SCREENING OF EXTRACTS

BIO-ACTIVITY GUIDED FRACTIONATION FOR ISOLATION, IDENTIFICATION AND


CHARACTERIZATION OF ACTIVE PRINCIPLE(S)

OPTIMIZATION OF THE EXTRACTION PROCEDURE

STANDARDIZED INGREDIENT/EXTRACT

DEVELOPMENT OF FINAL DOSAGE FORM

VALIDATION OF SAFETY AND EFFICACY


STANDARDIZATION OF PHYTOPHARMACEUTICALS

RADIOACTIVE CONTAMINANTS AUTHENTICATION ABSENCE OF PHYTOTOXIN

SOLVENT RESIDUES FOREIGN MATTER

MICROBIAL COUNT ORGANOLEPTIC EVALUATION

HEAVY METAL RESIDUES STANDARDIZATION MACROSCOPY & MICROSCOPY

PESTICIDE RESIDUES VOLATILE MATTER


DETERMINATION

MYCOTOXIN RESIDUES
ASH VALUES

CROMATOGRAPHIC ASSAY OF “BIO ACTIVE” / SUCCESSIVE


PROFILES MARKER COMPOUNDS EXTRACTIVE
VALUES
Quantity of extraction
 Kadar senyawa aktif dalam ekstrak (the quantity of
extractive) yaitu jumlah senyawa aktif yang
terlarut dalam ekstrak. Dinyatakan dalam
perbandingan; Contoh: Ekstrak (1:2) artinya 2ml
ekstrak setara dgn 1gram herbal kering.
 Kadar senyawa aktif dalam extract (Kadar ekstrak
penting diketahui utk menghitung dosis pada
sediaan fitofarmaka yg akan dibuat).
Drug-to-extract-ratio
 Drug-to-extract ratio, yaitu perbandingan
kandungan senyawa aktif dalam drug dan dalam
ekstrak.
 Drug-to-extract ratio: penting diketahui utk
menghitung dosis dalam sediaan nantinya.
(Wichti, 2004)
Drug….
 Drug to extract ratio, biasanya dinyatakan dalam
nilai range karena dari crude drug sebagai bahan
alam tidak selalu memiliki jumlah kandungan aktif
yang persis sama; misalnya dinyatakan D/E= (3-
6):1 atau nilai rata-rata 4,5 : 1.
Drug……….

 Angka pada ratio menunjukkan bahwa semakin


tinggi volume berarti semakin rendah extractive
contentnya; contoh: Drug-to-extract ratio (20:1)
berarti 5% extractive content.
 Drug-to-extract ratio (4:1) berarti terdapat 25%
extractive content.
solvent
 Jenis dan consentrasi solvent juga perlu
dicantumkan dalam hal diperlukan pengenceran
atau normalisasi.
Sediaan fitofarmaka
 Sediaan galenik/ekstrak yg diperoleh dicantumkan
deskripsinya meliputi:
- type active constituent (ekstrak/ tincture)
- jumlah senyawa terekstraksi dlm ekstrak.
- Drug-to-extract ratio
- indication,
- dayli dosage
Stabilisasi ekstrak
 Karena sediaan ekstrak umumnya disimpan sebagai
bahan baku untuk sediaan fitofarmaka selanjutnya
sehingga perlu dilakukan stabilisasi.
 Reaksi enzymatis terjadi pada kelembaban kurang
lebih 10%. Pertumbuhan mikroba tergantung pd
kelembaban produk.
 Kerusakan sediaan ekstrak cair jauh lebih cepat
terjadi. Kerusakan berupa:
Stabilisasi………
 a. Perubahan fisik: pembentukan endapan,
perubahan warna dsb.
b.Perubahan kimia: hydrolisis decomposisi,
racemasi, oksidasi ditandai dgn perubahan
bau, rasa.
c. Kerusakan krn mikroba: bertumbuhnya jamur yang
dapat dilihat adanya kekeruhan atau muncul sedimen.
Stabilisasi……
 Cara stabilisasi macam-macam antara lain dgn
pengeringan.
 Ekstrak dalam keadaan kering jauh lebih stabil;
dalam keadaan kering kemungkinan tumbuhnya
jamur dan terjadinya reaksi enzymatis dapat
dikurangi.
 Stabilisasi sediaan ekstrak cair harus diberikan
pengawet karena terbukti dgn kadar alkohol
sampai 40% pun masih dapat ditumbuhi jamur.
Dosage
(penghitungan dosis)
Cara penghitungan dosis umumnya mengacu
pada:
 Menurut dosis dalam Pharmacopee masing2
negara.
 Dosis menurut TCM dan Ayurveda India
 Dosis yg diperoleh berdasarkan hasil uji
farmakologi dan uji klinik.
Dosage……………….
 Pada obat tradisional China, rata-rata dosis herbal
3-10 gram herbal kering/hari dalam bentuk dekok,
tablet maupun bentuk yg lainnya. Dalam bentuk
granul biasanya 2 gram 3x sehari dan ini setara
dengan 6-10 gram herbal kering. (Tabel 1)
 Ayurveda, umumnya 1-6 g/hari sebg powder atau
tincture.
 Tabel 1. Comparison of dosages used in Chinese
Herband Western herbal
Chinese dosage g/day
medicine Western dosage g/day

Ephedra sinica 3-9 3-12 (decoction)


3-9 (extract)
Zingiber officinale 3-9 0.75-3 (decoction)
0.38-0.75 (tincture)
Taraxacum mongolicum 9-30 6-24 (decoction)
3-6 (tincture)
Glycyrrhiza uralensis 3-12 3-12 (decoction)
6-12 (extract)
Rheum palmatum 3-6 2.3-1.5 (decoction)
1.8-6 (extract)
Dosage……..
 The British Herbal pharmacopoeia
 System in the UK
 Farmakope Indonesia
 Modern Phytotherapy, menggunakan dosage yg
diperoleh melalui uji klinik.
Dosage ……….
 Pada sediaan fitofarmaka cair, biasanya diberikan
untuk pemakaian seminggu (7 hari) dengan dosis 3
kali sehari 1-2ml; sehingga dalam seminggu 7x3=
21x -----21-42ml/week.
 Kalau dosis 5ml/satu kali minum, maka dalam
seminggu utk 3x sehari menjadi 105 ml ; utk
penyiapan sediaan digunakan 100 ml.
Dosage…
 Jumlah herbalnya tidak boleh lebih dari 7 herbal.
 Kalau terpaksa lebih dari 7, maka volume sediaan
ditingkatkan (supaya efek terapy tercapai)
misalnya menjadi 150ml. Dosis 3x sehari 7.5ml
jadi vol sediaan kurang lebih 150-160ml.
Formulasi sediaan
 Seperti formulasi pada umumnya, formulasi
sediaan fitofarmaka juga terdiri dari :
a. Bahan utama, principal herbs (remedium
cardinale).
b. Secondary herbs.
c. Adjuvants, memiliki banyak fungsi yaitu:
homogenous agent, inert aromatic components,
flavor dll. Adjuvants biasa juga dikenal dgn istilah:
remedium corrigens, atau ornamental drugs.
Formulasi…
 Pada penyusunan formula sediaan fitofarmaka
hendaknya memperhatikan pula prinsip
(cleansing, heating, cooling, dan tonification) dan
strategi ( physiological enhancement, optimized
body chemistry, physiological compensation)
pengobatan dengan fitofarmaka.
Formulasi ……
 Untuk mencapai efek terapi yang diharapkan
seringkali dalam satu formula terdiri dari lebih satu
senyawa aktif demikian pula dalam formula
fitofarmaka; namun perlu diperhatikan:
a. Formulasi hendaknya sederhana
b. Mengandung tidak lebih dari 2 atau 3
macam ekstrak.
c. Menghindari mencampur beberapa ekstrak
dgn aktivitas yg sama.
Formulasi….
 Keuntungan formula sederhana:
a. Masalah pengontrolan dari bermacam bahan
aktif lebih mudah.
b. Intervensi antara ekstrak yg berbeda
dapat dikurangi.
c. Aktivitas therapeutic lebih jelas.
Beberapa masalah
pada formulasi ekstrak
 Kadar senyawa aktif rendah.
Senyawa aktif dalam ekstrak biasanya
konsentrasinya sangat rendah sehingga utk
mencapai dosis terapi diperlukan jumlah ekstrak
yg banyak utk sekali pemakaian akibatnya jumlah
tablet/capsul akan berjumlah banyak pada sekali
minum dan ini tidak nyaman bagi pasien.
Beberapa…..
 Sediaan kurang stabil.
 Sifat higroskopis;
 Sediaan ekstrak yg pekat atau kelarutan yg
kurang baik shg sering terbentuk kekeruhan
dalam larutan.
Beberapa ….
 Umumnya senyawa aktif dalam herbal bersifat
mudah larut dalam air yang juga memiliki
bioavalibitas rendah hal ini menjadi perhatian
khusus dalam peyusunan formula agar
bioavailibitas dapat ditingkatkan misalnya melalui
sistem delivery yg sesuai .
Bentuk sediaan fitofarmaka
 Sediaan padat: tablet, tablet salut gula, tablet
effervescens, tablet hisap, tablet lepas lambat,
kapsul gelatin keras, dan granul.
 Sediaan cair: sirup, drops, laruran, suspensi, soft
capsul, injeksi.
 Topikal: cream, salep, gel, suppositoria.
Contoh sediaan cair……….
 Babynos Drops
R/ Ekst. Foeniculi 32.0g
Ekstr. Chamomile 20.0g
Ekstr. Coriandri 20.0g
Excipient: sorbitol, propilenglicol, natr.
saccharinat
Sediaan cair……….
 Californian Fig-Syrup with senna
R/ Senna folium 11,70g
Ficus fructus 21,89 g
Excipient: Malt extract, wine palm root
extract, sucrose, dll.

Anda mungkin juga menyukai