Anda di halaman 1dari 25

FRATELLI TUTTI

RD. JELANTIK
Pengantar
• Titik tolak dan spirit dasar Ensiklik Fratelli Tutti dari Paus
Fransiskus ialah persaudaraan universal dalam cara hidup
Fransiskus Assisi: Ia memperlakukan segenap makhluk
sebagai saudara dan saudari. Santo Fransiskus mengajak
kita untuk mencintai sesama baik yang jauh maupun yang
dekat. Bagi Santo Fransiskus, semua makhluk adalah
saudara. Semua manusia makhluk dari daging [2].
• Fransiskus Assisi berani ‘keluar dari batas’: Ia berani
menjumpai Sultan Malik Al Kamil di Mesir pada masa
perang salib dengan membawa misi damai dan kasih, bukan
perang. Mengapa Fransiskus berani? Karena ia memiliki
damai otentik dalam dirinya.
• Dasar dari semangat damai itu ialah inti Injil: Allah adalah
kasih (Yoh 1 Yoh 4: 16). Semua manusia adalah anak-anak
yang dikasihi Bapa yang sama [3-4]. Titik tolak Fratelli
Tutti ialah komunitas segenap ciptaan, bukan individu [8].
BAB 1
BAYANGAN DUNIA YANG TERTUTUP
• memuat ajakan untuk melihat realitas dunia dengan jujur:
mengakui bahwa dunia masih ditutupi topeng yang
bernama kemajuan.
• Dalam situasi seperti ini, kita harus menyadari bahwa kita
berada dalam satu perahu. Kita mengupayakan
keselamatan sebagai satu persaudaraaan, bukan sebagai
individu. Indah rasanya bersolider sebagai saudara.
• Pandemi korona membuka topeng egoisme, dan menyingkap
kenyataan bahwa kita telah mengabaikan harta bersama yang
paling berharga, yaitu menjadi saudara satu sama lain [31-2].
• Di masa pandemi korona ini, apa yang disebut harapan itu justru
datang dari orang-orang biasa yang mendedikasikan hidupnya bagi
hidup sesama, yaitu para dokter, perawat, guru, petugas kebersihan,
penjaga keamanan, pedagang di pasar…. . Mereka adalah orang-
orang yang paham bahwa krisis global harus diatasi bersama,
bukan sendiri; mereka menunjukkan dengan jelas bahwa harapan
sejati terwujud dalam solidaritas dan pengorbanan [54-55].
BAB 2
ORANG ASING DI JALAN

• diawali dengan teks Gaudium et Spes (GS.1) dari Konsili


Vatikan II yang memuat pernyataan bahwa sukacita, harapan
dan kesedihan semua manusia adalah juga sukacita, harapan
dan kesedihan para pengikut Kristus.
• Paus lalu membentangkan teks Luk 10: 25-37, perumpamaan
tentang orang Samaria yang baik hati. Perumpamaan dengan
tema belas kasihan ini dikemukakan Yesus untuk menjawab
pertanyaan seorang ahli Taurat: ‘siapakah sesamaku manusia’?
• Dasar alkitabiah dari persaudaraan universal ialah
kesetaraan manusia di hadapan satu Pencipta (bdk Ayb 31:
15). Aku setara dengan saudaraku karena kami sama-sama
dijadikan dari rahim Tuhan; ia saudaraku, karena ia bukan
tiruan, tetapi dijadikan pula oleh Bapa. Kasih Tuhan
melampaui batas-batas buatan manusia. Ia menerbitkan
matahari bagi orang jahat maupun orang baik (Mat 5: 45).
Maka, hendaknya kalian menjadi sempurna seperti Bapamu
sempurna adanya (Luk 6: 36) [58-59].
BAB 3
MEMIKIRKAN DAN MELAHIRKAN DUNIA
YANG TERBUKA
• Apa tanda bahwa saya mengenal dan memaknai diriku dengan
baik?
• Itu terlihat ketika saya mampu membuka diri bagi relasi dengan
sesama. Menjadi utuh sebagai pribadi terjadi dalam
kebersamaan dengan sesama. Berelasi dengan sesama identik
dengan memilih hidup; sebaliknya tertutup bagi diri identik
dengan maut [87].Menjadi saudara dan sahabat bagi orang lain
berarti keluar dari egoisme untuk membangun relasi.
• Semua manusia memiliki benih kasih dalam dirinya. Kasih
itulah yang memungkinkan dia dapat berelasi dengan sesama.
Kasih menjadikan sikap seseorang atau kelompok menjadi
lebih inklusif. Dua orang yang saling mengasihi sebagai
pasangan hidup atau sahabat pun tidak menjadi eksklusif dan
tertutup, jika relasi yang dibangun sungguh otentik [88-89].
• Kasih menjadi dasar dari semua kebajikan lain dalam
membangun relasi dengan sesama. Dan sumber kasih ialah
Allah sendiri
• Kasih otentik mendorong keterbukaan kepada sesama
sebagai saudara dan saudari; kasih mengarahkan orang
kepada persaudaraan universal. Orang yang matang dalam
kasih tidak menjadikan diri sendiri sebagai pusat. Kasih
menjadikan orang mampu menerima sesama. Yesus
berkata: ‘kamu semua adalah saudara’ (Mat 23: 8).
• Kesediaan membuka batas diri dan kelompok inilah yang
kita butuhkah dalam dunia sekarang [95-96].
BAB 4
HATI YANG TERBUKA BAGI SELURUH DUNIA
• Paus menegaskan bahwa ketika visi persaudaraan universal
menyentuh kenyataan manusia sebagai makhluk daging, ia
menjadi visi imperatif: mengharuskan kita bertindak konkret.
• Ketika yang menjadi sesama kita adalah orang asing,
tantangan bagi kita menjadi lebih kompleks. Paus
menyerukan empat kata kerja yang merangkum sikap etis
kita kepada orang asing atau pendatang: menerima,
melindungi, meningkatkan, mengintegrasikan [128-129].
BAB 5
POLITIK TERBAIK
• Visi persaudaraan universal mengandaikan politik yang
sehat. Kita berhadapan dengan orientasi politik dunia, yang
sayangnya, menawarkan arah yang sangat berbeda [154].
• Bab ini memuat seruan Paus bagi para leader untuk
membangun paradigma politik yang sungguh berpihak pada
komunitas manusia. Paus berbicara tentang politik kasih.
BAB 6
DIALOG DAN PERSAHABATAN SOSIAL

• Mendekati, mengungkapkan, mendengarkan, mengetahui, mencoba


mengerti, mencari titik temu. Kata-kata ini terangkum dalam kata kerja
‘dialog’. Agar dapat saling berjumpa dan menolong, kita perlu berdialog.
• Apa yang terjadi di dunia jika tanpa orang-orang baik yang mau
mengupayakan dialog untuk kesatuan keluarga dan komunitas. Dialog
tak memunculkan berita seheboh berita bentrokan dan konflik, namun
secara diam-diam, jauh dari yang kita bayangkan, membantu dunia untuk
hidup lebih baik, jauh lebih baik [198]. Dasar terjauh dialog adalah
martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan.
BAB 7
JALAN PERJUMPAAN YANG BARU.
• Di banyak wilayah di dunia, ada upaya-upaya damai yang dibangun
dengan tujuan menyembuhkan luka traumatis, merajut damai, agar
terjadi perjumpaan baru dengan cara-cara yang cerdik dan berani
[225].
• Mengapa perlu perjumpaan baru?
• Sebab, telah terjadi begitu banyak pertentangan dan peperangan
antara umat manusia. Diperlukan pengakuan yang jujur akan apa
sesungguhnya yang terjadi, sehingga kebenaran sungguh terkuak,
dan perjumpaan baru diupayakan.
• Perjanjian damai di atas kertas saja tidak cukup. Kita
butuh penegakkan kebenaran. Dan kebenaran itu tidak
tercapai tanpa keadilan dan belas kasihan. Butuh sikap
jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi pada para
korban peperangan dan kekerasan, lalu diupayakan
rekonsiliasi dan pengampunan. Penegakan kebenaran
membutuhkan proses yang tak mudah [226-227].
BAB 8
PERAN AGAMA-AGAMA DALAM
PERSAUDARAAN DI DUNIA.
• Berdasarkan kesadaran akan kesetaraan manusia sebagai
anak Allah, kita semua, perempuan maupun laki-laki,
memainkan peran istimewa dalam menjalin damai dan
persaudaraan bagi umat manusia.
• Tujuan dialog antara agama-agama buka sekedar diplomasi
atau sopan-santun, melainkan menjalin persahabatan, damai
serta keharmonisan berdasarkan kasih dan kebenaran [271].

Anda mungkin juga menyukai