Anda di halaman 1dari 35

Journal Reading

Indah Dwi Rachmawati


H1AP20044

Pembimbing:
dr. Yosyi Oktahara, Sp. A, M.Kes
KEPANITERAAN KESEHATAN ANAK DAN REMAJA
UNIB-RS. M. Yunus
2023
Abstrak
Objektif Hasil
Anak-anak di bawah 5
tahun, terutama anak- • Anemia defisiensi besi umum
anak di bawah 2 tahun, terjadi pada anak-anak antara
termasuk kelompok yang usia 6 bulan dan 3 tahun
paling rentan terkena • Anak anemia : 10 kali lebih
anemia dan infeksi rentan terkena ISPA berulang
akut, 4 kali lebih rentan tertular
pneumonia dan risiko diare
sebesar 2,9 kali lipat pada balita
Metode
• PubMed : artikel Januari 2000 Kesimpulan
- Agustus 2021 dalam bahasa
Inggris Kerentanan tertinggi untuk infeksi
• Ekstraksi data dilakukan oleh dan perkembangan anemia 
dua peneliti suplemen gizi yang tidak memadai
• Menggunakan statistik
deskriptif
PICO

P I C O
Meningkatkan kejadian
ISPA, GEA dan ISK pada
Anak- anak
Anemia --- anak
Pendahuluan
• Seseorang dapat dianggap anemia ketika konsentrasi hemoglobin
darah di bawah 2 standar deviasi di bawah rata-rata usia
• Mekanisme utama yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anemia : Eritropoiesis yang tidak efektif, hemolisis,
dan kehilangan darah
• Faktor penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan
nutrisi (kekurangan zat besi), penyakit (malaria), dan kelainan
genetik hemoglobin (hemoglobinopati).
2 miliar orang di seluruh dunia menderita anemia : 50% disebabkan
oleh kekurangan zat besi  anemia defisiensi besi 50% anak sekolah
dan wanita, dan sekitar 80% anak prasekolah berusia 2 hingga 5 tahun

• Anemia defisiensi besi : Mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,


kematian anak, dan morbiditas

Besi memainkan peran penting dalam kekebalan bawaan dan


adaptif. Sebaliknya, terlalu banyak zat besi dalam tubuh
terbukti merusak mekanisme pertahanan tuan rumah.
• Infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran kemih (ISK), dan
gastroenteritis (GE) adalah entitas menular yang umum pada anak –
anak
• Dari beban tahunan 10 juta kematian di antara anak di bawah 5
tahun, sebagian besar terkait dengan penyakit menular : 22%
kematian yang disebabkan oleh diare (14-30%), 21% karena
pneumonia (14-24%), 9% karena malaria (6-13%), dan 1% menjadi
campak (1–9%).
• Beberapa determinan sosial utama yang memengaruhi mortalitas
dan morbiditas di bawah 5 tahun termasuk kemiskinan dan
malnutrisi.
Kelompok usia di bawah 5 tahun, terutama bayi dan anak di
bawah 2 tahun, merupakan kelompok yang paling rentan
mengalami anemia dan infeksi. Kajian ini dimaksudkan untuk
menilai hubungan antara anemia dan infeksi akut pada anak.
Bahan dan metode
PubMed :Januari 2000 - Agustus • Menggunakan statistik deskriptif
2021 dalam bahasa Inggris • Pencarian dan ekstraksi data
menggunakan istilah berikut: dilakukan oleh dua peneliti dengan
anemia dan infeksi saluran menggunakan metodologi yang
pernapasan akut pada anak-anak; sama
anemia dan infeksi saluran kemih • Menggunakan Comprehensive
pada anak-anak; anemia dan Meta-Analysis (CMA) software odds
gastroenteritis akut pada anak- ratios (OR), perbedaan rata-rata
anak. standar dihitung.
Hasil
Anemia dan Risiko Perkembangan ISPA

Beberapa penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan kadar hemoglobin dengan
risiko Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut pada anak. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa hemoglobin yang rendah merupakan faktor risiko ISPA akut terlepas dari etiologi anemia.
Dan juga ISPA berulang secara signifikan lebih umum di antara anak-anak anemia daripada
anak-anak nonanemik.

• Departemen Pediatri, Amrita Institute of Medical Sciences and Research Center Kochi,
Kerala, India  Studi tersebut mengungkapkan bahwa 74% dari kelompok studi dan 33%
dari kelompok kontrol menderita anemia. Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa anak-anak
dengan anemia 5,75 kali lebih berisiko terkena ISPA dari pada kontrol

Dari studi dan penelitian yang dimasukkan dalam jurnal ini juga menjelaskan bahwa kekurangan
zat besi adalah jenis anemia yang paling dominan.
Hasil
Pengaruh Anemia terhadap Keparahan Pneumonia

Penelitian di Quito, Ekuador, untuk mengetahui kemungkinan


efek interaksi antara polusi udara ambien dan malnutrisi,
khususnya anemia sebagai faktor risiko pneumonia pada anak

rawat inap karena pneumonia pada anak-anak dengan


paparan polusi udara yang lebih tinggi telah meningkat
dari 3,68 menjadi 6,82 dengan adanya anemia.
Hasil
Studi yang menilai Anemia dan Etiologi ISPA, USIA, dan ISK Di
antara anak
 ISPA :
 Bakteri : Staphylococcus aureus dan Klebsiella spp.
etiologi paling umum
 Satu studi  anak anemia 43% ISPA berasal dari virus,
respiratory syncytial virus (RSV) adalah etiologi yang
paling umum
 gastroenteritis akut : etiologi pada 65% kasus, dan dari mereka
rotavirus adalah yang paling umum
 ISK dengan anemia : pada 82% kasus, dan E. coli adalah yang paling
umum.
Patofisiologi: Anemia sebagai Faktor Risiko
Terjangkitnya ISPA dan GEA

 kemampuan neutrofil yang berkurang untuk membunuh bakteri patogen


 penelitian menunjukkan penurunan yang signifikan dalam pembunuhan
bakteri oleh leukosit polimorfo nuklear pada individu dengan defisiensi besi
 Zat besi diperlukan untuk proliferasi dan pematangan sel dalam sistem
kekebalan, khususnya limfosit, yang menjalankan respons imun spesifik
terhadap infeks

anemia  rendahnya pengiriman oksigen ke jaringan 


anak dengan anemia mengalami hipoksia yang lebih
signifikan selama episode pneumonia daripada anak yang
tidak anemia
Patofisiologi: Anemia sebagai Faktor Risiko
Terjangkitnya ISPA dan GEA

GEA : • Kurangnya zat besi jaringan dalam keadaan kronis


menyebabkan pembentukan epitel yang rusak 
integritas mukosa dan fungsi penyerapannya menurun
• melemahnya respon imun secara umum akibat anemia
akan meningkatkan risiko GE.

ISK : anemia tidak teridentifikasi sebagai faktor resiko ISK,


meskipun imunitas terganggu pada keadaan anemia.
Studi Menilai keduanya : ISPA dan GEA pada Anak

Sebuah studi cross-sectional dilakukan di distrik Wardha, India,


untuk menyelidiki prevalensi morbiditas masa kanak-kanak akut
dan faktor-faktor yang menentukannya  Anak dengan anemia
ringan 1,56 , anemia sedang 1,57, dan anemia berat 8,9 kali
berisiko mengalami ISPA atau AGE dibandingkan dengan anak
dengan hemoglobin normal.
Anemia dan Diare Persisten

Studi yang melibatkan 120 anak antara usia 1 bulan dan 10


tahun, dan mengungkapkan bahwa anemia merupakan faktor
risiko diare persisten dalam analisis univariat tetapi tidak
signifikan dalam analisis multivariat

Anemia dan Perkembangan ISK

anemia sel sabit  mengembangkan ISK  perubahan aliran


darah ginjal, menyebabkan nekrosis papiler ginjal dan
ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan dan
mengasamkan urin yang memicu pertumbuhan mikroorganisme
Anemia dan Diare Persisten

Studi yang melibatkan 120 anak antara usia 1 bulan dan 10


tahun, dan mengungkapkan bahwa anemia merupakan faktor
risiko diare persisten dalam analisis univariat tetapi tidak
signifikan dalam analisis multivariat

Anemia dan Perkembangan ISK

anemia sel sabit  mengembangkan ISK  perubahan aliran


darah ginjal, menyebabkan nekrosis papiler ginjal dan
ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan dan
mengasamkan urin yang memicu pertumbuhan mikroorganisme
Hemoglobinopathies dan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut
penyakit sel sabit dikaitkan dengan peningkatan keparahan dan
frekuensi influenza

Studi dengan Suplementasi Besi dan


Tindak Lanjut untuk Menilai Infeksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zat besi
meningkatkan status zat besi tubuh dan mengurangi kejadian
infeksi pada anak.
Anemia dan Perkembangan
Infeksi Berulang pada Anak
• Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa anak anemia lebih
rentan terkena infeksi dada berulang15,17,20 dan anak anemia 10
kali lebih rentan terkena infeksi dada berulang dibandingkan anak
non anemia (p < 0,05)
• Studi yang Tidak Mendukung Hipotesis:
• Sebuah studi di provinsi Maputo, pedesaan Mozambik
selatan, menilai epidemiologi dan presentasi klinis
infeksi  bahwa anak anemia memiliki frekuensi
infeksi yang lebih rendah sering tertular infeksi RSV (p
<0,05)
• penelitian di Kilimanjaro, Tanzania  kekurangan zat
besi tidak berdampak buruk pada imunitas yang
dimediasi sel, dan kekurangan zat besi yang sedang
akan melindungi terhadap ISPA
Diskusi
 Kekurangan zat besi adalah masalah kesehatan global, dan anemia
defisiensi besi umum terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 3 tahun 
usia yang sangat rentan untuk kontraksi ISPA dan GEA
 Anak-anak di bawah 5 tahun rata-rata menderita lima sampai enam
episode LRTI akut per tahun, dan pneumonia menyumbang jumlah
kematian tertinggi, yaitu sekitar 1,1 juta setiap tahun.
 Populasi anemia tertinggi di dunia terdapat di Asia Tenggara, sedangkan
pneumonia juga prevalen di Asia Tenggara dan Afrika.
Diskusi
 Studi lain mengidentifikasi bahwa usia antara 2 bulan - 1 tahun
memiliki jumlah ISPA terbanyak.
 Penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan gender terkait dengan
kontraksi ISPA akut.
 Beberapa penelitian secara khusus mengidentifikasi bahwa anemia
defisiensi besi sebagai faktor risiko berkembangnya LRTI akut
khususnya pneumo
 Anak-anak yang anemia meningkatkan kerentanan tertular LRTI akut
akan berkisar antara 2 hingga 5,7 dan 10 kali lebih rentan terkena
infeksi dada akut berulang dan 4 kali lebih rentan tertular pneumonia
 Anemia akan meningkatkan risiko diare sebesar 2,9 hingga 3,3 kali
lipat pada balita, sedangkan anemia ringan, anemia sedang, dan anemia
berat akan meningkatkan kerentanan terhadap kejadian GEA masing-
masing sebesar 1,6, 1,6, dan 8,9 kali
 Studi melaporkan bahwa perkembangan anemia ISK bukanlah faktor
risiko maupun faktor pelindung
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen zat besi mengurangi
kejadian ISPA
 Studi merekomendasikan  skrining untuk kadar hemoglobin yang
rendah pada semua bayi pada usia 9 sampai 12 bulan dan, jika
terindikasi secara klinis, skrining tambahan sebelum usia 5 tahun

 penelitian ini merekomendasikan untuk memulai terapi suplemen zat


besi oral jika tes skrining tidak tersedia dan tergantung pada
kecurigaan klinis anemia defisiensi besi
Kesimpulan
1. Anemia, khususnya anemia defisiensi besi, secara signifikan dapat
berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas pada anak-anak di
seluruh dunia
2. Anemia dapat diidentifikasi sebagai faktor risiko infeksi pada anak-anak.
3. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan yang kuat antara
anemia dan kontraksi ISPA dan AGE. Ada 2 hingga 5,7 kali risiko
tertular LRTI pada anak dengan anemia ringan hingga sedang dan 8,9
kali risiko tertular AGE pada anak dengan anemia berat.
4. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara anemia dan ISK pada anak.
5. Memperbaiki anemia gizi dapat memutus lingkaran setan anemia yang
menyebabkan infeksi dan infeksi yang menyebabkan anemia
Critical Appraisal journal
 Karena hasil meta-analisi yang ditampilkan tidak menunjukkan adanya data homogen atau
adanya heterogenisitas antara studi-studi yang dianalisis, jurnal hanya menampilkan
deskripsi dari setiap studi dan hasilnya. Walaupun hasil dari studi-studi mengarah ke
kesimpulan yang sama
 Terlepas dari penyebab anemia, banyak penelitian telah mengidentifikasi anemia sebagai
faktor risiko kontraksi LRTI akut. Dan beberapa penelitian secara khusus mengidentifikasi
bahwa anemia defisiensi besi sebagai faktor risiko berkembangnya LRTI akut khususnya
pneumonia.
 Anemia tidak teridentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya ISK pada anak meskipun
imunitas terganggu pada keadaan anemia.
 Dari beberapa penelitian disumpulkan bahwa anemia akan meningkatkan risiko diare
sebesar 2,9 hingga 3,3 kali lipat pada balita
 Anemia dapat diidentifikasi sebagai faktor risiko infeksi pada anak-anak.
 Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan yang kuat antara anemia dan
kontraksi ISPA dan AGE. Ada 2 hingga 5,7 kali risiko tertular LRTI pada anak
dengan anemia ringan hingga sedang dan 8,9 kali risiko tertular AGE pada anak
dengan anemia berat.
 Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara anemia dan ISK pada anak.
 Memperbaiki anemia gizi dapat memutus lingkaran setan anemia yang menyebabkan
infeksi dan infeksi yang menyebabkan anemia
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai