Anda di halaman 1dari 13

PRIMAL DUAL DAN

ANALISIS SENSITIVITAS
PADA METODE SIMPLEKS

KELOMPOK
3
Nama-nama Kelompok :

1. Maulana Icham Al Kubra (B1C120276)


2. Muhammad Faqih Abdurrahman (B1C120283)
3. Nur Lathifah (B1C120292)
4. Putri Jayasari (B1C120300)
5. Resti Narsi (B1C120309)
6. Sance Disela (B1C120316)
7. Sri Wahyuni (B1C120324)
8. Wa Ode Inda Maharani (B1C120332)
9. Widya Ningsih (B1C120339)
Konsep Dasar Primal Dual

Persoalan programa linier memiliki suatu persoalan kedua yang saling


berhubungan. Persoalan pertama yang mengacu pada formulasi awal masalah
programa linier di sebut sebagai primal. Sementara itu, persoalan kedua yang
pada dasarnya berhubungan dengan persoalan pertama dinamakan dengan
dual.

Sifat fundamental hubungan primal dual adalah bahwa solusi optimal pada
masalah primal atau dual juga memberikan solusi optimal pada masalah yang
lainnya
Hubungan Primal Dual

Hubungan primal dan dual dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Setiap pembatas pada persoalan pertama berhubungan dengan variabel pada persoalan
kedua.
2. Elemen ruas kanan pada pembatas menjadi koefisien fungsi tujuan pada persoalan kedua.
3. Koefisien fungsi tujuan pada persoalan pertama menjadi ruas kanan pada persoalan kedua.
4. Jika persoalan pertama maksimasi, maka persoalan kedua berbentuk minimasi dan
sebaliknya.
5. Jika persoalan maksimasi mempunyai tanda pembatas , maka persoalan minimasi
mempunyai tanda pembatas
Contoh :

Persoalan Primal
FT. Maksimasi = Xo = 5X1 + 12X2 + 4X3
Keterangan:
Kendala/pembatas:
XI + 2X2 + X3 ≤ 5  FT Primal (Maksimasi), sehingga FT Dual
(Minimasi).
2X1 - X2 + 3X3 = 2  Ruas kanan pembatas primal (5 dan 2) menjadi
XI, X2, X3 > 0  koefisien fungsi tujuan pada persoalan dual.
 Koefisien fungsi tujuan primal (5, 12, dan 4) menjadi
Penyelesaian: ruas kanan pembatas pada persoalan dual.
 Semua variabel (X1, X2, dan X3) pada persoalan
FT=Y₁ = 5Y1 + 2Y2 primal memiliki tanda ≥, sehingga semua pembatas
pada persoalan dual memiliki tanda ≥.
Kendala/pembatas:  Pembatas pertama pada persoalan primal memiliki
YI + 2Y2 ≥ 5 tanda ≤, sehingga variabel pertama (Y1) bertanda ≥.
 Pembatas kedua pada persoalan primal memiliki
2Y1 - Y2 ≥ 12 tanda =, sehingga variabel kedua (Y2) bertanda
YI + 3Y2 ≥ 4 unrestricted.
Y1 ≥ 0
Y2 unrestricted (tidak bertanda)
Solusi Optimum Persoalan Dual

1. Main Duality Theorem

Pada dasarnya, baik persoalan primal maupun persoalan dual akan


memiliki solusi optimal yang sama. Dalam bentuk standar, pembatas
mempunyai tanda (=). Jika pembatas pada persoalan prima (dual) memiliki
tanda (=), maka akan menjadi variabel yang tidak memiliki tanda
(unrestricted) pada persoalan dual (primal).
2. Weak Theorem of Complementary Slackness

Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah:

a. Jika suatu variabel primal Xj* bernilai positif, maka kendala dual akan dipenuhi sebagai suatu
persamaan pada keadaan optimum (variabel slack atau surplus pada kendala dual=0).
b. Jika suatu kendala primal berupa pertidaksamaan murni pada keadaan optimum (variabel slack atau
surplus pada kendala primal > 0), maka variabel dual yang berhubungan dengan Yi* harus sama
dengan nol pada kondisi optimum.
c. Jika suatu variabel dual Yi bernilai positif, maka kendala primal yang berhubungan akan memenuhi
persamaan pada keadaan optimum (variabel slack atau surplus pada kendala primal=0).
d. Jika suatu kendala dual berupa pertidaksamaan murni (variabel slack atau surplus pada kendala dual
> 0), maka variabel primal yang berhubungan Xj* = 0.
Sifat-Sifat Primal Dual
 Sifat I
Pada setiap iterasi secara metode simpleks, baik pada primal maupun pada dual, matriks di bawah
variabel basis awal (tidak termasuk koefisien fungsi tujuan), dapat digunakan untuk mendapatkan
koefisien fungsi tujuan yang berhubungan dengan variabel basis awal yang ada pada iterasi
tersebut.

 Sifat II
Pada setiap iterasi secara metode simpleks, dengan mensubstitusikan simpleks multiplier kepada
variabel-variabel pembatas dual (primal), koefisien fungsi tujuan primal (dual) pada iterasi tersebut
dapat ditentukan dengan perbedaan ruas kiri dan ruas kanan pembatas dual (primal) yang
berhubungan dengan variabel-variabel primal (dual) tersebut.
 Sifat III
Pada setiap iterasi secara metode simpleks, baik pada primal maupun pada dual, nilai variabel basis
pada iterasi dapat ditentukan dengan mengalikan matriks di bawah variabel basis awal (tidak
termasuk koefisien fungsi tujuan) dengan vektor kolom yang berisi elemen dari ruas kanan pembatas-
pembatas.

 Sifat IV
Pada setiap iterasi secara metode simpleks, baik pada primal maupun pada dual, koefisien-koefisie
fungsi pembatas pada iterasi tersebut dapat ditentukan dengan cara mengalikan matriks di bawa

variabel basis awal dengan vektor kolom dari koefisien fungsi pembatas pada tabel awal .
Dual Simpleks Method
Sifat II primal dan dual menerangkan bahwa dual simpleks method digunakan untuk
menyelesaike persoalan dual, yaitu dimulai pada kondisi dual yang tidak feasible. Syaratnya
adalah bahwa sem pembatas yang ada harus mempunyai tanda ketidaksamaan (2 atau ≤) atau
dalam bentuk kanonik Fungsi tujuan dapat berupa maksimasi atau dalam bentuk minimasi.
Setelah variabel slack ditambahkan dan persoalan disusun dalam bentuk tabel, maka jika ada
elemen-elemen ruas kant yang mempunyai tanda negatif dan persoalan berada dalam kondisi
optimality, maka persoalan dapa diselesaikan dengan Metode Dual Simpleks (dual simpleks
method).
Sama seperti pada metode simpleks biasa, dua simpleks method didasarkan pada kondisi-
kondisi optimality dan feasibility. Kondisi optimality menjamin solusi tetap optimal, sedangkan
kondisi feasibility mengharuskan solusi-solusi basis masuk ke dalam solution space.
Kondisi Feasibility:

Leaving variable adalah variabel yang mempunyai nilai negatif terbesar. Jika variabel basis menjadi
non-negatif, maka proses diakhiri dan solusi feasible (optimal) sudah tercapai.

Kondisi Optimality:

Entering variable dipilih di antara variabel-variabel non-basis dengan cara sebagai berikut:

1. Buat rasio antara koefisien ruas kiri persamaan XO dengan koefisien leaving variable. Dengan
mengabaikan rasio yang mempunyai penyebut positif atau nol, maka jika persoalan adalah
minimasi maka entering variable yang dipilih adalah variabel yang mempunyai rasio terkecil.
Sedangkan, jika persoalan adalah maksimasi, maka pilih rasio yang nilai absolutnya terkecil.
Jika semua penyebut mempunyai nilai positif atau nol, maka persoalan tidak mempunyai solusi
feasible.
2. Setelah entering variable dan leaving variable dipilih, dilakukan operasi baris biasa sampai
solusi feasible dan optimal tercapai.
Analisis Senstivitas Pada Metode Simpleks

Perubahan atau variasi dalam suatu masalah programa linier dipelajari melalui post optimality analysis
atau analisis sensitivitas. Melalui analisis sensitivitas dapat dievaluasi pengaruh perubahan perubahan
parameter dengan sedikit tambahan perhitungan berdasarkan tabel simpleks optimum Dalam
membicarakan analisis sensitivitas, perubahan-perubahan parameter dapat dikelompokkan menjadi:
1. Perubahan koefisien fungsi tujuan.
2. Perubahan pada ruas kanan pembatas.
3. Penambahan variabel baru.
4. Penambahan pembatas baru.
THANK YOU!!

Anda mungkin juga menyukai