Anda di halaman 1dari 24

FUNCTIONAL OUTCOMES OF

KINESIO TAPING VERSUS


STANDARD ORTHOTICS IN THE
MANAGEMENT OF SHIN SPLINT

PRESENTASI JURNAL
RESPAN PERDANA
DI BIMBING OLEH
PENDIDIKAN PROFESI
ANIK MUWARNI DARAJATUN SST. FT. Fis
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Identitas Jurnal
● Jurnal : The Journal of Sports Medicine and Physical
Fitness EDIZIONI MINERVA MEDICA
● Tahun : 2017
● Penulis : Shaji J. KACHANATHU, Fahad S. ALGARNI,
Shibili NUHMANI, Aqeel M. ALENAZI, Ashraf R.
HAFEZ, Abdulrahman D. ALGARN
● Penerbit : EDIZIONI MINERVA MEDICA
● Tujuan : Penelitian ini berusaha untuk membandingkan
hasil fungsional dari yang paling umum menggunakan
teknik anti-pronation, kinesio taping dengan standart
orthotics.
Introduction
Sprint, jogging dan maraton memiliki resiko
cidera. Salah satu cedera paling umum di antara
Pelari adalah Shin Splint (medial tibial stress
syndrome).

Penyebab tersering adalah peradangan


periosteum yang disebabkan oleh gaya tarikan
pada periosteum dari otot-otot tungkai bawah.
Shin splint berdampak besar pada Kemampuan pelari, hampir
setiap pelari akan mengalami shin splint setidaknya satukali.

prevalensi shin splint di seluruh dunia adalah 6% pada pria


dan 8% pada wanita. Berbagai studi populasi telah
melaporkan shin splint tertinggi 80% pada populasi atlet dan
60% pada olahraga lain.

Bahkan dengan munculnya program pencegahan ergonomis


dan teknik pelatihan tingkat lanjut, jumlah atlet yang
menderita shin splint terus meningkat.
Tujuan Penelitian

● Penelitian ini berusaha untuk membandingkan hasil


fungsional dari yang paling umum menggunakan
teknik anti-pronation, kinesio taping dengan standart
orthotics.
Kriteria
Inklusi Eksklusi
• Jenis kelamin laki-laki & Perempuan
• Berusia 20-30 tahun; ● fraktur stres,
• Kaki hiperpronasi (navicular drop 10 mm); ● tumor tulang,
• Riwayat atraumatik >1 minggu nyeri tibialis ● sindrom kompartemen,
medial diperburuk dengan berlari; ● anomali kongenital,
• Adanya setidaknya 10 cm palpasi difus ● insufisiensi vaskular,
• nyeri tekan pada dua pertiga distal aspek ● diketahui alergi terhadap tape,
posteromedial kaki dengan positif tes provokatif; ● dan cedera lain pada ekstremitas bawah
• Nyeri selama dorsofleksi pergelangan kaki pasif yang memerlukan pengurangan aktivitas
paksa; dan perawatan dari praktisi perawatan
• Dan nyeri saat pergelangan kaki aktif melawan kesehatan lain.
resistensi.
Alat Ukur
Visual
Analog
Scale
6-m single-leg distance
hop test
NAVICULAR
DROP TEST
Bahan dan Metode
Group 1 anti-pronation
kinesio taping

Sample
40 SAMPLE

Group 2 Standart Orthotic


random sampling
method
Bahan dan Metode

Pre
01 Group 1
Post
VAS, 6-m single-leg VAS, 6-m single-leg
distance hop test & NDT
distance hop test &
NDT 02 Group 2
l

Penelitian dilakukan
selama 1 minggu
INTERVENSI
GROUP A
Sebuah Y-strip tunggal KT diterapkan dimulai
dengan ankor ditempatkan pada sepertiga
proksimal tibia medial. Setiap setengah dari Y-
strip kemudian diterapkan sehingga terletak
anterior dan posterior malleolus medial dan
berakhir di bawah lengkung longitudinal
medial kaki. Tidak ada ketegangan yang
diterapkan pada ujung proksimal dan distal
pita, sedangkan pita dipasang dengan
tegangan 75%
INTERVENSI
GROUP B

Ortotic foot yang terdiri dari sol sepatu


semi-kaku non-kustom dengan dukungan
lengkungan medial diberikan kepada
semua subjek dalam kelompok ortotik.
Peserta dalam kelompok ini awalnya
dilatih dengan sol sepatu ortotic sehingga
terbiasa memakainya.
Exercise &
streching
Streching Group A & B

Kedua kelompok diminta untuk melakukan latihan peregangan


dan penguatan tiga kali sehari bersama dengan intervensi
masing-masing.
• Latihan peregangan terdiri dari berdiri di atas anak tangga
dengan ujung jari di atas tepi, lutut tetap lurus, dan tumit
diturunkan kearah anak tangga dan tahan selama 10–20 detik;
• Berdiri di tangga dengan tumit di atas tepi, berjongkok sedikit
dengan kedua lutut ditekuk dan tumit diturunkan kearah anak
tangga dan tahan selama 10–20 detik; dan diulang 10 kali.
strengthening

Latihan penguatan terdiri dari


• Berjalan dengan tumit (berjalan dengan tumit, menarik jari-jari
kaki ke arah tulang kering, dan berjalan 10 langkah),
• Mengangkat tumit (berdiri di lantai di samping meja untuk
menopang, mengangkat jari kaki, dan menahan selama 10-15
menit. detik),
• Latihan mengumpulkan handuk.
Hasil
Data deskriptif termasuk usia, tinggi, dan massa untuk pasien di
kedua kelompok cocok, dan perbedaan non-statistik ditemukan
pada awal. Perbandingan VAS antar kelompok mengungkapkan
perbedaan yang tidak signifikan antara mereka pada pra-intervensi
(p> 0,05) dan peningkatan yang signifikan untuk kedua kelompok
pasca-intervensi (p <0,05). Namun, perbandingan antar kelompok
nilai nyeri rata-rata menunjukkan peningkatan yang signifikan pada
kelompok taping dibandingkan dengan kelompok ortotik (p <0,05).
Perbandingan antar kelompok nilai NAVICULAR DROP TEST
mengungkapkan perbedaan yang tidak signifikan sebelum dan
sesudah intervensi (p > 0,05). Beberapa perubahan ditemukan
pada nilai rata-rata pasca intervensi, menunjukkan bahwa
kedua perlakuan memiliki efek pada tinggi navicular, tetapi
perbedaan antar kelompok tidak signifikan (p > 0,05).
Jarak hop pra-intervensi rata-rata tidak berbeda secara
signifikan antara kedua kelompok (p > 0,05); namun,
perbedaan jarak hop pasca-intervensi antar kelompok
signifikan (p <0,05). Selain itu, perubahan signifikan
diamati pada kelompok taping dibandingkan dengan
kelompok ortotik pada hari ke 7 (p <0,05)
Diskusi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hasil fungsional dari intervensi anti-pronasi
seperti kinesio taping dan ortotik standar dalam pengelolaan shin splint. Hasil studi
keseluruhan menunjukkan bahwa kedua kelompok mendapat manfaat dari intervensi.
Namun, intervensi kinesio taping menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam nyeri
dan jarak hop dibandingkan dengan intervensi ortotik standar. Perbedaan antarkelompok
yang tidak signifikan dalam navicular drop dicatat.
CONCLUSIO
N
Didapatkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
kinesio taping memainkan peran penting dalam
meningkatkan hasil fungsional dibandingkan dengan
ortotik dengan mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
aktivitas fungsional pada pasien dengan shin splint;
namun, koreksi navicular drop tidak cukup setelah kedua
intervensi. Penulis merekomendasikan kinesio taping
daripada orthotic untuk pengelolaan shin splint.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian

No Functions
1. Jurnal mudah
Kelebihan difahami
1
2. Penatalaksanaan
jelas

1. Waktu penelitian
2 Kekurangan terlalu singkat
2. Tidak ada gambar
Terimakasih hehe

Anda mungkin juga menyukai