Anda di halaman 1dari 4

HUKUM PIDANA

DR. ADOLOF SELEKY SH. MH


TINDAK PIDANA PERCOBAAN
PENGERTIAN & SIFAT PERCOBAAN

Percobaan melakukan kejahatan diatur dalam Buku I tentang Aturan Umum, Bab IV Pasal 53 ayat (1) dan 54
KUHP. Adapun bunyi dari pasal tersebut sebagai berikut :
Pasal 53 ayat (1):
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya
sendiri.
Pasal 54:
Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana.
Redaksi pasal tersebut diatas jelas tidak merupakan suatu definisi, tetapi hanyalah merupakan syarat-syarat
atau unsur-unsur yang menjadi batas antara percobaan yang dapat dipidana dan tidak dipidana.
Percobaan yang dapat dipidana menurut sistim KUHP bukanlah percobaan terhadap semua jenis tindak
pidana yang dapat dipidana hanyalah percobaan terhadap tindak pidana yang berupa kejahatan saja,
sedangkan percobaan terhadap pelanggaran tindak pidana tidak dapat dipidana hal ini jelas dalam Pasal 54
KUHP.
Hanya saja tidak semua percobaan terhadap kejahatan dapat dipidana, ada percobaan terhadap kejahatan-
kejahatan tertentu tidak dapat dipidana misalnya :
• Percobaan Duel/Perkelahian tanding (Pasal 184 ayat 5)
• Percobaan pengeniayaan ringan terhadap hewan (Pasal 302 ayat 4)
• Percobaan penganiyaan biasa (Pasal 351 ayat 5)
• Percobaan penganiyaan ringan (Pasal352 ayat 2)
MENGENAI SIFAT DARI PERCOBAAN ADA DUA PANDANGAN :

1. Percobaan dipandang sebagai strafausdehnungsgrund (dasar/alasan


memperluas dapat dipidananya orang)
Menurut pandangan ini, seseorang yang melakukan percobaan untuk melakukan suatu delik
meskipun tidak memenuhi semua unsur delik, tetap dapat dipidana apabila telah memenuhi
semua rumusan pasal 53.
Jadi sifat percobaan adalah untuk memperluas dapat dipidananya orang, bukan memperluas
rumusan delik. Dengan demikian menurut pandangan ini, percobaan tidaklah dipandang sebagai
jenis atau bentuk delik yang tersendiri (delictum sui generis) tetapi dipandang sebagai bentuk
delik yang tidak sempurna (onvolkomen delictsvrom).

2. Percobaan dipandang sebagai tatbestandausdehnungsgrund (dasar/alasan


memperluas dapat dipidananya perbuatan)
Menurut pandangan ini, percobaan melakukan suatu delik merupakan suatu kesatuan yang
bulat dan lengkap. Percobaan bukanlah bentuk delik yang tidak sempurna tetapi merupakan delik
yang sempurna hanya dalam bentuk yang khusus. Jadi merupakan suatu delik tersendiri (delictum
sui generis).
Dasar Patut Dipidananya Percobaan.
Mengenai dasar pemidanaan terhadap percobaan ini, terdapat beberapa teori
sebagai berikut :
• Teori Subjektif ; dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sikap batin
atau watak yang berbahaya dari si pembuat, (apabila sudah ada niat maka ada
perbuatan pelaksanaan). Termasuk penganut teori ini ialah van Hammel.
• Teori Objektif; dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sifat
berbahayanya perbuatan yang dilakukan oleh si pembuat (apabila kegiatan
sudah membahayakan orang lain).

Anda mungkin juga menyukai