Anda di halaman 1dari 45

PERKEMBANGAN KURIKULUM

Pasca kemerdekaan, Kurikulum Pendidikan


Nasional telah mengalami perubahan,
yaitu Kurikulum tahun 1947, Kurikulum
1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968,
Kurikulum 1975, Kurikulum 1984/CBSA,
Kurikulum 1994 /CBSA yang
disempurnakan, Kurikulum 2004/ KBK,
Kurikulum 2006/KTSP, Kurikulum 2013/K13
(KURTILAS),… K13 revisi
BEBERAPA ISTILAH
Satuan Pendidikan: Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Kurikulum: seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
KTSP: Kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Dokumen KTSP dikembangkan oleh Tim yang dibentuk satuan
pendidikan, mengacu pada SNP, kerangka dasar dan struktur kurikulum
2013, serta pedoman implementasi kurikulum, kemudian disahkan oleh
kepala Disdik
BEBERAPA ISTILAH
(Sambungan)
Visi: Cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga sekolah,
dirumuskan berdasarkan masukan seluruh warga sekolah.

Misi: Sesuatu yang harus dilaksanakan sebagai panjabaran visi yang


ditetapkan pada kurun waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi
penyusunan program, berdasarkan masukan seluruh warga sekolah.

Tujuan: Gambaran tigkat kualitas yang akan dicapai dalam kurun waktu
(periode) tertentu, mengacu pada karateristik, keunikan Satuan
Pendidikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
BEBERAPA ISTILAH
(Sambungan)
Karakter: Kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang dinamis
Kompetensi: Kemampuan memecahkan masalah kompleks.
Kompetensi abad 21, meliputi Creativity Thinking and innovation,
Critical Thinking and Problem Solving, Communication and
Collaboration, Information, Media and Technology Skills, Life and
Career Skills.
Literasi: Kemampuan membaca, kemampuan memahami konsep di
balik tulisan/ bahan bacaan dan kemampuan bernalar, menganalisis
suatu bacaan tersebut
Numerasi: kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan
keterampilan operasi hitung dalam memecahkan masalah praktis di
berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.
4C/HOTS: kemampuan/ keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
memuat Critical Thinking, Collaboration, Communication dan Creativity.
BEBERAPA ISTILAH
(Sambungan)
Visi: Cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga sekolah,
dirumuskan berdasarkan masukan seluruh warga sekolah.

Misi: Sesuatu yang harus dilaksanakan sebagai panjabaran visi yang


ditetapkan pada kurun waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi
penyusunan program, berdasarkan masukan seluruh warga sekolah.

Tujuan: Gambaran tigkat kualitas yang akan dicapai dalam kurun waktu
(periode) tertentu, mengacu pada karateristik, keunikan Satuan
Pendidikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
HASIL BEBERAPA TES ANAK INDONESIA

PIRLS (Progress International Reading


Literacy Study) , mengevaluasi kemampuan
membaca siswa kelas IV

PISA (Programme for International Student


Assessment), mengevaluasi kemampuan
siswa berusia 15 tahun dalam hal membaca,
matematika, dan sains

INAP (Indonesia National Assessment


Programme ), mengevaluasi kemampuan/
kompetensi siswa dalam hal membaca,
matematika, dan sains
Membangun Generasi Emas 2045 yang dibekali
Kecakapan Abad 21
Kecakapan Abad 21 yang dibutuhkan setiap siswa
1 2 3
Kualitas Karakter Literasi Dasar Kompetensi
Bagaimana siswa menerapkan Bagaimana siswa memecahkan
Bagaimana siswa beradaptasi
keterampilan dasar sehari-hari. masalah kompleks
pada lingkungan yang dinamis.

• Religius • Literasi bahasa • Berpikir kritis


• Nasionalis • Literasi numerasi • Kreativitas
• Mandiri • Literasi sains • Komunikasi
• Integritas • Literasi digital • Kolaborasi
• Gotong royong • Literasi finansial
• dll • Literasi budaya dan
kewargaan

KURIKULUM PEMBELAJARAN PERBUKUAN PENILAIAN


Kurkulum Kontekstual Pembelajaran Abad 21 Buku Pendamping Kk Penilaian Guru/ Sekolah
KTSP-K13 revisi Pembelajaran Saintific Buku Teks AKM
Kurikulum Vocasi Wholistic Learning Buku Pengayaan INAP
? ? Buku Bacaan Survey Internasional
Penguatan PPK

PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai


Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi
nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungiawab.
PPK

Nasionalisme

Religius Integritas

KUALITAS KARAKTER

Gotong
Mandiri
Royong
Religiositas
Sikap dan perilaku yang
taat/patuh dalam menjalankan Relasi dengan Sang Pencipta
ajaran agama yang  Beriman dan Bertaqwa
dipeluknya, bersikap toleran,  Menjalankan segala perintah-Nya
 Disiplin beribadah
mencintai alam dan selalu
menjalin kerukunan hidup Tuhan
antar sesama.

Relasi dengan sesama Individu Harmoni dengan alam


 Toleransi  Bersih
 Peduli Sosial  Peduli Lingkungan
 Memanfaatkan
lingkungan dengan bijak
Sesama Alam
Nasionalisme
 Mengapresiasi, menjaga, mengembangkan kekayaan
budaya bangsa sendiri (kebijaksanaan, keutamaan,
tradisi, nilai-nilai, pola pikir, mentalitas, karya budaya)
dan mampu mengapresi kekayaan budaya bangsa lain
sehingga semakin memperkuat jati diri bangsa

Indonesia.
Teks
Sub Nilai Karakter Nasionalisme:
 Cinta tanah air
 Semangat kebangsaan
 Menghargai kebhinnekaan
 teks  Rela berkorban
 Taat hukum
Kemandirian
 Sikap percaya pada kemampuan,
kekuatan, bakat dalam diri sendiri,
tidak tergantung pada orang lain

Sub Nilai Karakter Kemandirian:


 Kerja keras (etos kerja)
 Kreatif dan inovatif
 Disiplin
 Tahan banting
 Pembelajar sepanjang hayat
Gotong Royong
 Kemampuan bekerjasama untuk
memperjuangkan kebaikan
bersama bagi masyarakat luas,
terutama yang sangat
membutuhkan, marginal, dan
terabaikan di dalam masyarakat.

Sub Nilai Karakter Gotong


Royong:
 Kerjasama
 Solidaritas
 Kekeluargaan
 Aktif dalam gerakan komunitas
 Berorientasi pada
kemaslahatan bersama
Integritas
 Menyelaraskan pikiran,
perkataan dan perbuatan yang
merepresentasikan perilaku
bermoral yang kebenarannya
dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional.

Sub Nilai Karakter Integritas:


 Kejujuran
 Keteladanan
 Tanggungjawab
 Antikorupsi
 Komitmen moral
 Cinta pada kebenaran
STRATEGI PPK DI SEKOLAH
Penerapan PPK dapat dilakukan dengan tiga pendekatan utama yakni berbasis tindakan kelas,
berbasis budaya sekolah, dan berbasis partisipasi masyarakat (Kemendikbud, 2017:27).
Penerapan PPK berbasis tindakan kelas dimulai dengan pengintegrasian nilai-nilai PPK dalam
kurikulum. Tenaga pendidik menjadi fasilitator dalam mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK
menajdi proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, untuk menumbuhkan dan menguat kan
pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktekkan nilai-nilai utama PPK. Manaje men
kelas, menempatkan guru sebagai fasilitator yang berwenang dan otonom dalam proses
pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan menga jak
seluruh komu nitas kelas untuk membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran berjalan
efektif.
PPK berbasis budaya sekolah, kegiatan yang menciptakan iklim dan lingkungan sekolah mendukung
PPKsecara praksis melampaui ruang-ruang kelas dengan melibatkan seluruh sistem, struktur dan
pelaku pendidikan di sekolah, berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang mempre-
sentasikan nilai-nilai utama PPK menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasi-
kan dalam keseluruhan kegiatan sekolah secara komprehensif mencerminkan suasana dan
lingkungan sekolah yang kondusif.
Penerapan PPK berbasis partisipasi masyarakat, mendorong satuan pendidikan untuk terbuka,
berkolabo rasi dan bermitra dengan lembaga, organisasi, komunitas masyarakat lain di luar ling-
kungan sekolah, untuk lebih menguatkan pembentukan karakter peserta didik melalui tindakan
LITERASI
Gerakan Literasi
Keluarga
Gerakan
Gerakan Literasi Literasi
Sekolah Guru dan Tendik

GERAKAN
LITERASI
NASIONAL
Gerakan Literasi Gerakan Literasi
Masyarakat Bahasa dan Sastra

Gerakan Literasi
Budaya
LITERASI
Literasi adalah kemampuan bernalar menggunakan bahasa. "Literasi
itu bukan hanya kemampuan membaca, literasi adalah kemampuan
menganalisis suatu bacaan serta kemampuan memahami konsep di
balik tulisan/ bacaan tersebut,"
Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga
mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat.
Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait
dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003).
Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi
terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan,
menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan
terorganisasi, mengguna kan dan mengomunikasikan informasi untuk
mengatasi berbagai persoalan
KOMPONEN LITERASI

Definisi Indikator

SEKOLAH
 Melek pengetahuan dan kemampuan
- Skor PISA literasi membaca
membaca dan menulis, mencari,
- Skor PIRLS literasi membaca
menelusuri, mengolah dan memahami
- Rata-rata nilai UN Bahasa Indonesia
informasi untuk menganalisis,
- Rata-rata skor UKG Guru Bahasa Indonesia
menanggapi, dan menggunakan
bahasa dan sastra secara cendekia.

1.Literasi Baca
KELUARGA
dan Tulis Jumlah bahan bacaan literasi bahasa yang
dimiliki setiap keluarga

MASYARAKAT
- Angka melek aksara
- Publikasi buku per tahun
Definisi Indikator
• menggunakan berbagai macam SEKOLAH
angka dan simbol-simbol yang Jumlah kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan
terkait dengan matematika dasar numerasi berbasis proyek
untuk memecahkan masalah praktis Peningkatan kecakapan multiliterasi melalui numerasi
dalam berbagai macam konteks Tumbuhnya pandangan dan sikap positif terhadap
numerasi
kehidupan sehari-hari.
• menganalisis informasi dan mampu
mengolahnya ke dalam berbagai
KELUARGA
2.Literasi Numerasi macam bentuk presentasi numerasi Jumlah dan variasi bahan bacaan numerasi yang
(grafik, tabel, bagan, dsb.). dimiliki setiap keluarga.
• membangun interpretasi terhadap Peningkatan frekuensi pemanfaatn bahan bacaan
informasi angka dan simbol numerik numerasi
lainnya. Peningkatan frekuensi kesempatan anak
mengaplikasikan numerasi dalam kehidupan
sehari-hari

MASYARAKAT
Jumlah dan variasi bahan bacaan numerasi yang
dimiliki setiap desa
Peningkatan frekuensi pemanfaatan bahan bacaan
numerasi
Definisi Indikator

 Kemampuan untuk menggunakan SEKOLAH


pengetahuan sains, mengidentifikasi − Skor PISA literasi sains
pertanyaan, menarik kesimpulan dalam − Skor TIMSS literasi sains
rangka memahami serta membuat − Rata-rata skor UKG Guru IPA
keputusan yang berkenaan dengan alam. − Rata-rata nilai UN IPA
 Seseorang disebut literat terhadap sains,
jika memiliki kompetensi untuk:
1. Menjelaskan fenomena sains
2. Mengevaluasi & mendesain
3.Literasi Sains pengetahuan & keterampilan sains KELUARGA
secara mandiri Jumlah bahan bacaan literasi sains yang dimiliki
3. Menginterpretasi data & bukti sains setiap keluarga

MASYARAKAT
Jumlah program yang berkaitan dengan lingkungan
dalam suatu daerah
Definisi Indikator

• Kecakapan (life skills) yang tidak SEKOLAH


hanya melibatkan kemampuan − Ketersediaan akses internet di sekolah
penggunaan perangkat teknologi, − Bahan literasi digital yang ada di sekolah
informasi dan komunikasi
semata, tetapi juga kemampuan
bersosialisasi, kemampuan dalam KELUARGA
pembelajaran, maupun memiliki Jumlah penduduk yang menggunakan komputer
sikap, berpikir kritis, kreatif, serta dan gawai berdasarkan kelompok umur, jenis
4.Literasi Digital inspiratif sebagai kompetensi kelamin, tempat tinggal, dan lama waktu
digital.
penggunaan per hari.

MASYARAKAT
− Jumlah penduduk yang mengakses internet berdasarkan
kelompok umur, jenis kelamin, tempat tinggal & lama
waktu penggunaan / hari.
− Penurunan angka penduduk yang terjerat kasus
pelanggaran UU ITE menurut kelompok umur
Definisi Indikator

 Kemampuan untuk memahami SEKOLAH


bagaimana uang berpengaruh di dunia Jumlah siswa dan guru yang menggunakan
(bagaimana seseorang mengatur untuk produk layanan tabungan dan koperasi
menghasilkan uang, mengelola uang,
menginvestasikan uang dan
menyumbangkan uang untuk menolong
sesama). KELUARGA
 Rangkaian proses atau aktivitas untuk
5.Literasi Finansial meningkatkan pengetahuan, keyakinan, Penurunan tingkat kemiskinan penduduk
dan keterampilan konsumen dan Indonesia
masyarakat sehingga mereka mampu
mengelola keuangan dengan baik.
MASYARAKAT
Jumlah penduduk usia produktif yang menggunakan
produk layanan jasa keuangan (Tabungan, Asuransi,
Saham, Lembaga Pendanaan, Dana Pensiun, Industri
jasa keuangan syariah)
Jumlah uang kartal yang beredar berkurang
Definisi Indikator

 Kemampuan untuk
SEKOLAH
memahami, menghargai 1.Rata-rata nilai USBN - PKn
dan berpartisipasi secara
2.Jumlah sekolah yang memiliki aktivitas seni budaya
mahir dalam budaya.
& bahasa daerah (mulok, ekstrakulikuler)
 Kemampuan untuk
berpartisipasi secara aktif
dan menginisiasi perubahan
KELUARGA
dalam komunitas dan
6.Literasi Budaya dan lingkungan sosial yang lebih Penggunaan bahasa daerah di lingkungan keluarga
Kewargaan besar. Penurunan angka kejahatan dan pelanggaran anak
di bawah umur

MASYARAKAT
Jumlah penduduk Indonesia yang menguasai
bahasa dan seni budaya daerah masing-masing
Angka partisipasi dalam pemilu
GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)

GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen.


Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca
peserta didik. Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan
diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan
berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan
pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.

Prinsip-prinsip Literasi Sekolah:


1. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi.
2. Program literasi yang baik bersifat berimbang
3. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum
4. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun
5. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan
6. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman
TAHAPAN PELAKSANAAN GLS

Tahap ke-3:
Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi

Tahap ke-2: Pengembangan minat baca


untuk meningkatkan kemampuan literasi

Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca


yang menyenangkan di ekosistem
Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi


1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi,
bimbingan konseling). 2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua
peserta didik. 3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas. 4) Buku dan materi bacaan lain
tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.5) Kantor kepala sekolah
memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak. 6) Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah.
Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat
Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara
hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan. 2) Kepala sekolah terlibat
aktif dalam pengembangan literasi. 3) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan Hari
Kartini dengan membaca surat-suratnya. 4) Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-
masing.
5) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait
dengan pelaksanaannya.6) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program
literasi.
Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
1) Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained
silent reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu
(guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation).3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak
dikorban kan untuk kepentingan lain. 4) Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah.5)
Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis
ilmu pengetahuan.
NUMERASI
STRATEGI PENGUATAN NUMERASI

1. Strategi Implementasi pada Lingkungan Fisik dan Membangun Lingkungan Berkarya (Makerspace)

 Pengembangan sarana penunjang dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran
numerasi sehingga tercipta ekosistem yang kaya numerasi
 Tampilan informasi yang memunculkan numerasi dalam berbagai konteks. Misalnya, di kamar kecil dapat
ditampilkan informasi mengenai berapa jumlah volume airyang diboroskan jika keran tidak tertutup
penuh dan masih meneteskan air selama satu hari, atau informasi mengenai bagaimana memperkirakan
waktu 20 detik untuk mencuci tangan dengan sabun sebagai protokol kesehatan.
 Tampilan informasi yang biasanya hanya dalam bentuk teks, dapat diperkaya dengan unsur numerasi.
Misalnya, staf perpustakaan dapat menampilkan informasi mengenai jumlah peminjam buku (contoh:
berdasarkan genre, gender, dan sebagainya) setiap bulannya dengan menggunakan diagram lingkaran,
tabel, atau grafik.
 Pemanfaatan fasilitas di sekolah untuk tampilan-tampilan numerasi, misalnya, alat pengukuran tinggi
badan, termometer suhu ruangan, dan nomor ruang kelas yang menarik.
 Tersedianya fasilitas atau tampilan-tampilan numerasi di taman sekolah yang mendorong peserta didik
untuk bermain numerasi
 Ketersediaan lingkungan atau ruang berkarya untuk numerasi yang memberikan kesempatan peserta didik
untuk berinteraksi melalui alat matematika dan permainan tradisional maupun permainan papan (board
games) yang membutuhkan dan melatih keterampilan numerasi.
Strategi Implementasi pada Lingkungan Sosial-Afektif
 Pesan positif (growth mindset) bahwa semua peserta didik memiliki kapasitas dan kemampuan untuk
menjadi numerat (yaitu seorang yang dapat menggunakan fakta, konsep, keterampilan, dan alat
matematika untuk memecahkan masalah pada berbagai konteks).
 Guru dan orang tua mengomunikasikan growth mindset kepada peserta didik secara konsisten, baik secara
lisan maupun melalui perlakuan kepada peserta didik. Adanya dialog antara guru dan orang tua untuk
membicarakan berbagai strategi yang dapat digunakan, serta proses tindak lanjut yang dilakukan.
 Mengangkat topik mengenai pekerjaan di masa yang akan datang dan peran penting matematika.
 Mengubah paradigma bahwa mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik merupakan
tanggung jawab semua pihak (guru semua mata pelajaran, staf, orang tua, dan pemangku kepentingan
lainnya).
Strategi Implementasi pada Lingkungan Akademis
 Penyediaan buku-buku yang berkaitan dengan numerasi, baik buku bacaan fiksi, nonfiksi, cara
mengajarkan numerasi, maupun cara membuat alat peraga numerasi di perpustakaan sekolah.
Sebagai contoh, berikut tautan sebuah buku yang dibuat sebagai hasil praktik baik dari guru dalam
pembuatan alat peraga matematika yang dapat digunakan di kelas
 Program numerasi sekolah untuk mengaitkan matematika dengan kehidupan nyata, misalnya
berupa seri topik mengenai matematika dalam kehidupan di rumah, matematika dalam berbagai
pekerjaan yang ada saat ini, matematika dalam pekerjaan di masa depan, dan matematika di
kehidupan bermasyarakat.
 Program membuat permainan numerasi yang mengundang peserta didik dan orang tua untuk
membuat dan memain_x0002_kan permainan numerasi sederhana yang dapat dibawa pulang un tuk
dimainkan di rumah
Strategi Implementasi pada LingkunganAkademis-Pembelajaran
 Numerasi dalam Pembelajaran Matematika:
memberikan perhatian khusus pada guru yang bersangkutan bagaimana
matematika digunakan di luar kelas matematika.
 memberikan perhatian pada konteks kehidupan nyata
 penerapan pengetahuan matematika
 penggunaan alat fisik, representasi dan digital
 peningkatan sikap positif terhadap penggunaan matematika untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari
 Numerasi dalam Pembelajaran Non Matematika:
memberikan peran aktif pada guru mapel non matematika untuk
mengidentifikasi kesempatan numerasi di dalam mata pelajaran yang
diampunya dan menstimulasi diskusi mengenai numerasi dalam semua
kurikulum semua mata pelajaran atau menanamkan numerasi dalam mapel
yang mereka ajarkan tanpa kehilangan fokus pada mapel tersebut.

 Menganalisis kurikulum mata pelajaran untuk mengidentifikasi tuntutan numerasi


spesifik mata pelajaran
 Memberikan pengalaman dan peluang belajar yang mendukung penerapan
pengetahuan dan keterampilan matematika umum peserta didik
 Langkah Pengembangan Aktivitas Penguatan Numerasi: (1).Memilih KD untuk
dilakukan penguatan numerasi, (2).Menentukan tuntutan numerasi untuk KD tersebut,
(3).Menentukan aktivitas numerasi yang dapat disematkan dalam pembelajaran, dan
(4).Menetapkan alat (tools) matematika dan istilah (terminologi) matematika yang
digunakan dalam aktivitas
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi/HOT
Proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, memba- ngun representasi,
menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar (Resnick
,1987).
Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah
yang penting dalam proses pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding),
dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir
tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta
(creating).

Urgensi Keterampilan berfikir Tingkat Tinggi


• Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer of Knowledge
• Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking
• Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Problem Solving
• Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sejalan dengan Tuntutan kompetensi abad 21
(Creativity Thinking and innovation, Critical Thinking and Problem Solving, Communication and Collaboration,
Information, Media and Technology Skills, Life & Career Skills).
Strategi:
Menyiapkan kondisi lingkungan belajar yang efektif,
Merancang penerapan pembelajaran HOT,
Penerapan Model Pembelajaran scientific
BEBAN KERJA KEPSEK
(Permendikbud No.15/ 2018)

Manajerial (14-16 Jam/Mgg): Merencanakan Program Sekolah,


Mengelola SNP, Melaksanakan Pengawasan dan Evaluasi,
Melaksanakan kepemimpinan sekolah, Mengelola SIM

Pengembangan Kewirausahaan (3-4 Jam/Mgg): Menyusun Program


Pengembangan Kewirausahaan, Melaksanakan Program, dan
Melakukan Evaluasi Program Pengembangan Kewirausahaan.

Supervisi (6-10 jam/Mgg): Menyusun program, Melaksanakan program


supervisi guru dan tenaga kependidikan, Menindaklanjuti hasil
supervisi, Melaksanakan Evaluasi supervisi guru dan tenaga
kependidikan.
DOKUMEN PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH

Sekolah wajib memiliki pedoman pengelolaan yang meliputi:


1 Program Sekolah (RKJM, RKT)
2. KTSP,
3. kalender pendidikan/akademik,
4. struktur organisasi,
5. pembagian tugas guru/TAS,
6. Peraturan Aakademik,
7. Tata Tertib,
8. Kode Etik,
9. biaya operasional (RKAS)
DOKUMEN KTSP
a. Dokumen 1
b. Dokumen 2
b. Dokumen 3
Kepala sekolah bersama guru mengembangkan kurikulum Sekolah sesuai
dengan pedoman pengembangan KTSP dengan melibatkan unsur:
(1) konselor/guru BK, (2) pengawas sekolah, (3) narasumber, (4) komite
sekolah, (5) penyelenggara lembaga pendidikan lain yang relevan.
Sekolah agar membentuk Tim pengembang yang terdiri atas: kepala sekolah
sebagai ketua merangkap anggota, guru-guru, dan konselor. Koordinasi dan
supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan
tingkat kabupaten/kota untuk SMP
Sekolah/madrasah mengembangkan kurikulum sesuai dengan POP KTSP
yang meliputi tahapan berikut: (1) Kajian Materi/Analisis, (2) Penyusunan, (3)
Penetapan, (4) Pengesahan
DASAR HUKUM
1.Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan,
2.Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah
3.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, kemudian diubah
kembali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015, Jo
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan
4.Permendikbud Nomor 68/2013 Tentang Kerangka dasar dan Struktur
Kurikulum SMP/MTs, Permendikbud Nomor 81A/2013 Tentang
Implementasi Kurikulum, Permendikbud Nomor58/2014 Tentang
Kurikulum 2013 SMP/MTs, Permendikbud Nomor 61/2014 Tentang
KTSP, Permendikbud Nomor 35/2018 Tentang perubahan
Permendikbud Nomor58/2014 Tentang Kurikulum 2013 SMP/MTs,
Kepmendikbud Nomor 719/ P/ 2020 Tentang Domlak Kurikulum pada
Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus
DASAR HUKUM (sambungan)
5.Permendikbud Nomor 54/2013, Permendikbud Nomor 20/2016 Tentang
SKL
6.Permendikbud Nomor 64/2013, Permendikbud Nomor 21/2016
Tentang Standar Isi
7.Permendikbud Nomor 65/2013, Permendikbud Nomor 103/2014,
Permendikbud Nomor 22/2016 Tentang Standar Proses
8.Permendikbud Nomor 66/2013, Permendikbud Nomor 104/2014,
Permendikbud Nomor 53/2015, Permendikbud Nomor 23/2016,
Permendikbud Nomor 4/2018 Tentang Standar Penilaian
9.Permendikbud Nomor 24/2016, Permendikbud Nomor 37/2018 Tentang
KI dan KD, keputusan Kepala Balitbang Kemendikbud nomor
018/H/KR/2020 tanggal 5 Agustus 2020 tentang KI dan KD pelajaran
kurikulum 2013 pada Paud, Dikdas, dan Dikmen untuk Kondisi Khusus
10.Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah
11.Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal
Kurikulum 2013
DASAR HUKUM (sambungan)
12.Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling
13.Permendikbud Nomor 158 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan
Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
14.Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan
Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
15.Perpres Nomor 87 tahun 2017 Tentang PPK, PermendikbudNomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti dan Permendikbud
Nomor 20 Tahun 2018 Tentang PPK
16.Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah.
17.Permendikbud Nomor 15 tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja
Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas sekolah
18.Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor … Tentang…
19.Peraturan Daerah Kabupaten HSS Nomor … Tentang…
20.Peraturan lain yang relevan
KOMPONEN KTSP
(Dokumen 1)
COVER / HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN


A. Visi
B. Misi
C. Tujuan
KOMPONEN KTSP (sambungan)

BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM


A. Kerangka Dasar Kurikulum
B. Struktur Kurikulum dan Kompetensi Inti
1.Struktur Kurikulum
2.Kompetensi Inti
C. Muatan Kurkulum
1. Muatan Nasional
2. Muatan Lokal
D. Beban Belajar dan Muatan Pembelajaran
1.Beban Belajar
2. Muatan Pembelajaran
E. Bimbingan dan Konseling
KOMPONEN KTSP (sambungan)
F. Pembiasaan dan Ekstra Kurikuler
1. Pembiasaan
2. Ekstra Kurikuler Wajib
3. Ekstra Kurikuler Pilihan
G. Penguatan Pendidikan Karakter
H. Penguatan Kompetensi Literasi
I. Penguatan Kompetensi Numerasi .
J. Penguatan Kompetensi 4C/HOTS
K. Penilaian Hasil Belajar
1. Penilaian Authentik
2. Nilai Ketuntasan
3. Remedial dan Pengayaan
4. Pelaporan Hasil Belajar
KOMPONEN KTSP (sambungan)
L. Kenaikan kelas dan Kelulusan
1. Kenaikan Kelas
2. Kelulusan

BAB IV KALENDER PENDIDIKAN


A. Permulaan Tahun Pelajaran.
B. Pengaturan Waktu Belajar Efektif dan Waktu Libur
C. Kalender Pendidikan SMP … Tahun Pelajaran 2021/2022

BAB V PENUTUP

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai