Anda di halaman 1dari 22

Universitas Islam Jakarta

Manajemen Stratejik
Analisa Pelarangan Eksport Bauksit Oleh
Presiden Jokowi

Kelompok 2 :

Ansahruddin 62 21 024
Ainol Yakin 62 21 027
Erwin Hendrawan 62 21 029
Rayanita 62 21 011
Rifial Sanibi 62 22 014
Alfian Noviandri 62 22 016
Sejarah Bauksit
Bauksit pertama kali dim temukan di Prancis Selatan oleh seorang
Geology bernama Pierre Berthier sekitar tahun 1821

Sedangkan di negara kita sendiri, yakni Indonesia untuk pertama kalinya


jenis material ini ditemukan pada sekitaran tahun 1924. Ditemukan oleh
seorang peneliti geolog Indonesia di daerah Kijang, Pulau Bintan. 
Manfaat Bauksit 

1. Memproduksi Aluminium
2. Sebagai Proppant
3. Sebagai Bahan Abrasive
4. Bahan penutup retakan
5. Bahan baku pembuatan besi dan baja
6. Bahan pembuatan tinta
7. Bahan keramik
8. Bahan pembuatan kemasan makanan
Negara Penghasil Bauksit Di Dunia Tahun 2022

No Negara Metrik Ton


1 Australia 100.000.000
2 Tiongkok 90.000.000
3 Guinea 86.000.000
4 Brasil 33.000.000
5 Indonesia 21.000.000
6 India 17.000.000
7 Rusia 5.000.000
8 Arab Saudi 4.800.000
9 Kazakhstan 4.400.000
10 Jamaika 3.900.000
11 Vietnam 3.800.000
12 Negara-negara lainnya 3.800.000
Volume Cadangan Global Tahun 2022

No Nama Nilai / Metrik Ton Kering


1 Guinea 7.400.000.000
2 Vietnam 5.800.000.000
3 Australia 5.100.000.000
4 Brasil 2.700.000.000
5 Jamaika 2.000.000.000
6 Indonesia 1.000.000.000
7 Tiongkok 710.000.000
8 India 660.000.000
9 Rusia 500.000.000
10 Arab Saudi 180.000.000
Daerah Penghasil Bauksit di Indonesia

 Pinang, Sumatra Utara, 


 Pulau Bintan, Riau
 Kalimantan Barat (Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, dan
Kabupaten Mempawah)
 Sigembir, Bangka Belitung.
Peta Sumber Cadangan Indonesia
Tujuan Pemerintah Indonesia Larang
Ekspor Bauksit
1. Pemerintah akan terus konsisten melakukan hilirisasi di dalam negeri agar
nilai tambah dinikmati di dalam negeri untuk kemajuan dan kesejahteraan
rakyat.
2. Mendorong industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri.

3. Untuk meningkatkan pendapatan negara yang diperkirakan dari Rp 21 triliun


menjadi sekitar kurang lebih Rp 62 triliun.

4. Dalam rangka mewujudkan kedaulatan sumber daya alam dan meningkatkan


nilai tambah di dalam negeri, utamanya dalam rangka pembukaan lapangan kerja
yang sebanyak-banyaknya dan peningkatan devisa serta pertumbuhan ekonomi
yang lebih merata.
Menimbang Untung Rugi Dampak
Kebijakan Larangan Eksport Bauksit
Untuk saat ini pemerintah hanya melarang ekspor bijih bauksit, sementara untuk
konsentrat tembaga, besi, timbal, seng, dan lumpur anoda hasil pemurnian tembaga
tetap diperbolehkan untuk diekspor tetapi dengan sejumlah persyaratan termasuk
adanya denda dan sanksi administratif serta bea keluar.
Dari 12 fasilitas pemurnian yang ditargetkan, saat ini hanya ada empat smelter yang
sudah beroperasi dan delapan smelter dalam tahap pembangunan. Keempat smelter
itu juga menghasilkan produk yang berbeda, yakni smelter grade
alumina (SGA), chemical grade alumina (CGA), serta aluminium ingot, dan billet. 
Esther Sri Astuti, Direktur Program Indef, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Diponegoro, dalam tulisannya berjudul Urgensi Larang Ekspor Bauksit,
menyebutkan bahwa larangan ekspor bauksit yang mengacu pada UU No. 3/2020
tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba) akan berdampak pada
hilangnya penerimaan negara dari bea keluar dan royalti komoditas itu sebesar Rp1,83
trilliun jika mengacu pada penerimaan negara tahun 2022.
Selain itu, jika produksi bauksit Indonesia diperkirakan 25 juta ton per tahun,
sementara kapasitas smelter saat ini hanya bisa menyerap 13,25 juta ton per tahun
maka dimungkinkan ada potensi produksi bauksit Indonesia tidak terserap sebesar
11,75 juta ton per tahun
Akibat tidak terserapnya bauksit tersebut maka harga jual bauksit dalam
negeri pun diperkirakan akan lebih rendah daripada pasar dunia sehingga
mendorong terjadinya penyeludupan bauksit ke luar negeri.

Adanya beberapa kendala yang dihadapi oleh industri yang ingin mendirikan
smelter, mulai dari pendanaan, masalah pasokan listrik ke smelter,
pembebasan lahan, hingga masalah perizinan.
Berdasarkan hitung-hitungan Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi
Indonesia (APB3I), kebutuhan investasi untuk pembangunan satu unit
smelter bauksit dapat mencapai US$1,2 miliar.
Dampak dan Peluang Pelarangan Ekspor Bijih
Bauksit Bagi Pengusaha

 Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian (AP3I)


menyatakan pelarangan ekspor bijih bauksit akan berdampak pada
sejumlah aspek bisnis perusahaan, tetapi di sisi lain juga menjadi
peluang pengembangan smelter
 Pengusaha jasa pertambangan bauksit yang memiliki kesempatan dan
sumber daya untuk berinvestasi dalam pembangunan smelter dapat
melihat peluang baru dalam memasok bahan baku kepada industri
smelter.
 Pelaku usaha juga harus mencari peluang diversifikasi usaha. Hal ini
dapat meliputi eksplorasi dan mengembangkan usaha dalam sektor lain
yang terkait dengan pertambangan, seperti jasa konsultasi, layanan
teknis, atau penelitian dan pengembangan
Keuntungan Ekonomi Jika Ekspor Bijih
Bauksit Dihentikan
 Pemerintah (menghentikan ekspor bijih bauksit) untuk meningkatkan value
added di Indonesia. Kalau kita hanya mengekspor (bahan) mentah kita tidak
mendapatkan manfaat yang maksimal
 Diketahui, kebijakan penghentian ekspor bijih nikel yang telah diterapkan
pemerintah sejak 1 Januari 2020 mampu meningkatkan pendapatan Indonesia dari
komoditas nikel. Sebelumnya hanya Rp17 triliun atau US$1,1 miliar di akhir tahun
2014, melonjak menjadi Rp326 triliun atau US$20,9 miliar pada tahun 2021 atau
meningkat 19 kali lipat
 Pemerintah memperkirakan nilai tambah dari hilirisasi bauksit sangat besar dan
berkontribusi positif pada perekonomian nasional. Sebagai contoh, setiap 6 ton
bauksit yang diolah dapat menghasilkan 2 ton SGA dan setiap 2 ton SGA yang
diolah akan menghasilkan 1 ton aluminium ingot. Harga bauksit per ton adalah
US$31 maka untuk setiap 6 ton bauksit seharga US$188. Bila enam ton bauksit
diolah menjadi 2 ton SGA, harganya menjadi sekitar US$770
 Kebijakan pelarangan ekspor bijih bauksit adalah dapat membuka lapangan
pekerjaan. Jumlah lapangan pekerjaan bisa mencapai 7.000.
 Jika value added (bijih bauksit) tidak tercipta, industrinya tidak tercipta,
penyerapan tenaga kerja tidak tercipta, multiplier effect tidak tercipta.
 Bijih bauksit akan diolah menjadi alumina, lalu menjadi aluminium atau
alumunium ingot, selanjutnya turun ke produk turunan dalam bentuk
batangan atau flat. “Tentu nanti akan turun lagi ke industri yang sekarang
sudah punya ekosistem yaitu industri permesinan, industri konstruksi
 Pembangunan smelter alumina yang membutuhkan dana yang banyak ketika
sudah berproduksi tidak serta merta langsung menghasilkan keuntungan
melainkan harus menunggu sekitar setidaknya lima tahun dengan asumsi
Smelter alumina tersebut memproduksi 1 juta ton per tahunnya dengan
untung bersih yaitu U$ 238.875 juta
Analisa Swot Mengenai Industri Bauksit Dan
Pembangunan Smelter Alumina
1. Strenght (Kekuatan)
 Jumlah Cadangan Bauksit di Indonesia yang Melimpah
Pusat Sumber Daya Geologi pada tahun 2010 menyatakan bahwa sumber daya bauksit yang dimiliki Indonesia
mencapai kurang lebih 1 milyar ton dengan kadar Al2O3 mencapai 27-55% yang tersebar di pronvinsi Riau, Kalimantan
Barat, dan Bangka Belitung. Secara kuantitas, jumlah sumber daya bauksit Indonesia terdiri dari sumber daya hipotetik
164,98 juta ton, tereka 251,87 juta ton,  terunjuk 38,59 juta ton dan sumber daya terukur atau terbukti sbesar 529,26
juta ton. Selain itu memiliki cadangan terukur atau terbukti 132.28 juta ton dan cadangan tereka 120,9 juta ton.
 
 Harga Alumina yang sepuluh kali lipat dari harga bauksit
Alumina adalah hasil pemurnian dari bauksit dimana alumina mengandung Al2O3 sebesar 98.5 % sedangkan bauksit
mengandung 27-55% Al2O3. Di pasaran sekarang harga jual bauksit adalah sekitar U$ 60/ton sedangkan harga jual
alumina sekitar U$600/ton.

Kita buat ilustrasi, dari 3 ton bauksit yang mengandung 33 % Al2O3 menghasilkan 1 ton bauksit alumina. Andai kita j
ual bauksit maka harga jualnya adalah 3 X U$ 60 = U$ 180 dan jika kita menjual alumina maka harga jualnya
adalah 1 x U$ 600 = U$ 600. Disini kita bisa lihat berapa banyak keuntungan yang diperoleh jika perusahaan menjual
alumina.
 
2. Weakness (Kelemahan)
 Kerusakan Alam yang terjadi di lahan bekas tambang bauksit.
      
Tak bisa dipungkiri ketika perusahaan membuka lahan tambang berarti akan merusak alam
karena yang ditambang atau yang dikeruk adalah yang ada di bawah tanah sehingga tanah yang
dahulunya subur akan menjadi sangat gersang. Hal ini mengakibatkan pepohonan jarang atau
bahkan tidak ada yang tumbuh. Kemudian kerusakanyang ada di sekitar dan pinggiran laut karena
hasil pembuangan limbah hasil pemurnian. Limbah hasil pemurnian dibuang ke laut akan merusak
biota yang ada di laut. Tapi sampai sekarang belum ada metode yang baru untuk mengelola
limbah hasil pemurnian ini.
 
Walaupun ada perusahaan tambang dan industri bauksit yang concern akan ini tetapi jumlahnya
sangat sedikit dan selebihnya tidak peduli akan alam ketika membuka atau bahkan menutup lahan
tambang. Banyak perusahaan tambang bauksit yang meninggalkan lahan bekas hasil
galian mereka.
  
 Biaya Pembangunan Smelter yang mahal
Untuk membangun 1 buah SGA (Smelter Grade Alumina) yang
merupakan bahan untuk membuat aluminium membutuhkan dana sebanyak U$ 1
Milyar. Hal ini dikarena selain membangun smelter, perusahaan yang berada di
daerah yang sumber daya listriknya kurang seperti Kalimantan Barat harus
membangun power plant. Perusahaan harus membangun pelabuhan dan jalan
sebagai sarana transportasi bahan mentah maupun bahan hasil pengolahan.
Perusahaan juga harus membangun jalur pembuangan ke laut.  

 Utang Perusahaan tambang lokal yang masih banyak


banyaknya perusahaan tambang lokal sebelum UU minerba diberlakukan.
Perusahaan-perusahaan ini meminjam modal untuk memulai kegiatan
penambangan mereka. Mereka belum memperoleh untung sama sekali karena
adanya UU minerba mengenai pelarangan ekspor dalam bentuk bahan mentah.
Banyak perusahaan tambang lokal yang masih memiliki utang kemudian
dibebankan lagi untuk membuat smelter alumina, sehingga banyak
perusahaan tambang bauksit yang gulung tikar.
3. Opportunity (Peluang)
 Pemanfaat Red Mud
Red Mud adalah hasil sampingan pemurnian bauksit menjadi alumina, selama
ini red mud dianggap sebagai limbah padahal di dalam red mud terkandung
logam jarang yaitu Fe, Ti dan Ga yang bisa diolah atau dijual kembali karena
harga jual logam jarang di pasaran sangat mahal.
 Menciptakan lapangan kerja
Pembangunan Smelter Alumina akan meciptakan lapangan kerja yang baru
dimana semakin banyak smelter alumina dibangun maka semakin banyak
tenaga kerja yang terserap. Hal ini akan mengurangi jumlah pengangguran di
negara Indonesia.
 Kerja sama Perusahaan Asing dan Perusahaan tambang yang saling
menguntungkan.
Pembangunan Smelter Alumina membutuhkan dana yang sangat
banyak oleh karena itu banyak perusahaan tambang dalam negeri berkerja
sama dengan perusahaan asing. Hal ini perlu diawasi dengan ketat karena yang
kita tahu banyak kerja sama perusahaan asing dengan dalam negeri membuat
negara kita rugi dimana keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam negeri
sangat sedikit sedangkan perusahaan luar negeri akan mengekspor hasil olahan
dari smelter alumina ke negaranya. Untuk mencegah hal ini diperlukan
regulasi dan pengawasan yang ketat dari pemerintah.
 Menguasai Pasar Alumina
Pembangunan smelter alumina akan menghasilkan jutaan ton alumina yang
siap diekspor sehingga menurut para ahli negara Indonesia dapat menjadi
negara kedua pengekspor alumina. Pemerintah juga harus bisa memikirkan
strategi dalam penjualan alumina sehingga diperoleh keuntungan yang
maksimal.
4. Threats (ancaman)
 Peraturan Pemerintah
Pemerintah no 4 tahun 2009 dan Permendag no 29 Tahun 2012 yang melarang ekspor hasil tambang yang masih
berupa bahan mentah. Hal ini mengakibatkan banyak sekali kerugian yaitu banyaknya perusahaan tambang bauksit
yang gulung tikar, pendapatan negara dari hasil ekspor bauksit dan devisa tidak ada lagi. Walaupun banyak perusahaan
tambang yang menyuarakan hal ini, Pemerintah tidak mencabut UU ini dengan dalih perusahaan tambang bisa
fokus membangun smelter terdahulu jika perusahaan diberi izin maka kegiatan penambangan akan terus
berlangsung hingga pembangunan smelter alumina molor kembali, dimana seharusnya 2012 smelter alumina di setiap
perusahaan tambang harus sudah ada, tetapi baru akhir- akhir ini perusahaan tambang melakukan pembangunan
smelter. Bahkan masih banyak perusahaan tambang yang melakukan studi dalam membangun smelter alumina ini.
 Mekanisme Pasar
Pemerintah tidak tahu apa yang akan terjadi di pasar internasional, semua ditentukan oleh Penawaran dan
permintaan barang dimana ketika penawaran barang banyak tapi permintaan barang sedikit akan membuat harga
barang tersebut jatuh oleh karena itu dari sekarang pemerintah harus sudah merancang bagaimana mengontrol harga
alumina nantinya sehingga benar keuntungan banyak akan diperoleh dari pengeksporan alumina ini.
 Perusahaan Asing yang terlalu mendominasi Pembangunan Smelter
Ketika perusahaan asing terlalu mendominasi pembangunan smelter
baik dari segi dana maupun teknologi akan membuat perusahaan tambang
bauksit lokal tidak berkutik dalam menghadapi perusahaan asing, dimana
ketika smelter alumina telah berproduksi maka hasil produksi tersebut
akan dikuasai oleh perusahaan asing.
 Membutuhkan waktu yang lama untuk modal kembali
Pembangunan smelter alumina yang membutuhkan dana yang banyak
ketika sudah berproduksi tidak serta merta langsung menghasilkan
keuntungan melainkan harus menunggu sekitar s etidaknya lima tahun dengan
asumsi Smelter alumina tersebut memproduksi 1 juta ton per tahunnya
dengan untung bersih yaitu U$ 238.875 juta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai