Anda di halaman 1dari 3

PENGOLAHAN BIJIH LATERIT

TUGAS 2

FIRSTCHO BAGUS MALVIANO

D111 19 1059

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2022
PENGOLAHAN BIJIH BOKSIT
Indonesia memiliki sumberdaya bijih bauksit yang melimpah sebesar 3.617.770.882ton
dengan jumlah cadangan sebesar 1.257.169.367ton berdasarkan data dari Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) (Pusat Sumber Daya Geologi, 2015). Sumberdaya bauksit tersebut
selama ini belum dimanfaatkan secara optimal dan perlu dilakukan peningkatan nilai tambah bijih
bauksit melalui proses pencucian, pengolahan dan pemurnian.
Indonesia merupakan negara produsen bauksit terbesar ke enam di dunia (Maulinda dan
Patmawati, 2017). Tercatat sumberdaya bauksit terukur 828.289.086ton bijih dan 346.291.718ton
logam serta cadangan terbukti 330.359.053ton bijih dan 82.048.630ton. Undang-undang (UU) No. 4
tahun 2009 dan Peraturan Menteri (PERMEN) ESDM No. 25 tahun 2018 mewajibkan para pemegang
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Pertambangan (OP), IUP Khusus (IUPK) OP dan IUP OP
khusus pengolahan dan/atau pemurnian harus melakukan kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian di
dalam negeri. Untuk komoditas mineral bauksit, batasan minimum pengolahan dan pemurnian di
dalam negeri yang produk akhirnya boleh diekspor adalah produk Smelter Grade Alumina (SGA),
Chemical Grade Alumina (CGA), alumina hidrat, proppant, dan logam Al (Anugrah dan Mamby,
2020). Salah satu daerah di Indonesia yang banyak mengandung bauksit adalah Kecamatan Tayan,
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Pada daerah tersebut sudah terdapat pabrik CGA
yaitu PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) dengan produksi 300.000ton alumina per tahun
(Anugrah dan Mamby, 2020). Juga terdapat pabrik SGA yaitu PT. Well Harvest Winning (WHW) dan
PT Inalum ANTAM Alumina yang masing-masing memproduksi dan 1.000.000ton alumina per tahun
(Maulinda dan Patmawati, 2017). Proses pengolahan dan pemurnian di pabrik tersebut menggunakan
proses bayer yang menghasilkan red mud sebagai produk samping.
Bauksit sebagai bahan baku untuk pembuatan alumina yang selanjutnya digunakan sebagai
bahan pembuatan logam aluminium memiliki persyaratan alumina di atas 51% Al2O3, maksimum 3%
SiO2 dan maksimum 7 % Fe2O3; untuk bahan baku kimia (chemical) kandungan alumina lebih dari
58%, kandungan oksida besi serendah mungkin (Husaini dkk., 2014).
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara lain
nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale,
limestone  dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan, mineral yang mudah
larut akan terlarutkan, seperti mineral – mineral alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan
pelapukan akan terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan
lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan oksida besi
terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk
pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.
Bauksit merupakan bijih utama pembentuk aluminium dimana komposisinya berupa senyawa
oksida dari aluminium yaitu Al2O3 dan Al(OH)3. Selain aluminium, juga terdapat senyawa lain
seperti Fe2O3, SiO2, dan TiO2. Bauksit dapat menghasilkan alumina melalui berbagai macam proses.
Proses pengolahan alumina yang terakhir ditemukan dan masih digunakan hingga sekarang yaitu
Proses Bayer. Proses Bayer merupakan suatu proses pemurnian bijih bauksit untuk menghasilkan
aluminium dalam bentuk oksidanya atau yang disebut alumina. Tahap-tahap pada proses Bayer ini
meliputi ekstraksi, presipitasi, dan kalsinasi.
Selain menghasilkan alumina, pada akhir proses Bayer juga menghasilkan residu bauksit atau
yang dikenal dengan red mud. Red mud yang dihasilkan tersebut masih terkandung aluminium dalam
bentuk Al2O3.Namun komponen utama dari red mud adalah Fe2O3 dengan kisaran kadarnya sebesar
20-45%.Untuk Al2O3 10-22%, SiO2 5-30%5, TiO2 4-20%, CaO 0-14% dan Na2O 2- 8%.Oleh
karena kandungan besi yang banyak, maka menyebabkan warna dari red mud menjadi merah.Red
mud hasil dari pencucian (tailing) berupa cairan lumpur bercampur dengan pasir yang disebut sebagai
limbah pencucian bauksit, kemudian dialirkan ke kolam-kolam pengendapan terlebih dahulu sebelum
dialirkan ke laut atau lingkungan sekitar. Rosenthal et al. menyatakan bahwa red mud mempunyai
efek fisiologi terhadap organisme Laut Utara dimana ikan lebih cepat terpengaruh dibandingkan
dengan alga. Efek tidak langsung dari red mud tersebut adalah potensi terjadinya akumulasi logam-
logam tertentu pada ikan yang meskipun tidak berpengaruh terhadap fisiologi ikan, tetapi dapat
membahayakan manusia apabila ikan tersebut dikonsumsi (biomagnifikasi melalui rantai makanan).
Sistem terintegrasi pada pabrik alumina di daerah Tayan, Kalimantan Barat terdiri dari
beberapa komponen proses yang saling terkait dan memberikan pengaruh pada peningkatan efisiensi
proses pembuatan alumina. Proses dimulai dengan peremukan menggunakan crusher, lalu bijih yang
masih belum sesuai dengan persyaratan akan dilakukan proses peningkatan nilai tambah bauksit.
Metode scrubbing dapat digunakan untuk menurunkan kadar senyawa pengotor seperti Fe2O3 dan
SiO2 serta meningkatkan perolehan Al2O3. Lebih lanjut proses scrubbing dapat dikembangkan
melalui penggunaan alat Rotary Drum Scrubber dikarenakan proses yang dihasilkan akan berjalan
kontinu sehingga lebih efektif dibandingkan proses scrubbing secara batch. Untuk menurunkan lebih
jauh lagi komponen material magnetik seperti Fe2O3 dapat diaplikasikan metode pemisahan
magnetik, sedangkan untuk silika reaktif dapat menggunakan flotasi kebalikan. Bauksit yang sudah
memenuhi persyaratan akan dilanjutkan dengan proses bayer untuk menghasilkan alumina. Proses
bayer dipilih dikarenakan telah terbukti secara komersial dengan perolehan alumina yang tinggi dan
energi yang lebih rendah. Proses bayer secara umum dibagi dalam 4 tahap, yaitu digestion (Pelindian
bauksit menggunakan larutan kaustik/NaOH), clarification (Pemisahan padatan dengan cairan),
precipitation (pengendapan alumina terlarut menjadi alumina hidrat/Al2O3.3H2O), dan calcination
(Penghilangan air kristal untuk dihasilkan Al2O3 murni). Residu pengolahan bauksit menggunakan
proses bayer berupa redmud dapat membahayakan lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik
karena pH nya yang sangat basa. Namun disamping dampak buruk yang ditimbulkan, redmud dapat
dimanfaatkan dalam beberapa aplikasi seperti material geopolimer, katalis, dan kondisioner tanah.

Anda mungkin juga menyukai