Anda di halaman 1dari 14

Pemanfaatan

Teknologi
Mineral dan
Batubara
Anggota Kelompok :
1. Himalia ( 213020504012 )
2. Maria Patricia Dolita Doni ( 213020504015 )
3. Monica Anastacia Oktavia Tolayuk (213030504060)
4. Ni Putu Ayu Indyastika (213030504061)
5. Mellysa Caldera ( 213030504071 )
6. Sambarani Ratnaingtyas ( 213030504067 )
Mineral Bauksit
Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium (Al)
nisbi tinggi, kadar besi (Fe) rendah dan tidak atau sedikit mengandung
kuarsa (SiO 2 ). Bauksit adalah bahan mineral yang heterogen, yang
mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium,
Mineral aluminium di bauksit dapat mencakup gibbsite Al(OH)3,
boehmite AlO.OH, dan diaspore AlO2H. Batuan Bauksit Bauksit
merupakan batuan tambang yang kaya akan kandungan alumina dan
rendah kandungan besinya. Batuan ini sering disebut dengan bijih.
Ganesa mineral bauksit
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan
tersebut antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro,
basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan
phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan,
mineral yang mudah larut akanterlarutkan, seperti mineral–mineral
alkali, sedangkan mineral–mineral yang tahan akan pelapukan akan
terakumulasikan.

Karakteristik bauksit

Warna : Coklat kemerahan


Kekerasan : 1-3 Skala Mohs
Tenacity : Brittle
Berat Jenis : 2-2,5
Kemagnetan : Diamagnetik
Derajat Ketransparanan : Opaque
Nama : Bauksit (Al(OH)₃)
Keterdapatan Mineral Bauksit
Keterdapatan mineral bauksit di lingkungan sekitar sangat tergantung pada
geologi dan kondisi alam di daerah tersebut. Mineral bauksit biasanya
ditemukan di daerah-daerah yang memiliki tanah yang kaya akan mineral,
seperti tanah laterit atau tanah liat yang telah mengalami proses pelapukan yang
cukup lama.
Beberapa daerah di Indonesia yang dikenal memiliki cadangan bauksit yang
cukup besar antara lain di Riau, Kalimantan Barat, dan Papua. Namun,
pengambilan bauksit di daerah-daerah tersebut harus dilakukan dengan
memperhatikan aspek lingkungan dan sosial, seperti menghindari kerusakan
hutan dan lahan serta memastikan bahwa hak-hak masyarakat setempat
terpenuhi. Selain itu, perlu juga dilakukan pengelolaan lingkungan yang baik
untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan penambangan bauksit.
Pengolahan Bauksit
Pengolahan biji bauksit diawali dengan pembersihan lokal (land clearing), bijih dibersihkan dari
pengotor tumbuh-tumbuhan yang menempel diatas endapan bijih, kemudian dilakukan
pengupasan lapisan tertutup (overbuden) dan penggalian endapan bauksit dengan shovel. Hasil
galian dimasukan kedalam instalasi pencucian yang berfungsi untuk memisahkan bauksit dengan
pengotornya yaitu berupa tanah liat dan pasir dengan proses penyaringan (screening) dan proses
pemecahan (size reduction) dari butiran-butiran yang berukuran lebih dari 3 inchi dengan jaw
cruscher. Proses-proses pengolahan tersebut tersebut dilakukan untuk mendapatkan bijih atau
konsentrat yang sesuai dengan standar atau kriteria tertentu. Tahap selanjutnya adalah proses
pengolahan bauksit menjadi alumina (proses bayer) dan pengolahan alumina menjadi aluminium
(proses Hall Heroult).
Pengolahan Bauksit
Dalam proses Bayer, alumina yang terdapat dalam bijih bauksit dilarutkan dengan larutan soda
api atau “caustic soda” dengan konsentrasi dan suhu tertentu. Suhu pelarutan sekitar 108o sampai
250o dengan konsentrasi soda api 250 sampai 400 gr/liter. Reaksi yang terjadi pada proses
pelarutan adalah:
Bauksit + NaOH NaAlO2 + H2O
Atau
Al2O33H2O + 2NaOH 2NaAlO2 + 4H2O
Bauksit yang direaksikan dengan natrium hidroksida akan menghasilkan larutan NaAlO2.
Namun karna didalam bauksit juga mengandung unsur silika, maka reaksi lain yang terjadi
Adalah :
SiO2 + 2NaOH Na2SiO2
5SiO2 + 6NaAlO2 + 5H2O 3Na2O.3Al2O3.5SiO2.5H2O
Untuk mendapatkan alumina yang murni yang bebas dari benda padat yang tidak larut dan
produk dari reaksi disilikasi, dilakukan proses pengendapan dengan suhu sekitar 100oC sehingga
menghasilkan alumina yang murni dan terbebas dari pengotor. Kemudian menambahkan serbuk
Al2O3 yang berfungsi untuk memancing terbentuknya inti endapan (proses presipitasi). Endapan
yang terbentuk adalah kristal-kristal dari hidrat alumina dan sebagian endapan yang lain
teraglomerasi membentuk gumpalan alumina yang lebih besar dan tahan pecah. Sementara
larutan sisa dari hasil presipitasi (spent liquor), dapat didaur ulang kembali dengan cara
melalukan proses pelarutan dan diuapkan lalu ditambah soda api. Reaksi yang terjadi dalam
presipitasi adalah :
2NaAlO2 + 4H2O 2NaOH + Al2O33H2O
Pengolahan Bauksit
Kemudian dilakukan proses kalsinasi (pemanggangan) pada suhu sekitar 1.200oC pada hidrat
alumina untuk menguapkan kadar air yang terdapat dalam hidrat dan gumpalan alumina. Reaksi
pada proses ini adalah :
Al2O33H2O Al2O3 + 3H2O
Pengolahan Bauksit
Setelah dilakukan pemurnian bauksit menjadi alumina, tahap selanjutnya adalah proses
peleburan menggunakan metode Hall-Heroult yang didasarkan pada prinsip elektrolisa
lelehan
garam alumina(campuran alumina (Al2O3) dengan kryolite (Na3AlF6)) pada temperatur
yang
tinggi. Bejana yang dipakai untuk menyalurkan arus listrik disebut bejana sel elektrolisa
rectangular yang mempunyai 2 elektroda, yaitu katoda dan anoda. Alumina dilarutkan
dalam
larutan kimia (kriolit) pada sebuah tungku atau pot yang dindingnya terbuat dari karbon.
Proses reduksi membutuhkan karbon yang diadapatkan dari anoda. Arus listrik akan
mengelektrolisa alumina menjadi aluminium. Aluminium hasil elektrolisa turun kedasar
pot dan dialirkan dengan prinsip shipon ke krusibel dan diangkut menuju tungku-tungku
pengatur (holding furnace).
Reaksi pemurnian alumina menjadi aluminium adalah sbb :
Katoda : 4Al2O3 8Al + 6O2
Anoda : 7C + 6O2 5CO2 + 2CO
Penggunaan Mineral Bauksit

 Pembuatan Aluminium: Bauksit adalah bahan baku utama dalam pembuatan


aluminium. Bijih ini mengandung sekitar 30 hingga 60 persen alumina (oksidasi
aluminium). Alumina diekstraksi dari bauksit dan kemudian dimurnikan dan
dilebur dengan menggunakan elektrolisis untuk menghasilkan logam aluminium.
 Industri Keramik: Bauksit juga digunakan dalam industri keramik sebagai bahan
tambahan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan panas dari produk
keramik.
 Industri Refraktori: Bauksit digunakan sebagai bahan baku utama dalam produksi
bata tahan api dan semen tahan api yang digunakan dalam konstruksi industri.
 Industri Kimia: Bauksit digunakan dalam produksi aluminium sulfat, bahan kimia
penting yang digunakan dalam pemurnian air dan industri kertas.
 Pengisi: Bauksit juga digunakan sebagai pengisi dalam cat, kosmetik, pasta gigi,
dan produk-produk lain.
 Industri Logam: Bauksit juga digunakan dalam produksi ferrosilikon dan
ferrokrom, logam paduan yang digunakan dalam industri baja.
 Batu Hias: Bauksit yang mengandung serat-serat asbes alami digunakan sebagai
batu hias.
Peningkatan Nilai Tambah
Gambar disamping menunjukkan secara garis besar rantai
pengolahan atau peningkatan niIai tambah bijih bauksit untuk
mendapatkan dua jenis produk yaitu aluminium ingot dan serbuk
alumina. Dalam diagram tersebut juga ditunjukkan kondisi
eksisting yang terjadi di Indonesia dimana bijih bauksit yang
tercuci diekspor ke luar negeri dan sama sekali belum dihasilkan
alumina. Sementara smelting grade alumina diimpor dari luar
negeri sebagai hahan baku pembuatan aluminium mumi bagi
pabrik peleburan aluminium di Asahan. Dalam waktu dekat di
Indoensia akan dibangun pabrik pengolahan bauksit untuk
menghasilkan alumina. Produk dari alumina plant ini bisa berupa
chemical grade untuk memenuhi segmen pasar di industri kimia
dan keramik, maupun smelting grade yang dapat memenuhi
kebutuhan pabrik peleburan aluminium yang telah ada di dalam
negeri. Apabila rencana ini terwujud, maka rantai proses
peningkatan nilai tambah bijih bauksit dinilai telah lengkap, tinggal
peningkatan nilai tambah yang dapat dilakukan di bagian hilir
untuk memanfaatkan produk alumina dan aluminium mumi untuk
berbagai keperluan.
Spesifikasi untuk Industri
Kandungan Alumina (Al2O3): Bauksit dengan kandungan alumina yang tinggi (biasanya lebih dari
50%) lebih diutamakan dalam industri, karena alumina adalah bahan baku utama dalam produksi
aluminium.
Kandungan Silika (SiO2): Bauksit dengan kandungan silika yang rendah (biasanya kurang dari
10%) lebih disukai dalam industri, karena silika dapat mengganggu proses produksi dan kualitas
produk akhir.
Kandungan Besi (Fe2O3): Bauksit dengan kandungan besi yang rendah (biasanya kurang dari 3%)
lebih diinginkan dalam industri, karena besi dapat menimbulkan masalah korosi dalam proses
produksi.
Kandungan air: Bauksit dengan kandungan air yang rendah (biasanya kurang dari 10%) lebih
disukai dalam industri, karena kandungan air yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas produk akhir.
Kandungan unsur lainnya: Bauksit harus memiliki kandungan unsur lainnya, seperti titanium
(TiO2), fosfor (P2O5), dan magnesium (MgO), yang tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan
oleh industri.
Ukuran butiran: Ukuran butiran bauksit yang diinginkan dalam industri bervariasi tergantung pada
aplikasinya, tetapi umumnya bauksit dengan ukuran butiran yang lebih besar (lebih dari 2 mm) lebih
disukai, karena dapat mempercepat proses produksi dan mengurangi waktu proses pengolahan.
Teknologi Pemanfaatan Mineral Bauksit
● Bayer Process: Teknologi Bayer Process digunakan untuk mengolah bauksit menjadi alumina, yang kemudian
digunakan sebagai bahan baku dalam produksi aluminium. Proses ini melibatkan tahap-tahap penggilingan, pencucian,
dan pemisahan mineral. Selain itu, teknologi Bayer Process juga telah dikembangkan dengan beberapa inovasi, seperti
penggunaan solusi organik untuk mempercepat proses pengolahan dan penggunaan teknologi otomatis untuk
meningkatkan efisiensi produksi.
● Sintering: Sintering adalah teknologi pengolahan bauksit yang digunakan untuk mengubah bauksit menjadi bahan tahan
api. Proses sintering melibatkan pengeringan bauksit, penggilingan, pencampuran dengan bahan tambahan seperti
kaolin dan zeolit, pembentukan bahan dengan bentuk tertentu, dan pemanasan pada suhu tinggi. Hasil akhirnya adalah
produk yang memiliki kepadatan tinggi, tahan api, dan dapat digunakan dalam industri keramik dan konstruksi.
● Reduksi Langsung: Teknologi Reduksi Langsung digunakan untuk mengubah bauksit menjadi alumina dan logam
aluminium tanpa melalui tahap pemurnian. Proses ini melibatkan penghancuran bauksit, pencampuran dengan bahan
reduktor seperti kokas, pembentukan briket, dan pemanasan pada suhu tinggi dalam furnace. Hasil akhirnya adalah
alumina dan logam aluminium yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri.
● Elektrolisis: Teknologi Elektrolisis digunakan untuk mengubah alumina menjadi logam aluminium dalam produksi
aluminium. Proses ini melibatkan peleburan alumina dalam cairan elektrolitik dan menghasilkan logam aluminium
yang kemudian dilebur untuk digunakan dalam industri.
● Teknologi pengolahan bauksit yang ramah lingkungan: Teknologi pengolahan bauksit yang ramah lingkungan meliputi
pengolahan dengan cara kering, penggunaan teknologi filtrasi yang lebih baik, penggunaan teknologi pemisahan
mineral yang lebih efisien, dan penggunaan bahan tambahan yang ramah lingkungan. Teknologi ini bertujuan untuk
mengurangi dampak lingkungan dari pengolahan bauksit, seperti limbah dan emisi gas rumah kaca.
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai