Anda di halaman 1dari 57

UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

PERPAJAKAN (KUP) SEBAGAI HUKUM PAJAK FORMAL


Sebagai hukum pajak formal, UU KUP mengatur mengenai prosedur (tata
cara) pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan serta sanksi-sanksi bagi
yang melanggar kewajiban perpajakan. Dengan kata lain UU KUP mengatur
ketentuan formal dalam melaksanakan hukum pajak materil seperti UU
Pajak Penghasilan (PPh), UU Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), UU Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
UU Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), UU Bea Meterai
UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) dan UU Pengampunan
Pajak.
Pemungutan pajak akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan ini, kecuali
apabila ketentuan perpajakan atau undang-undang pajak yang lain secara
khusus menentukan sendiri tata cara pelaksanaan pemungutannya.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DI INDONESIA

Self Assessment • Wajib Pajak sendiri diberikan kepercayaan sepenuhnya


oleh pemerintah untuk menghitung, menetapkan,
System menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang.

Official • Dalam sistem official assessment, fiskus yang berperan


Assessment aktif dalam menghitung dan menetapkan besarnya pajak
yang terutang.
System
Withholding • Dalam sistem withholding, pihak ketiga yang wajib
Assessment menghitung, menetapkan, menyetorkan, dan melaporkan
pajak yang sudah dipotong/dipungut.
System
ISTILAH PENTING DALAM KUP
• PAJAK • SURAT KETETAPAN PAJAK
• WAJIB PAJAK • SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
• BADAN • SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
TAMBAHAN
• PENGUSAHA
• SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
• PENGUSAHA KENA PAJAK
NIHIL
• NOMOR POKOK WAJIB PAJAK • SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
• MASA PAJAK LEBIH BAYAR
• TAHUN PAJAK • SURAT TAGIHAN PAJAK
• BAGIAN TAHUN PAJAK • SURAT PAKSA
• PAJAK TERUTANG • KREDIT PAJAK UNTUK PENGHASILAN
• SURAT PEMBERITAHUAN • KREDIT PAJAK UNTUK PERTAMBAHAN NILAI
• SURAT PEMBERITAHUAN MASSA • PEKERJAAN BEBAS
• SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
• SURAT SETORAN PAJAK
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
• Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang
• Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak
dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan
Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 Tentang Batasan
Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 147/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-4/PJ/2010 tentang Tempat Lain
Selain Tempat Tinggal, atau Tempat Kedudukan, dan/atau Tempat Kegiatan
Usaha Dilakukan sebagai Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012 tentang Tempat
Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013 tentang Tempat
Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak sebagai Pengusaha
yang Dikenai Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
Perubahannya yang Melakukan Usaha di Bidang Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/PJ/2014 tentang Tata Cara
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan atas Pengusaha
Kecil Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2014
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ/2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012 Tentang Tempat
Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib
Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/PJ/2015 tentang Penetapan
Tempat Tinggal Orang Pribadi dan Tempat Kedudukan Badan
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2016 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012 Tentang Tempat
Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar,
Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016 tentang Layanan Pajak di
Luar Kantor di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2018 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2018 tentang Tempat
Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Tempat Pelaporan Usaha Pengusaha Kena
Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus dan Kantor
Pelayanan Pajak Madya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2018 tentang Tata Cara
Pendaftaran Wajib Pajak dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Secara
Elektronik Melalui Sistem Administrasi Badan Hukum dan Sistem Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2018 tentang Pencabutan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
dalam Rangka Simplifikasi Regulasi
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2019 tentang Tata Cara
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dalam Rangka Ekstensifikasi
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2019 tentang Tata Cara
Penyampaian, Penerimaan, dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2019 tentang Layanan
Pajak Tertentu Pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu
• Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-46/PJ.10/2014 tentang
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Non Efektif
• Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-47/PJ.10/2014 tentang
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Bendahara yang Sudah Tidak Aktif
• Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.9/1998 Ttentang
Penggunaan Nomor Identitas Tunggal Wajib Pajak
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang
Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan
Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kerja Pajak, serta Perubahan Data
dan Pemindahan Wajib Pajak Sebagaimana Telah Diubah dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013
• Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-14/PJ/2016 tentang Validasi
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terkait dengan Penerimaan dan Pengolahan
Surat Pemberitahuan Tahunan
• Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-44/PJ/2015 tentang Struktur
Penomoran Nomor Pokok Wajib Pajak dan Penerapan Nomor Pokok Wajib Pajak
Tetap
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
DASAR HUKUM
• Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-14/PJ/2019 tentang Tata Cara
Ekstensifikasi
• Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-183/PJ.02/2015 tentang Penegasan
Pelaksanaan Verifikasi Terkait Putusan Judicial Review atas Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011
• Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-704/PJ.02/2016 tentang Penegasan
Perlakuan NPWP bagi Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
• Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-711/PJ.02/2016 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dalam Rangka
Percepatan Investasi dengan Kriteria Tertentu Melalui PTSP Pusat di BKPM
• Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-94/PJ.13/2018 tentang Pelaksanaan
Pendaftaran Wajib Pajak Badan secara Elektronik melalui Notaris
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
PENGERTIAN NPWP
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 (6))

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
FUNGSI DAN MANFAAT NPWP
(Penjelasan - UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 2 (1))
 
• Sarana dalam administrasi perpajakan
• Tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan
• Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan
• Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan
pencantuman NPWP dalam dokumen yang diajukan. Misal: Dokumen Impor (PPUD,
PIUD) Syarat kredit bank
• Tidak dikenakan pajak lebih tinggi. Untuk PPh 21 (20% lebih tinggi jika tidak memiliki
NPWP), PPh 22 yang sifatnya tidak final dan PPh 23 (100% lebih tinggi jika tidak
memiliki NPWP).
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
KODE SERI NPWP
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
KODE SERI NPWP
(SE - 44/PJ/2015)
NPWP terdiri dari 15 (lima belas) digit dan merupakan satu kesatuan utuh :
• 9 (sembilan) digit pertama adalah identitas unik Wajib Pajak;
• 3 (tiga) digit berikutnya adalah kode KPP, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. untuk pendaftaran/pemberian NPWP baru, kode KPP adalah kode KPP tempat
Wajib Pajak pertama kali terdaftar;
2. untuk Wajib Pajak yang sudah terdaftar, kode KPP adalah kode KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar pada saat Surat Edaran Nomor SE-44/PJ/2015 berlaku;
• 3 (tiga) digit terakhir adalah kode status pusat dan cabang
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
(PMK 147/PMK.03/2017 Pasal 3)
Yang wajib mendaftarkan diri adalah :
• Orang Pribadi Non Usahawan
• Orang Pribadi Usahawan
• Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong
dan/atau pemungut pajak
• Badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
pemungut pajak (Joint Operation atau bentuk kerja sama operasi)
• Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
PENGERTIAN PENGUKUHAN PKP
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 (4))
  Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 (5))
PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya. Terhadap Wajib Pajak ini, di samping memiliki NPWP juga
diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP).
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
FUNGSI PENGUKUHAN PKP
(Penjelasan - UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 2 (2))
• Sebagai identitas PKP yang bersangkutan;
• Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan
PPnBM;
• Sarana dalam pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai & Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM).
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
(68/PMK.03/2010 jo. 197/PMK.03/2013)
Yang wajib melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah :
• Orang pribadi sebagai Usahawan dan Badan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak
bagi yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
• Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kecil (yaitu pengusaha yang jumlah peredaran bruto dan/atau
penerimaan brutonya tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009, yang:
 memilih sebagai PKP, wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP;
 tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku
seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil,
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak
berikutnya
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
PENERBITAN NPWP DAN PENGUKUHAN PKP SECARA JABATAN
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 2 ayat (4) dan (4a))
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan NPWP dan/atau mengukuhkan PKP
secara jabatan apabila Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak
melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1)
dan/atau ayat (2) UU Nomor 28 Tahun 2007.
 
Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang
dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun
sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP.
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
TEMPAT PENDAFTARAN DAN ATAU PELAPORAN USAHA
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 2 jo. PER - 02/PJ/2018)
Tempat pendaftaran untuk memperoleh NPWP :
• Bagi Wajib Pajak orang pribadi adalah pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal;
• Bagi Wajib Pajak badan adalah pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan;
• Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu (Wajib Pajak orang pribadi yang
mempunyai 1 (satu) tempat usaha yang berbeda dengan alamat tempat tinggal atau lebih dari 1
(satu) tempat usaha) selain mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal juga mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat
kegiatan usaha Wajib Pajak.
Tempat pelaporan usaha bagi Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan sebagai PKP atau pengusaha
kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP maupun pengusaha kecil yang telah melampaui
batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil adalah pada KPP/KP4/KP2KP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WP TERTENTU DAN/ATAU
PELAPORAN USAHA BAGI PKP TERTENTU
(PER - 10/PJ/2018 Pasal 2 dan 3)
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak tertentu dan PKP tertentu adalah Wajib Pajak dan PKP:
• Badan usaha milik Negara;
• Penanaman modal asing tertentu;
• Bentuk usaha tetap dan orang asing tertentu;
• Perusahaan masuk bursa tertentu, termasuk badan-badan khusus (self regulatory organization) yang
didirikan dan beroperasi di bursa berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal serta perusahaan-perusahaan tertentu lainnya yang melakukan kegiatan usaha di Pasar Modal;
• Perusahaan besar tertentu.
• Orang pribadi tertentu.
Tempat pendaftaran dan atau tempat pelaporan usaha bagi Wajib Pajak pada KPP di lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan KPP Madya
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
TATA CARA PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA
(PMK 147/PMK.03/2017 jo. PER - 02/PJ/2018)
Pendaftaran untuk mendapatkan NPWP dan/atau pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP dapat
dilakukan secara manual/konvensional maupun elektronik (online). Berikut adalah langkah-langkahnya :
1.  Wajib Pajak harus mengisi Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Formulir
Permohonan Pengukuhan PKP secara lengkap dan jelas. Dalam hal Wajib Pajak membutuhkan bantuan
dalam mengisi formulir tersebut dapat menanyakan kepada Petugas Pendaftaran Wajib Pajak.
2. Wajib Pajak menyerahkan Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Formulir
Pengukuhan PKP yang telah diisi secara lengkap dan jelas serta ditandatangani Wajib Pajak.
3. Permohonan secara tertulis disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
4. Penyampaian secara tertulis baik secara langsung, lewat pos, atau perusahaan jasa ekspedisi
5. Dalam hal permohonan dinyatakan diterima secara lengkap, maka KPP atau KP2KP memberikan Bukti
Penerimaan Surat kepada Wajib Pajak.
6. Permohonan pendaftaran NPWP yang telah diberikan Bukti Penerimaan Surat oleh KPP atau KP2KP,
maka pihak KPP atau KP2KP akan menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar Paling
Lama 1 (satu) hari kerja.
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
PERUBAHAN DATA WAJIB PAJAK DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
(PMK 147/PMK.03/2017 jo. PER - 20/PJ/2013 stdtd. PER - 02/PJ/2018 Pasal 28)
• Perubahan data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan
dalam hal data yang terdapat dalam administrasi perpajakan berbeda dengan
data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak menurut keadaan yang
sebenarnya yang tidak memerlukan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak baru
dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak baru.
• Pemindahan Wajib Pajak dan/atau PKP adalah perubahan alamat Wajib Pajak
dan/atau PKP karena perpindahan tempat tinggal, tempat kedudukan atau
tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lain.
 
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
TATA CARA PERUBAHAN DATA WAJIB PAJAK DAN PEMINDAHAN
WAJIB PAJAK
(PMK 147/PMK.03/2017 jo. PER - 20/PJ/2013 stdtd. PER - 02/PJ/2018 Pasal 33-35)

• Permohonan Mengunakan
Perubahan Formulir
Data Wajib • Permohonan Secara
Pajak Elektronik

• Permohonan Secara
Pemindahan Manual
Data Wajib • Permohonan Secara
Pajak Elektronik
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN/ATAU PENCABUTAN
PENGUKUHAN PKP
(PMK 147/PMK.03/2017 jo. PER - 20/PJ/2013 stdtd. PER - 02/PJ/2018)
Penghapusan NPWP atau pencabutan PKP dilakukan terhadap Wajib Pajak atau PKP yang sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan. Penghapusan NPWP atau pencabutan PKP dapat dilakukan atas permohonan Wajib Pajak dan/atau
PKP; atau Secara jabatan.
Permohonan penghapusan NPWP dapat dilakukan melalui :
• Mengisi dan menandatangani formulir penghapusan NPWP jika pendaftaran secara manual atau mengisi formulir
penghapusan NPWP pada aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di
www.pajak.go.id
• Melengkapi formulir penghapusan NPWP dengan dokumen yang disyaratkan
• Dokumen yang disyaratkan dalam penghapusan NPWP :
 surat keterangan kematian atau dokumen sejenis dari instansi yang berwenang dan surat pernyataan bahwa tidak
mempunyai warisan atau surat pernyataan bahwa warisan sudah terbagi dengan menyebutkan ahli waris, untuk orang
pribadi yang meninggal dunia;
 Dokumen yang menyatakan bahwa Wajib Pajak telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, untuk orang pribadi
yang meninggalkan Indonesia selama-lamanya;
 Dokumen yang menyatakan bahwa Wajib Pajak sudah tidak ada lagi kewajiban sebagai
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
SANKSI YANG BERHUBNGAN DENGAN NPWP DAN PENGUKUHAN
PKP
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 39 ayat (1) dan (2))
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan
NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau
Pengukuhan PKP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
KEWAJIBAN PEMILIKAN NPWP DALAM RANGKA PENGALIHAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
(PER - 35/PJ/2008)
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan
NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau
Pengukuhan PKP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
PERLAKUAN NPWP BAGI PENGUSAHA KAWASAN BERIKAT
(S - 704/PJ.02/2016)
• Wajib Pajak (termasuk Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB) wajib mendaftarkan diri untuk
mendapatkan NPWP untuk masing-masing tempat tinggal/tempat kedudukan dan tempat kegiatan
usaha baik di Kawasan Berikat maupun di tempat lain dalam daerah pabean.
• Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB di Kawasan Berikat memiliki ketentuan dan perlakuan
Pajak Pertambahan Nilai yang berbeda dengan Wajib Pajak di tempat lain dalam daerah pabean.
• Dalam hal tempat tinggal/tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak berlokasi
pada 1 (satu) alamat dan atas alamat tersebut sekaligus merupakan Kawasan Berikat dan Tempat
Lain Dalam Daerah Pabean, Wajib Pajak yang bersangkutan wajib mendaftarkan masing-masing
tempat tersebut sebagai pusat atau cabang.
• Penelitian dilakukan untuk memastiikan bahwa Wajib Pajak yang mempunyai tempat
tinggal/tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha pada 1 (satu) alamat dan atas alamat
tersebut sekaligus merupakan Kawasan Berikat dan Tempat Lain Dalam Daerah Pabean, agar
Wajib Pajak yang bersangkutan mendaftarkan masing-masing tempat tersebut sebagai pusat atau
cabang.
NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
TATA CARA EKSTENSIFIKASI NPWP
(PER - 01/PJ/2019)
• Ekstensifikasi adalah upaya proaktif yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak.
• Ekstensifikasi dilaksanakan terhadap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif namun belum mendaftarkan diri untuk
diberikan NPWP berdasarkan data dan/atau informasi (termasuk data dari
hasil kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang diperoleh di lokasi
tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha atau
harta Wajib Pajak) yang dimiliki atau diperoleh Ditjen Pajak.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DASAR HUKUM
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
• Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-
Undang
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
• Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa bagi Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu yang Dapat Melaporkan
Beberapa Masa Pajak dalam Satu Surat Pemberitahuan Masa
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Pembukuan dengan menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang selain Rupiah serta
Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DASAR HUKUM
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.011/2012 Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata
Uang selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 Tentang Surat
Pemberitahuan (SPT)
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015 Tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata
Uang selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 Tentang
Surat Pemberitahuan (SPT)
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DASAR HUKUM
• Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-518/PJ./2000 Tentang
Penyampaian Surat Pemberitahuan selain melalui Kantor Pos
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-147/PJ./2006 tentang Bentuk, Isi,
dan Tata Cara Penyampaian SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2008 Tentang Bentuk, Isi,
dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
(SPT Masa PPN) dalam Bentuk Formulir Kertas (Hard Copy) bagi Pengusaha
Kena Pajak yang Dikukuhkan di Kantor Pelayanan Pajak, dalam Rangka
Pengolahan Data dan Dokumen di Pusat Pengolahan Data dan Dokumen
Perpajakan
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-9/PJ./2009 Tentang Tempat dan
Cara Lain Pengambilan SPT
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ./2009 Tentang Tata Cara
Penyampaian Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2009 Tentang Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan beserta Petunjuk Pengisiannya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/PJ/2009 Tentang Perubahan atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2009 Tentang Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi beserta Petunjuk Pengisiannya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2010 Tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-146/PJ./2006 tentang Bentuk, Isi dan
Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN)
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2010 Tentang Perubahan Pertama
atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2008 Tentang Bentuk, Isi, dan
Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN) dalam Bentuk Formulir Kertas (Hard Copy) bagi Pengusaha Kena Pajak yang
Dikukuhkan di Kantor Pelayanan Pajak, dalam Rangka Pengolahan Data dan Dokumen di
Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 Tentang Bentuk
Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi dan Wajib Pajak Badan beserta Petunjuk Pengisiannya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 Tentang Bentuk, Isi, dan
Tata Cara Pengisian serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2010 Tentang Bentuk, Isi, dan
Tata Cara Pengisian serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) bagi Pengusaha Kena Pajak yang Menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2013 Tentang Perubahan atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, dan
Tata Cara Pengisian serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) bagi Pengusaha Kena Pajak yang Menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2013 Tentang Perubahan atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 Tentang Bentuk, Isi, dan Tata
Cara Pengisian serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
(SPT Masa PPN)
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2013 Tentang Bentuk, Isi, Tata Cara
Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pasal 26
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26/PJ/2013 Tentang Perubahan atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib
Pajak Badan beserta Petunjuk Pengisiannya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-06/PJ/2014 Tentang Tata Cara
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
Menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara E-Filing dan Merupakan Pegawai Tetap
pada Pemberi Kerja Tertentu
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014 Tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 Tentang
Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2014 Tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 Tentang
Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2015 Tentang Bentuk, Isi, dan
Tata Cara Pengisian serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015 Tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 Tentang
Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan beserta Petunjuk Pengisiannya
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DASAR HUKUM
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2017 Tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
Tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan beserta Petunjuk
Pengisiannya
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2019 Tentang Tata Cara
Penyampaian, Penerimaan, dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
• Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-03/PJ/2019 Tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Penyampaian, Penerimaan, dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan
• Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-150/PJ.03/2017 Tentang Penegasan
Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh)
terkait Penyampaian Surat Pernyataan Harta (SPH) untuk Pengampunan Pajak
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PENGERTIAN SPT
(Pasal 1 (11) UU Nomor 28 Tahun 2007)
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 3 PMK Nomor 9/PMK.03/2018)
Jenis-Jenis SPT :
• SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh)
 SPT Tahunan PPh untuk satu Tahun Pajak; dan
 SPT Tahunan PPh untuk Bagian Tahun Pajak;
• SPT Masa yang terdiri dari;
 SPT Masa Pajak Penghasilan (PPh);
 SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN); dan
 SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi Pemungut PPN.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
FUNGSI SPT
(Penjelasan - Pasal 3 (1) UU Nomor 28 Tahun 2007)
• Bagi Wajib Pajak
• Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang
• Bagi Pengusaha Kena Pajak
• Mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPnBM yang
sebenarnya terutang
• Bagi Pemotong atau Pemungut
 Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut
dan disetorkannya kepada Negara dan pihak yang dipotong.
 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
JENIS SPT
(PMK 243/PMK.03/2014 Pasal 4 jo. PMK Nomor 09/PMK.03/2018)
Jenis SPT :
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15
• SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
• SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut
• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam
bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat
• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PENGAMBILAN DAN PENYAMPAIAN SPT
(PER-9/PJ/2009)
SPT dapat diambil di tempat sebagai berikut :
• Kantor Pelayanan Pajak (KPP);
• Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);
• Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
• Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;
• Pojok Pajak;
• Mobil Pajak;
• Melalui sistem komputer dengan alamat situs internet atau homepage
Direktorat Jenderal Pajak, yaitu: http://www.pajak.go.id
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PENGAMBILAN DAN PENYAMPAIAN SPT
PMK - 243/PMK.03/2014 jo. PMK - 9/PMK.03/2018)
Wajib Pajak (WP) menyampaikan SPT ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat WP terdaftar atau dikukuhkan, melalui:
• secara langsung oleh WP sendiri;
• kantor pos dengan bukti pengiriman surat; atau
• dengan cara lain, yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat, e-Filing, maupun laman penyalur SPT
elektronik pihak ketiga.
 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
TANDA TANGAN SPT
(Pasal 7 PMK - 243/PMK.03/2014 jo. PMK - 9/PMK.03/2018 jo. PER - 02/PJ/2019)
• SPT yang disampaikan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasa Wajib
Pajak. Dalam hal WP adalah Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus atau
direksi. Jika SPT ditandatangani oleh bukan WP, harus dilampiri Surat Kuasa
Khusus.
• Penandatanganan SPT sebagaimana dimaksud dapat dilakukan dengan cara :
 tanda tangan biasa;
 tanda tangan stempel; atau
 tanda tangan elektronik atau digital (Sertifikat Elektronik, kode verifikasi yang
dikirimkan oleh Ditjen Pajak, atau tanda tangan elektronik lainnya yang ditentukan
Ditjen Pajak).

 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN
(Pasal 3 (7) UU Nomor 28 Tahun 2007 jo. Pasal 23 PER - 02/PJ/2019)
SPT dianggap tidak disampaikan apabila :
• SPT tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak sesuai Pasal 3 ayat (1) Undang-
Undang KUP
• SPT disampaikan dalam bahasa Indonesia menggunakan satuan mata uang
selain Rupiah
• SPT yang menyatakan Lebih Bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah
berakhirnya bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah
ditegur secara tertulis
• SPT Pembetulan yang menyatakan rugi disampaikan melewati jangka waktu 2
(dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan;
 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
MENYAMPAIKAN SPT
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 3 dan Pasal 4)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan SPT :
• Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan ditandatangani.
• Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015.
• Dalam hal WP adalah Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
MENYAMPAIKAN SPT
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 3 dan Pasal 4)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan SPT :
• Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada SPT.
• Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan
pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta
keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. Laporan
keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan dari masing-masing WP.
• Dalam hal laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat pasal 4 (4a) UU PPh diaudit oleh
Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan
dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga Surat Pemberitahuan dianggap tidak
disampaikan.
 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 3 (3) jo. PMK 9/PMK.03/2018 jo. PMK 242/PMK.03/2014)
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara umum adalah :
• untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
• untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga)
bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
• untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan
setelah akhir Tahun Pajak.
Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari
libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PERPANJANGAN BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 3 (4))
Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan pada pasal 3 ayat (3) huruf b, atau huruf c UU PPh karena luasnya
kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan keuangan,
atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi batas waktu penyelesaian
dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah ditentukan, Wajib
Pajak dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan
dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara
lain misalnya dengan Pemberitahuan secara elektronik kepada Direktur
Jenderal Pajak.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PERPANJANGAN BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
(PER - 21/PJ/2009)
Syarat permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan adalah :
• Pemberitahuan diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan berakhir dengan menyebutkan alasan-alasannya.
• Menyampaikan penghitungan sementara Pajak Penghasilan yang terutang dan
dilampiri Laporan Keuangan sementara tahun pajak yang berkenaan.
• Melampirkan bukti pelunasan atas kekurangan pajak yang terutang sebagaimana
dimaksud pada huruf b.
• Surat Pernyataan dari Akuntan Publik yang menyatakan audit Laporan Keuangan
belum selesai dalam hal Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik.
• Permohonan menggunakan formulir 1770-Y/1771-Y/1771-$Y atau dalam bentuk data
elektronik (e-SPT Y)
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
SANKSI KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SPT
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 7)
Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) UU PPh atau batas waktu perpanjangan penyampaian
SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) UU PPh, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar :
 Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
 Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya
 Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan
 Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi
Selain itu WP yang tidak menyampaikan sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada
pasal 3 ayat (3) UU PPh atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan
sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (4) UU PPh, dapat diterbitkan Surat Teguran.
 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PENGECUALIAN DARI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 3 (8) jo. PMK 9/PMK.03/2018 jo. PMK
243/PMK.03/2014 Pasal 18
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT adalah WP
tertentu yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
• Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau
memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 UU PPh .WP dengan kriteria ini
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal
25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
• Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas. WP dengan kriteria ini dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PENGECUALIAN PENGENAAN SANKSI DENDA PENYAMPAIAN SPT
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 7 (2))
Wajib Pajak yang dikecualikan dari pengenaan sanksi denda karena terlambat atau tidak
menyampaikan SPT adalah :
 Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia
 Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
 Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang tidak tinggal lagi di
Indonesia;
 Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
 Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
 Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
 Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;
atau
 Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PEMBETULAN SPT
(Pasal UU Nomor 11 Tahun 2020 Perubahan atas Pasal 8 UU Nomor 28 Tahun 2007
jo. Pasal 20 PMK 9/PMK.03/2018)
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan
(SPT) yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menyampaikan:
 surat pemberitahuan Pemeriksaan; atau
 surat pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka,
kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak.

 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
E-SPT DAN E-FILLING
(PER – 02/PJ/2019)
Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dalam
bentuk SPT Elektronik.
SPT Masa Elektronik wajib disampaikan oleh Wajib Pajak yang:
• Terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jakarta Khusus, dan KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib
Pajak Besar; dan/atau
• Sudah pernah menyampaikan SPT Masa Elektronik.
• Jenis SPT yang disampaikan secara elektronik adalah SPT Masa PPh 21/26, SPT Masa PPh
23/26, SPT Masa PPh 4 ayat (2), dan SPT Masa PPN.

 
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
E-SPT DAN E-FILLING
(PER – 02/PJ/2019)
Saluran e-Filing yang dapat digunakan Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT
Elektronik :
• Laman Direktorat Jenderal Pajak;
• Laman Penyalur SPT Elektronik;
• Saluran suara digital yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk Wajib Pajak
tertentu;
• Jaringan komunikasi data yang terhubung khusus antara Direktorat Jenderal Pajak
dengan Wajib Pajak; dan
• Saluran lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Elektronik melalui e-Filing dalam jangka waktu 24
(dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar Waktu Indonesia
Barat.

Anda mungkin juga menyukai