Anda di halaman 1dari 14

TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN

ASET NEGARA

OLEH :
ZAHRU ARQOM, S.H., M.H.LIT
Dasar Hukum
 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
 Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2006 jo Peraturan pemerintah No. 38 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindatanganan Barang Milik Negara.

Barang Milik Negara yang berasal dari APBN atau perolehan lainnya yang sah berada di bawah
pengurusan atau penguasaan kementerian/lembaga negara, lembaga pemerintah non kementerian,
serta unit-unit dalam lingkungannya yang terdapat baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan
jangkauan yang tersebar dan luas serta jumlah yang sangat banyak maka kekayaan negara harus
dikelola/dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagaimana diatur dalam PP Nomor : 6
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) dengan menganut asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi (keterbukaan), efisiensi akuntabilitas publik, dan
kepastian nilai.
Ruang Lingkup
 Pengelolaan BMN seperti halnya siklus logistik diawali dari Perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, Pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Pengamanan dan Pemeliharaan,
Penilaian, Penghapusan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, Pengawasan dan
pengendalian BMN, dimana dalam pengelolaannya harus terorganisir dengan baik sejak
dari perencanaan kebutuhan sampai pengawasan dan pengendalian sehingga dapat
terlihat dengan jelas siapa-siapa yang bertanggung jawab atas keberadaan dan
penggunaan kekayaan negara tersebut.
 Tugas dan tanggungjawab pengelola/pengguna BMN, Pejabat pengelolaan barang milik
negara, Penyelenggara kegiatan, kewenangan dan tanggung jawab pejabat pengelola
BMN serta ruang lingkup pengelolaan BMN.
Permasalahan dalam Pengelolaan BMN
 Fenomena temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pengelolaan kekayaan
negara belum sesuai dengan yang diharapkan, banyaknya permasalahan yang dihadapi
karena pengelolaannya atau administrasinya yang tidak tertib, yaitu dengan banyaknya
kejadian dimana aset/milik negara/daerah tidak dapat dikuasai negara/pemerintah
daerah dan bisa lepas dari kepemilikan negara/daerah, seperti terjadinya penyerobotan
BMN, aset-aset yang tidak memiliki bukti kepemilikan lengkap sehingga berpotensi
menyebabkan sengketa serta terungkapnya dugaan tindak pidana korupsi penjualan
lahan milik negara.

 Praktik di dalam pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN agar terwujud tertib
administrasi dan sekaligus akan mendukung tertib pengelolaan BMN.
Penanggung Jawab BMN
 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam Pasal 42 Hal
Pengelolaan Barang Milik Negara dinyatakan bahwa:

1) Menteri Keuangan mengatur Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN);


2) Menteri Pimpinan Lembaga adalah Pengguna Barang bagi Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya;
3) Kepala Kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga adalah Kuasa Pengguna Barang dalam
lingkungan kantor yang bersangkutan.

Menteri Keuangan adalah Pengelola Barang, selaku pejabat yang berwenang menetapkan kebijakan dan
pedoman pengelolaan Barang Milik Negara. Secara fungsional pengelolaan barang milik negara dalam
pelaksanaannya, dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara, dan Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang / KPKNL.
 Menteri/Pimpinan Lembaga adalah Para Pengguna Barang yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan
penggunaan Barang Milik Negara di lingkungan kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Menteri/Pimpinan
lembaga dalam melaksanakan tugasnya selaku Pengguna Barang secara fungsional dilaksanakan oleh :
a. Sekretaris Jenderal Kementerian Negara/Lembaga;
b. Kepala LPND yang bertanggung jawab pada Mensekneg;
c. Pimpinan Kesekretariatan/Kepaniteraan meliputi Lembaga Tinggi Negara/MA;
d. Sekretaris Menteri meliputi Kantor Menko/Kantor Meneg;
e. Jaksa Agung Muda Pembinaan yang bertanggungjawab pada Jaksa Agung.

 Pengguna Barang menetapkan Kuasa Pengguna Barang dan menunjuk pejabat yang mengurus dan menyimpan
BMN. Kepala Kantor/Satuan Kerja Unit Pusat dan Unit Vertikal di daerah adalah Kuasa Pengguna Barang pada
Kementerian Negara/Lembaga. Kuasa Pengguna Barang pada Unit Pusat dijabat oleh (1) Kepala Biro yang
menangani BMN pada Sekretariat Jenderal/Sekretariat Menteri Koordinator/Menteri Negara, (2) Kepala Biro yang
menangani pengelolaan barang milik negara pada sekretariatan Lembaga Negara dan Kepaniteraan Mahkamah
Agung, (3) Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris Inspektorat Jenderal, dan (4) pejabat lain
dalam jabatan struktural yang ditunjuk Pengguna Barang. 

Kepala Kantor/Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Barang, dan bertanggung jawab atas pengelolaan dan
penggunaan Barang Milik Negara di lingkungan kantor/satker yang dipimpinnya.
 Kewenangan dan tanggung jawab kuasa pengguna barang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 dalam Pasal 7, bahwa kuasa pengguna barang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk :

1) Mengajukan rencana kebutuhan barang milik negara untuk lingkungan kantor yang
dipimpinnya kepada pengguna barang;

2) Mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan


barang milik negara yang diperoleh dari beban APBN/APBD dan perolehan lainnya
yang sah kepada pengguna barang;

3) Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negara yang berada dalam
penguasaannya;

4) Menggunakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya untuk


kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kantor yang dipimpinnya;

5) Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik negara


yang ada dalam penguasaannya;

6) Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPT)


yang berada dalam penguasaannya kepada pengguna barang.
 Kuasa Pengguna Barang berhubungan langsung dengan barang milik negara harus melakukan penertiban
dan eksekusi/penarikan aset yang masih dikuasai mantan pejabat baik aset bergerak maupun tidak
bergerak, misalnya rumah dinas, mobil, infocus, laptop dan printer, dll.

Delik Commission dan Delik Ommision

Delik Commission adalah perbuatan melakukan sesuatu yang dilarang oleh aturan-aturan pidana, misalnya
mencuri (Pasal 362), menggelapkan (Pasal 372), menipu (Pasal 378). Delik commisionis pada umumnya
terjadi di tempat dan waktu pembuat (dader) mewujudkan segala unsur perbuatan dan unsur
pertanggungjawaban pidana.

Delik Ommisioni yaitu tindak pidana yang berupa perbuatan pasif yakni, tidak melakukan sesuatu yang
diperintahkan.  Contoh delik ommisionis terdapat dalam BAB V pasal 164 KUHP tentang kejahatan
terhadap ketertiban umum.
“Kerugian Negara” Akibat Mal Pengelolaan Aset BMN
 Hilangnya Aset BMN
Banyaknya aset negara yang tidak tercatat di BPN disebabkan oleh pengelola aset tidak mendaftarkan ke
BPN, atau terjadi pencatatan ganda antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat, atau lahan masih
bermasalah. Lahan bermasalah yang dimaksud, misalnya, riwayat kepemilikan tidak jelas, dokumen-
dokumen perolehan/pembelian seperti kuitansi tidak ada, kalaupun ada acap kali hanya foto kopi, atau
dalam hal tanah masih dalam kondisi sengketa atau diduduki pihak lain, termasuk aset-aset eks (pemerintah
kolonial) Belanda yang administrasinya tidak tertib (kacau). Bagaimana aset yang jelas-jelas milik PT KAI,
misalnya bisa menjadi hotel, dikuasai pihak lain, dll. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pertanahan
Nasional, 60 persen dari total aset negara berupa tanah belum terdaftar di Badan Pertanahan Nasional
(BPN). dari target 2.000 bidang tersertifikat pada 2013, terealisasi kurang dari 40 persen. Aset yang sudah
terdaftar di BPN tidak lebih dari 40 persen dari total aset yang ada.
 Administrasi dan Bukti Kepemilikan Lemah dan Tidak Pasti
Sebagai contoh : Kasus kepemilikan kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, walaupun keputusan hukum
berkekuatan tetap dimenangkan Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, namun kejaksaan tetap harus bayar denda
Rp9 miliar, karena tanah seluas 2000m2 di Jalan S. Parman No. 6 Jakarta Barat bukan miliknya.
Selanjutnya bahwa uang Rp9 miliar tersebut sebagai ganti rugi (denda) yang oleh Kejaksaan Negeri Jakarta
Barat telah memanfaatkan lahan Yayasan SG sejak 1980-an.
 Tersangkut Perkara Tindak Pidana Korupsi
Bahwa pengelolaan aset jika tidak sesuai prosedur dan melawan hukum dapat berhadapan dengan
penegakkan hukum khususnya Tiikor. Kasus penjualan lahan masih simpang siur apakah milik
Negara ataukah Yayasan hingga akhirnya menjerat 4 (empat) Dosen PTN.

 Kesadaran Menjaga BMN


Masih adanya Rumah Dinas yang ditempati pensiunan atau keluarganya. Belum beresnya status
rumah dinas milik pemerintah yang masih dihuni pensiunan atau pejabat, maupun dalam status
disewakan ke Pihak ke-3, hal ini dapat menghambat peningkatan peringkat audit Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
Legal Action / Tindakan Hukum
 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 1961 mengamanatkan bahwa setiap pengelola (pengguna) aset negara
wajib mendaftarkan astnya ke Badan Pertanahan.
 Persoalan terkait aset, adalah persoalan kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) instansi. Apabila ada
indikasi lalai mengurus aset-aset negara yang mengakibatkan aset-aset negara tersebut hilang atau tidak
diketahui keberadaannya tanpa dukungan bukti-bukti memadai, diselewengkan atau digelapkan. Pejabat
yang berwenang mengelola BMN/BMD bertanggung jawab atas kerugian negara/daerah sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu untuk menghindari hal-hal yang berpotensi
terjadinya kerugian negara maka perlu dilakukan pencegahan.

Tindakan Pencegahan :
 Terhadap BMN/BMD yang tidak diketahui nilainya perlu kerjasama dengan instansi lain yang terkait,
misalnya yang berkaitan dengan nilai aset dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
setempat dengan maksud manaksir nilai aset pemerintah yang tidak wajar dan demi tata tertib administrasi
kekayaan negara/daerah, dan apabila berkaitan dengan status kepemilikan khususnya tanah bekerjasama
dengan Badan Pertanahan Nasional setempat demi untuk kepastian hukum, dan tertib administrasi.
 Ruang lingkup pengamanan Barang Milik Negara meliputi pengaman fisik, pengamanan administrasi,
dan pengamanan hukum, pengamanan administrasi ditunjang oleh pengamanan fisik dan pengamanan
hukum atas barang milik negara merupakan bagian penting dari pengelolaan barang milik negara/daerah.
Kuasa Pengguna Barang, Pengguna Barang dan Pengelola Barang memiliki wewenang dan tanggung
jawab dalam menjamin keamanan barang milik negara yang berada di bawah penguasaannya dalam
rangka menjamin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintah.
 Ruang lingkup pemeliharaan Barang Milik Negara meliputi pemeliharaan ringan, pemeliharaan sedang,
dan pemeliharaan berat. Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas
pemeliharaan barang milik negara yang ada di bawah penguasaannya. Pemeliharaan berpedoman pada
Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB). Biaya pemeliharaan barang milik negara dibebankan
pada APBN/APBD.

Kuasa pengguna barang wajib membuat daftar hasil pemeliharaan barang yang berada dalam
kewenangannya dan melaporkan/meyampaikan daftar hasil pemeliharaan barang tersebut kepada
pengguna barang secara berkala. Pengguna barang atau pejabat yang ditunjuk, meneliti laporan dan
menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam satu tahun anggaran sebagai bahan
untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan barang milik negara.
Ad. Tindakan Pengamanan BMN
 Tindakan pengamanan meliputi Administrasi, Legal / Hukum dan Fisik.
 Secara Aministrasi dapat bekerjasama dengan Kantor Pertanahan /BPN dan instansi lain terkait.
 Pengamanan Legal dan Fisik dapat bekerjasama dengan JPN / Jaksa Pengacara Negara dan Kepolisian
karena dapat berupa tindakan penegakkan hukum baik Pidana maupun Perdata.
TERIMAKASIH, alias Maturnuwun...

Anda mungkin juga menyukai