Anda di halaman 1dari 18

Hakikat Bahasa

Laura Nova Anayobie


Nayyara Mutia Ayesha
Nur Rohmah Wulandari
— Apa itu hakikat
bahasa ?
Hakikat Bahasa
(1) bahasa itu sebagai sistem,
(2) bahasa itu sebagai lambang,
(3) bahasa itu berupa bunyi,
(4) bahasa itu bermakna,
(5) bahasa itu arbitrer,
(6) bahasa itu konvensional,
(7) bahasa itu produktif,
(8) bahasa itu unik,
(9) bahasa itu universal,
(10) bahasa itu dinamis,
(11) bahasa itu bervariasi
(12) bahasa itu manusiawi
Bahasa sebagai sistem
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari- hari dengan makna 'cara' atau 'aturan',
seperti dalam kalimat "Kalau tahu sistemnya, tentu mudah mengerjakannya". tetapi dalam dengan
keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau
berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya
berhubungan secara fungsional.
Contoh : (9) Kucing itu melompatlah ke meja.
(10) Kucinglah melompat itu meja ke
Pola-pola sistem dapat dipelajari. Karena itu kita akan tahu, kalau sudah kita pelajari, apakah suatu
deretan kata adalah kalimat bahasa Indonesia atau bukan. Malah kita juga bisa mengenali suatu deretan
kata adalah kalimat bahasa Indonesia atau bukan meskipun ada unsumya yang ditanggalkan.
Contoh : Ibu mem… seekor …
A B C D
Bahasa sebagai lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang
dengan pelbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut
ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan
manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi ( di Amerika di tokohi oleh Charles Sanders
Peirce dan di Eropa oleh Ferdinand de Saussure) dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu, antara lain
tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom). gerak isyarat (gesture), kode, indeks,
dan ikon.
Tanda, selain dipakai sebagai istilah generik dari semua yang termasuk kajian semiotika juga
sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu, adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai
atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah.
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang
menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan langsung.
Bahasa itu berwujud
lambang
● Di sini malah bisa ditambahkan adanya perbedaan yang
dilambangkan pada peraturan lalu lintas dan pada
pertandingan sepak bola. Keduanya mengandung konsep
yang sama. Manakah yang lambang dan mana yang tanda ?
(dikutip dari Barber 1972:18)

● Untuk memahami lambang ini tidak ada jalan lain selain


harus mempelajarinya. Orang yang belum mengenal
lambang itu, tidak akan tahu apa-apa dengan arti lambang
itu. Pada segi lain mungkin barang yang sama dipakai untuk
menandai atau melambangkan hal yang lain.
Bahasa itu berupa bunyi
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat
saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam
tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada
binatang dan manusia. Lalu, yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang
bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kalau bahasa itu berupa bunyi,
bagaimana masalahnya dengan bahasa tulisan? Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer, adalah
yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang
pertama-tama menjadi objek linguistik. Sedangkan bahasa tulisan, meskipun juga tidak dilupakan dalam
kajian linguistik (karena bahasa tulisan ini juga besar perannya dalam kehidupan manusia), hanyalah
bersifat sekunder. Bahasa tulisan sebenarnya hanyalah "rekaman" dari bahasa lisan. Jadi, bahasa yang
seharusnya dilisankan atau diucapkan dalam bahasa tulisan diganti dengan huruf-huruf dan tanda-tanda
lain menurut suatu sistem aksara.
Bahasa itu bermakna
Oleh karena lambang- lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat
dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Misalnya. lambang bahasa yang berwujud bunyi [kuda]:
lambang ini mengacu pada konsep "sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai". Kemudian,
konsep tadi dihubungkan dengan -benda yang ada dalam dunia nyata. Jadi, kalau lambang bunyi [kuda]
yang mengacu pada konsep "binatang berkaki empat yang biasa dikendarai" dihubungkan dengan benda
nyata yang ada di alam akan terlukis sebagai bagan berikut (dengan catatan yang bisa ditampilkan di sini
hanyalah gambar kuda, bukan kuda yang sebenarnya).

Karena bahasa itu bermakna, maka


segala ucapan yang tidak mempunyai makna
dapat disebut bukan bahasa. Jadi, bentuk-
bentuk berikut, setidaknya dalam bahasa
Indonesia, bukan bentuk bahasa. Sebab
fungsi bahasa adalah menyampaikan pesan,
konsep, ide, atau pemikiran.
Bahasa itu bersifat arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan 'sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka'. Yang
dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang
berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpamanya,
antara [kuda] dengan yang dilambangkannya, yaitu "sejenis binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai". Kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kuda].
Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya, tentu lambang yang dalam
bahasa Indonesia berbunyi [kuda], akan disebut juga [kuda] oleh orang di Klaten, dan bukannya [jaran].
Di Inggris orang juga akan menyebut [kuda] dan bukannya horse; begitu pun di Nederland akan disebut
[kuda] dan bukannya paard.
Memang ada juga yang berpendapat bahwa ada sejumlah kata dalam bahasa apa pun, yang
lambangnya berasal dari bunyi benda yang diwakilinya. Misalnya, lambang bunyi [cecak] yang
mempunyai hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu sejenis reptil yang bunyinya [cak,
cak, cak]. Jadi, di sini kata-kata yang disebut onomatope (kata yang berasal dari bunyi) ini lambangnya
memberi "saran" atau "petunjuk bagi konsep yang dilambangkannya. Kalau begitu dapat dikatakan
hubungan antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya tidak bersifat arbitrer. karena paling
tidak ada "saran" bunyi yang menyatakan hubungan itu.
Bahasa itu konvensional
Dalam hubungan dengan lambang dengan konsep yang dilambangkannya serta sifat konvensional
dari bahasa itu. ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi.
Pertama, sebuah lambang dapat melambangkan lebih dari sebuah konsep.
Kedua, sebuah konsep bisa dilambangkan dengan lebih dari sebuah lambang.
Sedangkan ketiga, kita dapat “menyodorkan” sebuah lambang untuk melambangkan sebuah
konsep.
Bahasa itu produktif
Kata produktif adalah bentuk adjektif dari kata benda produksi. Arti produktif adalah "banyak
hasilnya", atau lebih tepat "terus-menerus menghasilkan". Lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif,
maka maksudnya, meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya
terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai
dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
Bahasa itu unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Lalu, kalau
bahasa dikatakan bersifat unik. maka artinya, setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak
dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata,
sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah
bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Maksudnya, kalau pada kata tertentu di
dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna kata itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan
kalimat. Umpamanya kalau pada kalimat
Dia menangkap ayam
Bahasa itu unik
Bahasa itu universal
Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau ciri masing- masing, bahasa itu juga bersifat
universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri- ciri
yang universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-
ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa
bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Namun berapa banyak vokal
dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bahasa Indonesia,
misalnya, mempunyai 6 buah vokal dan 22 buah konsonan, sedangkan bahasa Arab mempunyai 3 buah
vokal pendek dan 3 buah vokal panjang serta 28 buah konsonan (Al-Khuli 1982:321); bahasa Inggris
memiliki 16 buah vokal (termasuk diftong) dan 24 buah konsonan (Al-Khuli 1982:320).
Bahasa itu dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.Karena
keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam
masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut
berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahasa itu disebut dinamis.

Barangkali, hampir setiap saat. ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu, atau
ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Kalau toh kelahiran konsep itu belum disertai
wadahnya, maka manusia akan menciptakan istilahnya. Betapa pesatnya perkembangan leksikon dalam
bahasa Indonesia dapat kita lihat kalau kita membandingkan jumlah kata yang ada di dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta yang hanya berjumlah sekitar 23.000 buah,
dengan kata yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berjumlah lebih dari 60.000
buah.
Bahasa itu bervariasi
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Yang
termasuk dalam satu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama.
Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan
menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat bahasa Sunda adalah orang-orang
yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Sunda. Dengan demikian, banyak orang Indonesia yang
menjadi lebih dari satu anggota masyarakat bahasa, karena di samping dia sebagai orang Indonesia, dia
juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa daerahnya.
Bahasa itu manusiawi
Dalam kisah nabi-nabi ada diceritakan bahwa Nabi Sulaiman dapat berbicara dengan kupu-kupu dan
mengerti percakapan raja semut dengan pasukannya. Adanya kisah ini menimbulkan pertanyaan: apakah
binatang mempunyai bahasa? Pertanyaan ini diperkuat lagi dengan adanya fakta bahwa ada beberapa jenis
burung yang dapat diajar berbicara. Atau lebih tepat kalau dikatakan burung-burung itu dapat menirukan
ucapan manusia.
Sekian,
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai