Anda di halaman 1dari 45

BERBAGAI RISIKO DAN HAZARD

K3 DALAM SETIAP TAHAP


PEMBERIAN ASUHAN
KEPERAWATAN

NS. ASEP PATUROHMAN. M.KEP


KESADARAN TERHADAP K3
MEMINIMALKAN RESIKO KECELAKAAN
KERJA DI PERUSAHAAN

Bekerja sesuai SOP dan bersikap yang professional. (Hati & Wahyuni 2016)
K3RS
• Pelaksanaan K3RS sesuia dengan kebijakan pemerintah tentang RS dengan
tujuan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan
kesehatan yang aman di RS.
Aturan K3RS mengenai:
Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi K3 RS serta Dan tindak lanjut
Seuai dengan SK Menkes No. 432/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 tentang Pedoman
Manajemen K3 di RS dan OHSAS 18001 tentang Standar Sistem Manajemen
K3.
Sistem manajemen K3RS adalah bagian dari sistem manajemen RS (Ivana,
Widjasana, & Jayanti, 2014).
K3 DALAM KEPERAWATAN

• Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk


menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan
bahaya, baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH
SAKIT

• Tingkat pengetahuan perawat


• Sikap perawat
• Fasilitas di rumah sakit
PRINSIP ETIK KEPERAWATAN

• 7 prinsip etik keperawatan yaitu yaitu; otonomi (menghormati hak pasien), non
malficience (tidak merugikan pasien), beneficience (melakukan yang terbaik
bagi pasien), justice (bersikap adil kepada semua pasien), veracity (jujur
kepada pasien dan keluarga), fidelity (selalu menepati janji kepada pasien dan
keluarga), dan confidentiality (mampu menjaga rahasia pasien).
PERAWAT 24 JAM DI SAMPING PASIEN

• Keselamatan pasien rumah sakit (Hospital Patient Safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden.
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN

• 1) ketepatan identifikasi pasien.


• 2) peningkatan komunikasi yang efektif.
• 3) peningkatan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.
• 4) kepastian lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan
pembedahan pada pasien yang benar.
• 5) pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
• 6) pengurangan risiko cedera pasien akibat terjatuh
1. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

- Dengan memakai gelang


Memakai gelang bukan berarti identifikasi pasien 100% tepat tetepai harus di
sertai yang lainnya
Pada penelitian Wahyuningrum (2015) ketepatan identifikasi pasien sebanyak
86% pasien menggunakan gelang identitas pasin dengan data yang lengkap.
4% pasien menggunakan gelang identitas dengan data yang tidak lengkap dan
10% pasien tidak menggunakan gelang identitas.
SEMUA PASIEN BARU YANG MASUK TELAH
DIBERIKAN GELANG IDENTITAS DAN
DITANYAKAN NAMANYA SAAT GELANG
DISEMATKAN, PEMBERIAN GELANG
TERSEBUT BERGUNA UNTUK
MEMUDAHKAN PROSES IDENTIFIKASI
PASIEN.
KESALAHAN IDENTIFIKASI DAPAT DISEBABKAN KARENA TIGA HAL, YAITU KESALAHAN
DALAM PEMASANGAN LEBEL, KESALAHAN PENULISAN, DAN KESALAHAN DALAM
KONFIRMASI IDENTITAS KEPADA PASIEN ATAU KELUARGA.
2. PENINGKATAN KOMUNNIKASI YANG
EFEKTIF
• Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang tepat sasaran dan mencapai tujuan.
• Strategi SBAR yang terdiri dari :
• S : Situation; Yakni penjelasan situasi terkini yang terjadi pada pasien.
• B : Background; Yakni informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi
dan latar belakang pasien terkini.
• A : Assessment; Yakni hasil pengkajian kondisi pasien terkini/ terakhir.
• R : Recommendation; Yakni rekomendasi apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah terhadap pasien .
3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG DI
WASAPADAI

a. obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA)
b. Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan
penandaan khusus dan dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap obatobat
yang dimaksud (apoteker / tenaga kefarmasian)
• c. Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit
konsetrat di Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin (khususnya
magnesium sulfat). Dimana obat-obat dimaksud diberi tempat tersendiri /
khusus.
• d. Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan
meliputi ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian
• e. Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu
melakukan monitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan efek
samping dan tersedia antidotumny
4. KEPASTIAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG
BENAR PROSEDUR YANG BENAR
PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
• A. Perifikasi pasien
• - Dokumen-dokumen yang terkait dengan tindakan pembedahan .
• - Assesmen pra operasi, diagnosis pra operasi, rencana operasi dan rencana anesthesi
• - Infomed Consent yang sudah ditanda tangani oleh pasien/ keluarganya, dokter operator dan
dokter anesthesi.
• -Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi, laboratorium, dll)
• - Alat-alat atau bahan khusus yang perlu disiapkan pada saat tindakan seperti implan, tranfusi
darah
• B- Penandaan Lokasi Prosedur (Marking) Semua pasien yang akan dioperasi
dimana lokasi operasi memiliki lateralisasi (sisi kanan dan kiri), struktur
ganda (jari-jari tangan, kaki, lesi) atau tingkatan berlapis (tulang belakang,
tulang iga) harus dilakukan pemberian “Surgical Site Marking”.

• C- RS melaksanakan Time Out dalam rangkaian prosedur keselamatan pasien


bedah terstandar.
5. PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KEPERAWATAN.

• A. Kebersihan tangan merupakan proses membersihkan tangan dengan


menggunakan sabun dan air yang menghalir (hand wash) atau dengan
menggunakan antiseptik berbasis alkohol (hand rub).
• B. Semua orang yang berada di RS wajib menjaga dan melaksanakan
kebersihan tangan c.
• D. Rumah Sakit memfasilitasi sarana prasarana kebersihan tangan yang
dibutuhkan.
6. PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH

• Melakukan identifikasi resiko jatuh


• Memberikan intervensi agar lingkungan aman
PENYEBAB TERJADINYA ADVERSE EVENTS
TERKAIT PROSEDUR INVASIVE

• Adverse Events =  peristiwa yang dapat menyebabkan hal yang tak terduga atau
tidak diinginkan sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat kesehatan
termasuk pasien atau orang lain (KTD).

• Contoh kejadian di RS: Kejadian adverse event yang disebabkan lebih oleh kesalahan
pengobatan (treatment). Korban Kejadian tidak diharapkan (KTD)/adverse event
bervariasi dari yang ringan seperti mual, gatal-gatal dan diare sehingga harus dirawat
lebih lama sampai pada akibat yang fatal seperti misalnya cacat seumur hidup dan
bahkan meninggal
• Klasifikasi Insiden Adverse Events (AE) :
• 1. Kejadian Sentinel Yaitu kejadian yang dapat mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius
• 2. Kejadia Nyaris Cedera (KNC) Kecelakaan tetapi belum sampai terpapar ke
pasien
• 3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) Kecelakaan yang mengakibatkan pasien
terpapar, tetapi tidak menimbulkan cedera
• 4. Kondisi Potensial Cedera (KPC) Kecelakaan yang berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadinya insiden
PENYEBAB KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN
(KTD)/ADVERSE EVENT DI RUMAH SAKIT

• 1. Alat Kesehatan
• − Defect (bawaan pabrik)
• − Pemeliharaan yang tidak memadai
• − Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
• − Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai
• − Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
• − Alat kesehatan tidak mengacu pada SOP
• − Kurangnya pengetahuan atau kurang pelatihan dalam penggunaan alat kesehatan
• 2. Sumber Daya Manusia Interaksi sumber daya manusia (SDM) dengan teknologi,
system, ataupun situasi yang dinamis.
Akibat yang ditimbulkan :
• − Diagnose yang salah akan menimbulkan pengobatan yang tidak tepat
• − Memerlukan rawat inap yang berkepanjangan
• − Perlunya intervensi medis atau pembedahan
• − Menyebabkan kesalahan berkelanjutan
• − Menurunnya kondisi kesehatan atau gangguan permanen fungsi dan struktur tubuh
• − Menyebabkan cacat permanen hingga sampai kematian
RUANG LINGKUP K3 DALAM KEPERAWATAN
• Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
• Membuat jalan penyelamatan (emergency exit),
• Memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK),
• Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja,
• mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja,
• Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis
• Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja,
• Mengusahakan keserasian antar pekerja, peralatan, lingkungan dan proses kerja
DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN
KESEHATAN

• 1. Sehat Kesehatan menjadi modal utama untuk bekerja sehingga


pemeliharaan kesehatan perawat akan membuat mereka mempunyai
ketahanan bekerja atau stamina cukup untuk bekerja yang dapat menjadi
dasar kualitas hidup seorang perawat dalam bekerja.
• 2. Kesehatan Kerja
• Merupakan suatu kondisi yang bebas dari gangguan secara fisik dan psikis
yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan dapat terjadi karena
adanya faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode
waktu yang ditentukan dan lingkungan yang menimbulkan stress atau
gangguan fisik. Risiko keselamatan dapat terjadi karena aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, sengatan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, serta kerusakan anggota tubuh,
penglihatan dan pendengaran. (Megginson dalam Mangkunegara,2000).
• 3. Risiko
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan paling lama
kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya, namun
banyak perawat tidak menyadari terhadap risiko yang mengancam dirinya,
melupakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
FAKTOR RISIKO YANG DAPAT
MENYEBABKAN TERJADINYA PAK
(PENYAKIT AKIBAT KERJA)
• A. Golongan Fisik
• a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai dengan Non-induced hearing
loss
• b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
• c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia. Sedangkan
suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
• d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
• e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata. Pencahayaan yang tinggi dapat
mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
B. GOLONGAN KIMIA

• a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis


• b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
• c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
• d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
• e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
C. GOLONGAN INFEKSI
• Kejadian penyakit infeksi di rumah sakit dianggap sebagai suatu masalah serius
karena mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan
secara global (Luo, et all, 2010)
• a rata-rata risiko transmisi virus melalui Blood-borne pada kecelakaan tertusuk
jarum yaitu 30% untuk virus Hepatitis B, virus Hepatitis C yaitu 3% dan kurang
lebih 0,3% untuk virus HIV (Weston, 2008). WHO (2002) mengestimasikan
bahwa sekitar 2,5% petugas kesehatan diseluruh dunia menghadapi pajanan
HIV dan sekitar 40% menghadapi pajanan virus Hepatitis B dan Hepatitis C
(Sadoh, et. all, 2006) dan 90% dari infeksi yang dihasilkan dari pajanan tersebut
berada di negara berkembang (Reda, et.all, 2010)
D. GOLONGAN FISIOLOGIS

• Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang kurang
baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan
kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada
tubuh pekerja.
E. GOLONGAN MENTAL

• Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan
pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
4. HAZARD

• Banyak perawat yang terpapar bahaya ketika melakukan pekerjaannya.


• Berikut jenis faktor-faktor yang mengakibatkan potensi terjadinya bahaya.
• a. Bahaya factor kimia (debu, uap logam, uap)
• b. Bahaya faktor biologi (penyakit dan gangguan oleh virus, bakteri, binatang dsb.)
c. Bahaya faktor fisik (bising, penerangan, getaran, iklim kerja, jatuh)
• d. Cara bekerja dan bahaya factor ergonomis (posisi bangku kerja, pekerjaan
berulang-ulang, jam kerja yang lama)
• e. Potensi bahaya lingkungan yang disebabkan oleh polusi pada perusahaan di
masyarakat.
RESIKO DAN HAZARD DALAM
MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN
• Risiko adalah gabungan dari kemungkinan atau frekuensi dan akibat atau konsekuensi
dari terjadinya bahaya tersebut penilaian risiko adalah penilaian menyeluruh untuk
mengidentifikasi bahaya dan menentukan apakah risiko dapat diterima.
• Manajemen risiko terdiri dari tiga langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan pengendalian risiko (Ramli ,2010).
• MANAJEMEN RISIKO ADALAH PENGELOLAAN RISIKO YANG
MENCAKUP IDENTIFIKASI PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO.
PENILAIAN RESIKO

• Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap


tingkat risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penilaian risiko
adalah proses evaluasi risiko risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya
dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan
menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak (Puspitasari, 2010).
PENEGENDALIAN RESIKO

• Menurut Hanafi dan Partawibawa 2016, pengendalian risiko terhadap bahaya


yang teridentifikasi dilakukan setelah dilakukan penilaian sebelumnya,
sehingga pengendalian risiko bahaya diprioritaskan pada bahaya dengan
kategori paling tinggi ke rendah.
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO

• Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus-
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko
atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan
HAZARD ADALAH

• Suatu kondisi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia (BNPB,
2008) 2. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana tetapi tidak semua bahaya
selalu menjadi bencana. 3. Sumber bahaya suatu peristiwa yang hebat atau
kemungkinan menimbulkan kerugian atau korban manusia (Dirjen yanmedik,
2007).
KLASIFIKASI HAZARD
• Menurut Ndejjo 2015, bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis dan non biologis.
• Bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka laserasi, luka yang tajam, kontak langsung
dengan spesimen yang terkontaminasi bahan biohazardous, yang ditularkan melalui darah
patogen, penyakit infeksi, penyakit udara, penyakit vektor yang ditanggung, dan kontaminasi
silang dari material kotor

• Bahaya nonbiologis didefinisikan untuk termasuk fisik, psikososial, dan ergonomis bahaya:
bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh, luka bakar, fraktur, radiasi dari sinar-x, kebisingan,
dan radiasi nonionisasi. Bahaya psikososial termasuk fisik, penyalahgunaan psikososial, seksual,
dan verbal dan menekankan. Bahaya ergonomis seperti nyeri otot, strain atau terkilir.
IDENTIFIKASI HAZADR

• Mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui


potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan
karakteristik bahaya, maka dapat lebih berhati-hati dan waspada untuk
melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan,
namun tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah (Ramli, 2009).
RISIKO DAN HAZARD DALAM
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

• Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat saja bisa terjadi adalah.
Kurangnya informasi atau data yang diberikan oleh keluarga pasien atau Pasien
itu sendiri atau dalam kata lain menyembunyikan suatu hal, sehingga dalam
proses pengkajian kurang lengkap. Akibatnya perawat ataupun dokter akan
salah dalam memberikan perawatan sehingga berbahaya terhadap pasien
• Pada saat melakukan pengkajian dapat juga terjadi di kejadian tertularnya
penyakit dalam hal ini seperti kontak fisik maupun udara titik pada saat
perawat melakukan perawatan ataupun pengkajian kepada pasien maka
perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien tersebut.
• Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja
mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun keluarga pasien. Misalnya
pasien ataupun keluarga yang tidak menyukai proses perawatan atau
pengkajian dapat saja melakukan kekerasan fisik terhadap perawat.
• Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian
ataupun pada proses wawancara. Ketika perawat menanyakan data atau
informasi pasien namun, keluarga pasien menyembunyikannya. Sehingga
demi keselamatan pasien perawat tetap menanyakan sehingga pasien atau
keluarga kurang menyukainya dan akhirnya mendapatkan cacian atau
perlakuan tidak baik.
RISIKO DAN HAZARD DALAM
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

• Kesalahan saat merencanakan pengkajian dapat saja terjadi, jika perawat


salah dalam mengkaji maka Perawat akan salah dalam memberikan proses
perawatan atau pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatkan
kesehatan pasien Malah semakin terganggu.
RISIKO DAN HAZARD DALAM
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

• Menurut Putri, T.E.R,2017, kesalahan saat melakukan implementasi atau


pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu merupakan kesalahan yang sangat
fatal. Kesalahan ini dapat mengakibatkan kecelakaan pada pasien atau
perawat, misalnya kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien,
dikarenakan perawat lupa membaca instruktur atau catatan an-nur dokumen
rekam medik dari pasien tersebut.
RISIKO DAN HAZARD DALAM EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN

• Kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan


keperawatan dapat mengakibatkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan
yang kurang data yang sudah dilakukan oleh perawat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai