Anda di halaman 1dari 41

PERAN SHELTER WARGA DALAM PENCEGAHAN DAN

PENANGANAN KASUS KEKERASAN PEREMPUAN


DAN ANAK”

“PENDAMPINGAN DAN MANAJEMEN KASUS”

Makmur, S.Sos
Ketua TRC UPTD PPA Kota Makassar
Direktur LPA Kota Makassar
Direktur Yayasan Pabatta Ummi
SHELTER WARGA ???

Sebuah Gerakan Masyarakat yang


terkoordinasi di Tingkat Kelurahan untuk
berpartisipasi terhadap pemenuhan hak
anak, Perlindungan, Pencegahan serta
Pelayanan Kasus bagi perempuan dan anak
yang menjadi Korban tindak Kekerasan.
 Shelter Warga memiliki 3 (Tiga) Unit Layanan yaitu;
1. Unit Perlindungan Anak Terpadu Berbasis
Masyarakat (PATBM),
2. Unit Forum Anak Kelurahan (Pemenuhan Hak
Anak) ,
3. Unit Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak.

 Shelter Warga Memiliki Rumah Aman Sementara untuk


menenangkan Korban KTP/A .
RUMAH AMAN

Rumah Aman Sementara adalah Rumah


Warga Masyarakat bersedia dijadikan sebagai
tempat penitipan sementara.
Penanganan Korban di Rumah Aman
Sementara maksimal 24 Jam
Tim / Sekretariat
Shelter Warga

Diketahui

RUMAH AMAN

Tertutup
PEMBINA
Walikota Makassar

STRUKTUR WAKIL PEMBINA


Wakil Walikota Makassar

SHELTER WARGA PENGARAH


SEKDA Kota Makassar

WAKIL PENGARAH
1. Kapala Dinas PPPA Kota Makassar
2. Camat ………..
PENANGGUNG JAWAB
LURAH……

KETUA

SEKRETARIS

UNIT UNIT
UNIT
Forum Anak Penanganan
PATBM
Kelurahan Kasus KTP/A
UNIT PATBM

1. Koordinator
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Anggota
UNIT
FORUM ANAK KELURAHAN

KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

Divisi Divisi Divisi


Divisi Hak Sipil Divisi
Lingkungan Kesehatan Pendidikan,
& Kebebasan Perlindungan
Keluarga dan Dasar dan Pemanfaatan Khusus
Pengasuhan Kesejahteraan Waktu Luang,
Alternatif dan Kegiatan
Budaya
UNIT
PENANGANAN KASUS KTP/A

KOORDINATOR

SEKRETARIS BENDAHARA

Divisi
Divisi Pelayanan & Divisi Kesehatan &
Pemberdayaan dan
Pendampingan Psikologi
Rehabilitasi
Peran TIM
SHELTER WARGA
1. Melakukan Kampanye Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak
2. Melakukan pencegahan dengan melakukan sosialisasi kepada
Masyarakat sekitar terkait dengan KDRT, KTP, KTA dan TPPO
3. Mendorong munculnya peran serta masyarakat dalam upaya
pencegahan, pendampingan terhadap korban KDRT, KTP, KTA dan
TPPO
4. Melakukan layanan bagi korban KDRT, KTP, KTA dan TPPPO :
 Menerima pengaduan dan registrasi korban
 Memberikan layanan rumah aman/shelter bagi korban KTP/A
 Memberikan pendampingan yang diperlukan korban
 Mengadakan rapat kasus
 Merujuk kasus ke P2TP2A , Sekta, Polres
FUNGSI UNIT-UNIT
SHELTER WARGA

• Unit PATBM  Fungsi Pencegahan KTP/A


• Unit Forum Anak Kelurahan Kampanye
Pemenuhan Hak Anak di Tingkat Kelurahan

• Unit Penanganan Kasus KTP/A  Fungsi


Pelayanan, Pendampingan dan Pemberdayaan
bagi Korban KTP/A
Prinsip Pengelolaan
SHELTER WARGA
• PARTISIPATIF
• NON DISKRIMINASI
• KEPENTINGAN TERBAIK ANAK
• KELANGSUNGAN HIDUP DAN TUMBUH KEMBANG ANAK
MENJADI PRORITAS
• KEPENTINGAN TERBAIK BAGI KORBAN KTP/A
• PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN PERTIMBANGAN TERBAIK
• KEAMANAN DAN KENYAMANAN KORBAN ADALAH PRORITAS
UTAMA
• MELINDUNGI RAHASIA KORBAN
MANFAAT  SHETER WARGA

• Perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan


terlayani secara langsung, cepat dan aman. 
• Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga layanan, hal ini dapat dilihat dengan semakin
banyak kasus yang terlaporkan dan tertangani
• Meningkatnya kepedulian warga dalam melakukan
pencegahan, pelayanan dan pendampingan terhadap 
korban  KDRT, KTP dan KTA. Dapat dilihat dengan
semakin banyaknya kasus yang tertangani oleh
masyarakat yang dimediasi oleh shelter warga
• Semakin banyak kasus yang terlaporkan dan tertangani
Lajutan
• Semakin
MANFAAT
banyak orang yang peduli terhadap kasus KTP/A
• Tersedianya pelayanan dan penanganan ditingkat
masyarakat
• Terbangunnya solidaritas antar warga
• Terbangunnya pola hubungan yang harmonis antar
Lembaga-lembaga/kelompok ditingkat warga.
• Terbangunnya sinergitas antar kelompok dan individu di
masyarakat dalam penanganan kasus KTP/A
• Isu perempuan dan anak sudah menjadi isu prioritas baik
ditingkat kelurahan maupun ditingkat RT/RW
• Memutus mata rantai kekerasan yang dialami oleh
perempuan dan anak
Dasar Hukum
Peran serta Masyarakat dalam
Perlindungan Perempuan dan Anak
UU. No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 72
• (1) Masyarakat berperan serta dalam Perlindungan Anak,
baik secara perseorangan maupun kelompok.
• (2) Peran Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga
perlindungan anak, lembaga kesejahteraan sosial,
organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, media
massa, dan dunia usaha.
Lanjutan Pasal 72

Ayat (3) : Peran Masyarakat dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. memberikan informasi melalui sosialisasi dan edukasi mengenai Hak Anak
dan peraturan perundang-undangan tentang Anak;
b. memberikan masukan dalam perumusan kebijakan yang terkait
Perlindungan Anak;
c. melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi pelanggaran Hak Anak;
d. berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Anak;
e. melakukan pemantauan, pengawasan dan ikut bertanggungjawab
terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak;
f. menyediakan sarana dan prasarana serta menciptakan suasana kondusif
untuk tumbuh kembang Anak;
g. berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan negatif terhadap Anak
korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59; dan
h. memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi dan
menyampaikan pendapat.
UU No 23 Tahun 2004 TENTANG PENGHAPUSAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Pasal 15
Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai
dengan batas kemampuannya untuk:
a. mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b. memberikan perlindungan kepada korban;
c. memberikan pertolongan darurat; dan
d. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
UU. NO 21 Tahun 2007 Tentang PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG

Pasal 58
Ayat (2) :Untuk mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan langkah-
langkah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah membentuk
gugus tugas yang beranggotakan wakil-wakil dari pemerintah, penegak
hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi profesi, dan peneliti/akademisi.

Pasal 60
1. Masyarakat berperan serta membantu upaya pencegahan dan
penanganan korban tindak pidana perdagangan orang.
2. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diwujudkan dengan tindakan memberikan informasi dan/atau
melaporkan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada
penegak hukum atau pihak yang berwajib, atau turut serta dalam
menangani korban tindak pidana perdagangan orang.
Pendamping dan Pencatatan
KASUS KtP/A
• Orang yang mempunyai
Siapa itu Pendamping?
komitmen, kepedulian, kepekaan,
dan pemihakan.
• Orang yang mempunyai
pengetahuan dan perspektif.
• Orang yang mempunyai
ketrampilan.
• Melakukan pencegahan kekerasan
terhadap perempuan dan anak.
• Untuk memfasilitasi, memediasi,
dan mendampingi korban
(perempuan dan anak).
• Melindungi korban kekerasan
perempuan dan anak.
Yang Harus •Pengetahuan.
dimiliki •Perspektif (cara
Pendamping pandang).
•Ketrampilan
komunikasi.
•Bukan pelaku
kekerasan.
•Menjaga rahasia
korban.
•Bersikap profesional.
Etika Pendamping
• Tidak melabeli, tidak menstigma, dan tidak mencap
korban.
• Tidak menyalahkan atau menghukum korban.
• Tidak menghina korban.
• Tidak menggurui.
• Banyak mendengarkan.
• Menjaga kerahasiaan korban.
• Bersikap santun dan profesional.
• Tidak bersikap berlebihan dan menjanjikan sesuatu.
Kasus-kasus • Perempuan korban
Khusus kekerasan seksual harus
ditangani oleh perempuan.
• Perempuan dan anak-anak
yang mengalami kekerasan
berat, sebaiknya langsung
dirujuk ke psikolog.
• Kasus-kasus tertentu yang
sensitif dan berat,
sebaiknya langsung dirujuk
ke ahli/profesional.
•Non Diskriminasi Prinsip
•Kesetaraan Penanganan
•Yang tebaik bagi anak Korban
•Kelangsungan hidup
dan perkembangan
anak
•Penghargaan terhadap
pandangan anak
Penyelamatan • Mendahulukan
Korban keselamatan korban.
• Korban ditempatkan
pada lingkungan yang
aman.
• Tempat korban hanya
diketahui oleh orang-
orang tertentu.
• Jika dibutuhkan harus
dilaporkan kepada
aparat keamanan.
Wawancara dengan • Tempat harus memberi
kenyamanan bagi korban.
Korban • Menunjukkan pemihakan
terhadap korban.
• Bersikap terbuka
terhadap Korban.
• Sedikit bertanya, banyak
mendengar.
• Tidak mendesak, tetapi
memberi kesempatan
kepada korban.
• Meminta ijin untuk
mencatat/merekan.
Rujukan
• Jika kasus dianggap serius dan rumit, segera
dirujuk.
• Untuk kasus-kasus yang dapat diselesaikan,
rujukan merupakan pilihan terakhir.
• Korban harus mendapatkan informasi yang
jelas mengenai lembaga rujukan.
• Semua proses harus disertai dengan pencatatan.
Penyelesaian Kasus
Secara Kekeluargaan •Mendengar kedua
belah pihak.
•Mempertemukan
kedua belah pihak
untuk klarifikasi.
•Putusan diterima
oleh kedua pihak.
•Putusan dibuat
secara tertulis.
Pencatatan • Setiap korban harus
didata/dicatat.
• Data korban merupakan
rahasia, hanya diakses
oleh tim dan pihak yang
membutuhkan.
• Data korban harus
diberikan kepada
lembaga rujukan.
• Setiap proses
penyelesaian kasus harus
dicatat/tertulis.
TUJUAN
PENCATATAN

• Tersedia data kekerasan perempuan dan anak


yang dapat dimanfaatkan bagi penyusunan
kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan serta proses pengambilan
keputusan.
• Sebagai alat dalam pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan pembangunan perlindungan
perempuan dan anak khususnya upaya
meminimalisir kasus tindak kekerasan.
FORMAT PENCATATAN KASUS KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

1. Informasi Umum
2. Informasi
Mitra/Korban
3. Informasi Kasus
4. Informasi Pelaku
Informasi Umum

Nomor Register:
Hari / Tanggal :
Konselor :
Media :
1) Tatap Muka,
2) Surat,
3) Telepon
INFORMASI MITRA/KORBAN
1. NAMA 9. STATUS
2. NIK 10. JUMLAH ANAK
2. TEMPAT / TGL LAHIR 11. NAMA ORANG TUA/WALI
3. ALAMAT 12. ALAMAT
4. PENDIDIKAN 13. PEKERJAAN
- BAPAK
- IBU
5. AGAMA 14. JUMLAH SAUDARA (Anak
Nomor ?)
6. PEKERJAAN 15. HUBUNGAN DENGAN PELAKU

7. PENGHASILAN / BLN 16.RUJUKAN DARI


8. PENGELUARAN / BLN
INFORMASI KASUS
1. JENIS KASUS/KEKERASAN :
(KDRT, KDP, PERKOSAAN, PELECEHAN SEKSUAL, BURUH
MIGRAN/TKW, TRAFFICKING, DLL)

2. BENTUK KEKERASAN
FISIK SEKSUAL PISIKOLOGI EKONOMI/
PENELANTARAN

BENTUK
INTENSITAS

3. DAMPAK /AKIBAT KEKERASAN


FISIK SEKSUAL PISIKOLOGI EKONOMI/
PENELANTARAN
Lanjutan
4. TEMPAT & WAKTU KEJADIAN KEKERASAN :
NO BENTUK KEKERASAN WAKTU TEMPAT

5. SAKSI DAN ALAT BUKTI


NO BENTUK KEKERASAN ALAT BUKTI SAKSI

6. KEINGINAN & HARAPAN MITRA DAN KORBAN


KEINGINAN HARAPAN
Lanjutan
7. LAYANAN YANG DIINGINKAN KORBAN/MITRA
(Bantuan Hukum, Shelter, Konsultasi, Mediasi, Konseling,
Psikolog/Psikiater, dll)

8. ALASAN KORBAN/MITRA MELAPOR

9. INFORMASI DIPEROLEH DARI

10. KEDATANGAN KORBAN/MITRA KE KANTOR :


(Sendiri, Diantara/Bersama Orang Lain)

11. KRONOLOGIS SINGKAT


Lanjutan
12. KHUSUS KASUS TRAFFICKING :
a. Rute Trafficking :
b. Alat Transportasi :
Darat : -
Laut : -
Udara :
c. Cara yang Digunakan :
d. Bentuk Eksploitasi yang Dialami Korban
di Negara/Daerah Tujuan :
e. Bentuk Pelanggaran :
f. Bentuk Kriminalisasi (Bila Ada) :
INFORMASI IDENTITAS PELAKU
1. NAMA 11. NAMA ORANG TUA/WALI

2. TEMPAT / TGL LAHIR 12. ALAMAT


3. ALAMAT 13. PEKERJAAN
- BAPAK
- IBU
4. PENDIDIKAN 14. JUMLAH SAUDARA (Anak
Nomor ?)
5. AGAMA 15. CIRI CIRI PELAKU
6. PEKERJAAN
7. PENGHASILAN / BLN
8. PENGELUARAN / BLN
9. STATUS
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai