Makmur, S.Sos
Ketua TRC UPTD PPA Kota Makassar
Direktur LPA Kota Makassar
Direktur Yayasan Pabatta Ummi
SHELTER WARGA ???
Diketahui
RUMAH AMAN
Tertutup
PEMBINA
Walikota Makassar
WAKIL PENGARAH
1. Kapala Dinas PPPA Kota Makassar
2. Camat ………..
PENANGGUNG JAWAB
LURAH……
KETUA
SEKRETARIS
UNIT UNIT
UNIT
Forum Anak Penanganan
PATBM
Kelurahan Kasus KTP/A
UNIT PATBM
1. Koordinator
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Anggota
UNIT
FORUM ANAK KELURAHAN
KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA
KOORDINATOR
SEKRETARIS BENDAHARA
Divisi
Divisi Pelayanan & Divisi Kesehatan &
Pemberdayaan dan
Pendampingan Psikologi
Rehabilitasi
Peran TIM
SHELTER WARGA
1. Melakukan Kampanye Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak
2. Melakukan pencegahan dengan melakukan sosialisasi kepada
Masyarakat sekitar terkait dengan KDRT, KTP, KTA dan TPPO
3. Mendorong munculnya peran serta masyarakat dalam upaya
pencegahan, pendampingan terhadap korban KDRT, KTP, KTA dan
TPPO
4. Melakukan layanan bagi korban KDRT, KTP, KTA dan TPPPO :
Menerima pengaduan dan registrasi korban
Memberikan layanan rumah aman/shelter bagi korban KTP/A
Memberikan pendampingan yang diperlukan korban
Mengadakan rapat kasus
Merujuk kasus ke P2TP2A , Sekta, Polres
FUNGSI UNIT-UNIT
SHELTER WARGA
Pasal 72
• (1) Masyarakat berperan serta dalam Perlindungan Anak,
baik secara perseorangan maupun kelompok.
• (2) Peran Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga
perlindungan anak, lembaga kesejahteraan sosial,
organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, media
massa, dan dunia usaha.
Lanjutan Pasal 72
Pasal 15
Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai
dengan batas kemampuannya untuk:
a. mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b. memberikan perlindungan kepada korban;
c. memberikan pertolongan darurat; dan
d. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
UU. NO 21 Tahun 2007 Tentang PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
Pasal 58
Ayat (2) :Untuk mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan langkah-
langkah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah membentuk
gugus tugas yang beranggotakan wakil-wakil dari pemerintah, penegak
hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi profesi, dan peneliti/akademisi.
Pasal 60
1. Masyarakat berperan serta membantu upaya pencegahan dan
penanganan korban tindak pidana perdagangan orang.
2. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diwujudkan dengan tindakan memberikan informasi dan/atau
melaporkan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada
penegak hukum atau pihak yang berwajib, atau turut serta dalam
menangani korban tindak pidana perdagangan orang.
Pendamping dan Pencatatan
KASUS KtP/A
• Orang yang mempunyai
Siapa itu Pendamping?
komitmen, kepedulian, kepekaan,
dan pemihakan.
• Orang yang mempunyai
pengetahuan dan perspektif.
• Orang yang mempunyai
ketrampilan.
• Melakukan pencegahan kekerasan
terhadap perempuan dan anak.
• Untuk memfasilitasi, memediasi,
dan mendampingi korban
(perempuan dan anak).
• Melindungi korban kekerasan
perempuan dan anak.
Yang Harus •Pengetahuan.
dimiliki •Perspektif (cara
Pendamping pandang).
•Ketrampilan
komunikasi.
•Bukan pelaku
kekerasan.
•Menjaga rahasia
korban.
•Bersikap profesional.
Etika Pendamping
• Tidak melabeli, tidak menstigma, dan tidak mencap
korban.
• Tidak menyalahkan atau menghukum korban.
• Tidak menghina korban.
• Tidak menggurui.
• Banyak mendengarkan.
• Menjaga kerahasiaan korban.
• Bersikap santun dan profesional.
• Tidak bersikap berlebihan dan menjanjikan sesuatu.
Kasus-kasus • Perempuan korban
Khusus kekerasan seksual harus
ditangani oleh perempuan.
• Perempuan dan anak-anak
yang mengalami kekerasan
berat, sebaiknya langsung
dirujuk ke psikolog.
• Kasus-kasus tertentu yang
sensitif dan berat,
sebaiknya langsung dirujuk
ke ahli/profesional.
•Non Diskriminasi Prinsip
•Kesetaraan Penanganan
•Yang tebaik bagi anak Korban
•Kelangsungan hidup
dan perkembangan
anak
•Penghargaan terhadap
pandangan anak
Penyelamatan • Mendahulukan
Korban keselamatan korban.
• Korban ditempatkan
pada lingkungan yang
aman.
• Tempat korban hanya
diketahui oleh orang-
orang tertentu.
• Jika dibutuhkan harus
dilaporkan kepada
aparat keamanan.
Wawancara dengan • Tempat harus memberi
kenyamanan bagi korban.
Korban • Menunjukkan pemihakan
terhadap korban.
• Bersikap terbuka
terhadap Korban.
• Sedikit bertanya, banyak
mendengar.
• Tidak mendesak, tetapi
memberi kesempatan
kepada korban.
• Meminta ijin untuk
mencatat/merekan.
Rujukan
• Jika kasus dianggap serius dan rumit, segera
dirujuk.
• Untuk kasus-kasus yang dapat diselesaikan,
rujukan merupakan pilihan terakhir.
• Korban harus mendapatkan informasi yang
jelas mengenai lembaga rujukan.
• Semua proses harus disertai dengan pencatatan.
Penyelesaian Kasus
Secara Kekeluargaan •Mendengar kedua
belah pihak.
•Mempertemukan
kedua belah pihak
untuk klarifikasi.
•Putusan diterima
oleh kedua pihak.
•Putusan dibuat
secara tertulis.
Pencatatan • Setiap korban harus
didata/dicatat.
• Data korban merupakan
rahasia, hanya diakses
oleh tim dan pihak yang
membutuhkan.
• Data korban harus
diberikan kepada
lembaga rujukan.
• Setiap proses
penyelesaian kasus harus
dicatat/tertulis.
TUJUAN
PENCATATAN
1. Informasi Umum
2. Informasi
Mitra/Korban
3. Informasi Kasus
4. Informasi Pelaku
Informasi Umum
Nomor Register:
Hari / Tanggal :
Konselor :
Media :
1) Tatap Muka,
2) Surat,
3) Telepon
INFORMASI MITRA/KORBAN
1. NAMA 9. STATUS
2. NIK 10. JUMLAH ANAK
2. TEMPAT / TGL LAHIR 11. NAMA ORANG TUA/WALI
3. ALAMAT 12. ALAMAT
4. PENDIDIKAN 13. PEKERJAAN
- BAPAK
- IBU
5. AGAMA 14. JUMLAH SAUDARA (Anak
Nomor ?)
6. PEKERJAAN 15. HUBUNGAN DENGAN PELAKU
2. BENTUK KEKERASAN
FISIK SEKSUAL PISIKOLOGI EKONOMI/
PENELANTARAN
BENTUK
INTENSITAS