PENYANDANG DISABILITAS
Pengalaman Yayasan Kita Juga dengan
Pendekatan RBM
BERKARYA BERSAMA
PENYANDANG DISABILITAS
Penulis:
Silvester Deniharsidi
Kontributor:
Rofinus Dhio
Heribertus Dedi Tarung
Yohanes Kaiser
Anselmus Kartono
Agnes Retnaningtyas
Fransiska Dambu
Marselina Sempel
Mariana Meranti Tija
Claudia Lelyana Alfriani
Michael Angelo Clemens
Yosep Jaga
BERKARYA BERSAMA
PENYANDANG DISABILITAS
Silvester Deniharsidi
Silvester Deniharsidi
BERKARYA BERSAMA PENYANDANG DISABILITAS
ISBN: 978-623-95528-6-2
Pengantar Editor
Pengantar
Silvester Deniharsidi
Daftar Isi
Bab 1. Pendahuluan............................................................... 1
1.1 Gambaran singkat tentang lembaga ................... 1
1.2 Wilayah kerja ........................................................ 4
1.3 Keberadaan Penyandang disabilitas
di Manggarai Barat ............................................... 5
Bab 1
Pendahuluan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
* Orang cacat
* Penyandang cacat
* Penyandang disabilitas
* Penyandang difabel
2.1.4 Difabel
Istilah difabel pertama kali dicetuskan di Indonesia oleh
beberapa aktivis di Yogyakarta; salah satunya adalah almarhum
Dr. Mansour Fakih (Ambulangsih, 2007; Priyadi 2006; Annisa
2005). Penggunaan kata difabel merupakan peng-Indonesia-an
dari “difabled people” yang merupakan kependekan dari
different
ability people atau yang dapat diartikan dengan seseorang
dengan kemampuan berbeda. Kata difabel memiliki hubungan
dengan istilah disable, disable sendiri bila diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia mempunyai arti kecacatan, dan penggunaan
istilah kecacatan memiliki transisi perubahan yang cukup
signifikan sesuai dengan persepsi dan penerimaan masyarakat
secara luas.
1. Biaya murah
RBM bekerja dengan konsep memanfaatkan sumber daya
yang ada di sekitar masyarakat. Misalnya dalam mengadakan
alat bantu tongkat, penyandang disabilitas tidak harus membeli
tongkat yang ada di toko, tetapi mereka dapat menggunakan
kayu-kayu di sekitar untuk membuat tongkat. Tukang kayu
berperan untuk membantu membuat tongkat yang sesuai
dengan keadaan penyandang disabilitas. Dalam pendekatan
RBM ini, cara kerja pertamanya adalah mengurangi kerja yang
berbiaya tinggi. Diupayakan untuk menggali potensi-potensi
yang ada di sekitar masyarakat itu sendiri. Jika memang apa yang
dibutuhkan itu tidak ada di lingkungan masyarakat dan benar-
benar dibutuhkan karena dianggap mampu mendorong
perubahan yang signifikan maka dapat didatangkan dari luar.
2. Melibatkan semua pihak
RBM bukanlah sebuah organisasi, tetapi mekanisme
kerjanya melibatkan semua pihak yang ada di masyarakat. Kerja
dengan RBM adalah bekerja bersama-sama sesuai dengan tugas
masing-masing. Fasilitas-fasilitas pendidikan akan memberi
perhatian kepada kebutuhan pendidikan penyandang disabilitas.
Begitu pula fasilitas kesehatan memberi perhatian kepada
kebutuhan kesehatan penyandang disabilitas. RBM tidak boleh
bekerja sendiri-sendiri. RBM itu bekerja dengan melibatkan
semua pihak.
4.1 Pengantar
Dalam melaksanakan pendekatan RBM, salah satu hal
yang sangat mendasar adalah membangun kesadaran pada
pihak masyarakat, keluarga, penyandang disabilitas sendiri
maupun pada pihak pemerintah. Anggota masyarakat harus
menyadari, memahami, dan mengetahui siapa yang dimaksud
dengan penyandang disabilitas, apa itu disabilitas dan apa
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengubah
kondisi disabilitas. Tanpa adanya kesadaran dari masyarakat,
maka mereka tidak dapat terlibat mengambil peran dalam
program kerja RBM secara sukarela. Dengan adanya kesadaran
dari masyarakat, diharapkan mereka dapat melakukan suatu
peran yang berkontribusi dalam memperbaiki atau membawa
kemajuan bagi kehidupan penyandang disabilitas yang ada di
sekitarnya secara sukarela.
Menyusun
Melakukan kerangka
Melakukan stakeholder kerja
pendekatan engagement bersama
dengan
Menentu stakeholder
kan desa kunci di
sasaran
Pengumpulan masyarakat
data
Penyandang
disabilitas
Gambar 4.1. Tahapan Pelaksanaan RBM di Desa
4.3.2 Melakukan pengumpulan data penyandang
disabilitas
Pengumpulan data penyandang disabilitas adalah
pekerjaan awal yang harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan inormasi terkait banyaknya penyandang
disabilitas, apa yang mereka lakukan, kemana mereka pergi dan
apa yang mereka butuhkan. Aspek-aspek data yang dikumpulkan
bukan hanya terkait berapa banyak jumlah penyandang
disabilitas, tetapi juga mencakup aspek kehidupan sosial
kemasyarakatan penyandang disabilitas itu sendiri. Oleh karena
itu, pengumpulan data ini menggunakan format khusus yang
mampu menampung segala informasi terkait penyandang
disabilitas.
Kotak 1:
5.1 Pengantar
Istilah stakeholder sudah sering kita dengar saat ini. Istilah
stakeholder berasal dari Bahasa Inggris “stake”dan “holder”.
“Stake”artinya; tiang pancang, patok ataupun saham.
Sedangkan holder adalah pemegang. Stakeholder, dapat saja
diartikan sebagai pemegang saham atau pemegang patok.
Dalam Bahasa Inggris berbentuk dalam satu kaja yaitu
“stakeholder” yang memilik arti: pemegang saham atau pemilik
modal.
Karakteristik
No. Stakeholder Peran dalam RBM Gap analysis
Stakeholders
1 Penyandang Individu yang Berpatisipasi Banyak yang
disabilitas mendapatkan untuk belum memiliki
banyak stigma memperbaiki keterampilan.
negative dari pandangan
masyarakat. dirinya, memiliki Latar belakang
Individu yang motivasi untuk pendidikan
berjuang untuk mengembangkan rendah.
memperbaiki diri
hidupnya
2 Keluarga Tempat penyandang Menyediakan Kurang memiliki
penyandang disabilitas tinggal. kebutuhan pengetahuan
disabilitas Menyediakan penyandang tentang
kebutuhan disabilitas, disabilitas.
penyandang menyediakan alat Ekonomi lemah.
disabilitas bantu.
Berkarya Bersama Penyandang Disabilitas
Karakteristik
No. Stakeholder Peran dalam RBM Gap analysis
Stakeholders
Dukun tradisional Menyediakan Dapat dibimbing Kurangnya
layanan untuk menjadi kader pengetahuan
patah tulang; urut rehabilitas. tentang
dan pengobatan disabilitas.
penyakit yang lain.
3 Tokoh Pemimpin dalam Mengatur Memiliki
masyarakat masyarakat yang kehidupan pandangan yang
mempunyai masyarakat tradisional terkait
kewenangan secara sosial disabilitas.
untuk membangun budaya
masyarakat.
4 Tukang kayu, Memiliki Membuat alat Belum memiliki
tukang batu keterampilan untuk bantu, pengetahuan
(tukang membangun rumah menciptakan terkait
bangunan) atau membuat lingkungan yang lingkungan dan
peralatan rumah aksesable. bangunan yang
tangga aksesable.
5 Pemerintahan Memiliki Membuat Belum memiliki
desa kewenangan program perspektif isu
dalam mengelola pemberdayaan disabilitas dalam
pembangunan yang bagi Penyandang merencanakan
ada di desa. disabilitas dan pembangunan di
keluarganya. tingkat desa.
Badan Mengawasi proses Memastikan Belum memiliki
Pemusyawaratan perencanaan program desa perspektif isu
desa (BPD) dan pelaksanaan mengakomodir disabilitas.
pembangunan desa. kepentingan
kelompok
penyandang
disabilitas
6 Puskesmas, Menyediakan Menyediakan Belum memiliki
puskemas fasilitas kesehatan layanan pelayanan
pembantu, Kesehatan bagi fisioterapi.
polindes, masyarakat.
Dokter umum Melakukan Menganalisa Penyandang
pemeriksaan apakah klien itu disabilitas jarang
membutuhkan berkunjung
spesialis lain atau ke puskesmas
tidak termasuk untuk melakukan
membutuhkan pemeriksaan
fisioterapi rutin
kesehatannya
Karakteristik
No. Stakeholder Peran dalam RBM Gap analysis
Stakeholders
Dokter Melakukan membantu Hanya tersedia di
Rehabilitasi pemeriksaan mengembalikan kota.
medis fungsional tubuh fungsi tubuh
seperti; lingkup pasien yang Penyandang
gerak sendi, menderita disabilitas jarang
gangguan fungsi berkunjung
tubuh atau ke puskesmas
disabilitas. untuk melakukan
pemeriksaan
rutin
kesehatannya
Fisioterapis Mengembalikan Mengembalikan Penyandang
fungsional gerak fungsional gerak disabilitas jarang
tubuh pasien tubuh pasien berkunjung
dengan berbagai dengan berbagai ke puskesmas
fisioterapi fisik dan fisioterapi untuk melakukan
alat fisioterapi yang fisik dan alat pemeriksaan
dapat digunakan fisioterapi rutin
untuk membantu yang dapat kesehatannya.
pasien. digunakan untuk
membantu pasien
penyandang
disabilitas.
Perawat Melakukan Memeriksa
pemeriksaan tekanan darah
tekanan darah dan penyandang
perawatan disabilitas untuk
fisioterapis
tahu apakah
penyandang
itu dapat diberi
pelayanan
fisioterapi atau
tidak.
Fisioterapi
okupasi
Fisioterapi wicara
Karakteristik
No. Stakeholder Peran dalam RBM Gap analysis
Stakeholders
Rehabilitasi sosial Rehabilitas yang
bertujuan untuk
memampukan
penyandang
disabilitas mampu
berinteraksi
dengan lingkungan
dapat mengalami
hambatan dan
kesulitan untuk
berpartisipasi
secara penuh dan
efektif dengan
warga negara
lainnya berdasarkan
kesamaan hak
7 Pendidikan Menyediakan Menyediakan Belum menerima
fasilitas pendidikan layanan anak-anak
Pendidikan hanya dengan
untuk anak-anak disabilitas.
non disabled.
8 Lembaga agama Menyediakan Menyediakan Belum
pembelajaran moral pembelajaran melakukan
dan keagamaan. moral. kegiatan
promosi hak-hak
disabilitas.
9 Organisasi Tempat masyarakat
kemasyarakatan; untuk terlibat
karang taruna, dalam program
, dll pemberdayaan.
10 kelompok tani Kelompok Kelompok petani Kelompok belum
untuk program dapat melibatkan memasukan
pemberdayaan penyandang kriteria
ekonomi disabilitas penyandang
masyarakat. menjadi anggota disabilitas
kelompok. menjadi salah
satu anggota.
Karakteristik
No. Stakeholder Peran dalam RBM Gap analysis
Stakeholders
11 Petugas Memberikan Memberikan Karena masih
penyuluh pengetahuan pengetahuan ada anggapan
lapangan (PPL) tentang pertanian tentang penyandang
pertanian dan dan perikanan. pertanian dan disabilitas
Perikanan perikanan kepada tidak mampu
penyandang melakukan usaha
disabilitas yang pertanian dan
memiliki usaha budidaya ikan.
pertanian dan
perikanan.
12 Pendamping Untuk melakukan Memastikan
Lokal Desa pendampingan pemerintahan
program di desa. desa melibatkan
penyandang
disabilitas
sebagai penerima
manfaat
pembangunan
desa
Kader
pemberdayaan/
kader posyandu
Bab 6
Membangun Kerja Sama
Dengan Fasilitas Kesehatan
Yang Ada Di Desa Sasaran
6.4 Testimony
Puskesmas Rekas sangat berterima kasih dengan SANKITA
karena sudah bekerja bersama dalam memenuhi kebutuhan
penyandang disabilitas di tiga desa sasaran SANKITA di wilayah
kerja Puskesmas Rekas.
Bab 7
Pentingnya Pelayanan
Fisioterapi Bagi Penyandang
Disabilitas di Desa
7.1 Pengantar
Ada dua kata yang sangat erat dengan pelayanan kepada
penyandang disabilitas, yaitu rehabilitasi dan fisioterapi. Konsep
RBM memiliki pengertian cukup luas, termasuk rehabilitasi
sosial. Konsep rehabilitasi dalam topik ini berhubungan
dengan aspek medis, seperti WHO memasukkan rehabilitasi
dalam bidang kesehatan pada matrix RBM. Rehabilitasi adalah
sebuah kegiatan ataupun proses membantu para penderita
yang mempunyai penyakit serius atau cacat (disabilitas) dan
memerlukan pengobatan medis untuk mencapai kemampuan
fisik psikologis dan sosial yang maksimal (Arnot, et al., 2009).
8
Komponen Kesehatan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat Pedoman RBM op.cit. hal. 49.
Jenis Kelamin
Nama Desa Total
L P
Golo Lujang 2 3 5
Loha 1 3 4
Compang 18 16 34
Waka 1 1 2
Labuan Bajo 3 3 6
Rekas 3 2 5
Golo Desat 3 3 6
Cunca Lolos 1 1 2
Dusun Kaca 3 0 3
Dusun Tenda 1 1 2
60 76 136
2. Sedang sakit
Penyandang disabilitas yang dalam keadaan sakit pada
saat kunjungan tidak dapat diberikan pelayanan fisioterapi.
Pelayanan fisioterapi akan diberikan setelah penyandang
disabilitas sembuh dari sakitnya.
Tomas Tani
Bapak Tomas Tani (70 tahun) mengalami bell’s palsy
(kelumpuhan otot wajah sebelah kanan) sejak tahun 2016 ketika
merasakan adanya denyutan di pipi dan mata. Karena tidak
nyaman dia pergi berobat ke RS. Santu Rafael Cancar pada tahun
2017. Hasilnya Bapak Thomas didiagnosa mengalami keseleo
saraf mata dan harus mengunjungi dokter ahli saraf. Tahun 2018
ada program kunjungan dokter saraf di RSUD Ben Mboi Ruteng.
Setelah diperiksa dokter mata, klien mendapatkan resep obat
untuk dibelikan sendiri di apotek. Namun, klien mencari obat
rekomendasi dokter di setiap apotek tidak ada yang menjualnya.
Klien pun tidak mencari obat itu sehingga membiarkan sakitnya
hingga sekarang.
Maria Adelheit
Ibu Maria Adelheit berusia 61 tahun, bekerja sebagai
petani. Ibu Adelheit mengalami bells palsy sejak tahun 1990.
Awalnya, dia merasakan sakit kepala. Anak-anaknya memijat
kepalanya dengan cara ditekan pada bagian belakang telinga.
Saat bangun pagi hari berikutnya, wajahnya terasa miring ke kiri.
Saat makan dan minum, semua makanan dan minuman bocor
karena tidak mampu mengunyah dengan baik dan bibir tidak
tertutup rapat. Ibu Maria sering berobat di desa dengan
pengobatan tradisional tetapi tidak ada perubahan.
Bab 8
Pembuatan Alat Bantu dari
Bahan Lokal
8.1 Pengantar
Salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi
penyandang disabilitas adalah ketersediaan alat bantu
fisioterapi. Pelayanan fisioterapi tidak hanya diberikan melalui
latihan gerak secara manual. Namun, ada pula latihan
fisioterapi yang diharuskan dengan menggunakan alat-alat bantu
fisioterapi. Namun, alat-alat bantu fisioterapi tidak ada di desa.
Fisioterapis pun mengalami keterbatasan untuk mengadakan
alat bantu fisioterapi.
1. Papan.
2. Kayu.
3. paku
Pengalaman Yayasan Kita Juga dengan Pendekatan RBM ~131~
Berkarya Bersama Penyandang Disabilitas
4. binen dari mobil bekas.
1. Kursi kayu yang kuat. Tidak boleh kursi kayu yang rusak atau
reot.
2. Siapkan kain atau sejenisnya yang aman digunakan untuk
anak dan dapat diikat di kursi.
Cara membuatnya;
1. Kursi yang digunakan diikat di salah satu tiang yang ada
dalam rumah untuk memperkuat kedudukan kursi.
2. Perhatikan permukaan tanah di sekitar kursi dan di tempat
berdirinya anak dalam kondisi yang rata dan tidak boleh ada
batu atau benda-benda keras.
3. Bagian depan kursi ditempelkan bantalan yang lembut untuk
melindungi perut anak dari bahan yang kasar.
1. Lebar kursi (ukur dari samping kanan hip ke samping kiri hip
atau bagian terluar kanan dan kiri)
2. Panjang kursi (ukur dari belakang pelvic ke belakang knee)
3. Tungkai bawah (ukur dari lipatan belakang knee ke
permukaan bawah kaki)
4. Tinggi sandaran belakang akan tergantung pada
keseimbangan trunk pengguna, juga dengan tingkat
keaktifannya.
Bab 9
Membangun Kemandirian
Ekonomi Bagi Penyandang
Disabilitas
9.1 Pengantar
Kemiskinan dan disabilitas adalah dua lingkaran yang
saling memberi pengaruh. Kemiskinan dapat menyebabkan
orang menjadi disabilitas dan disabilitas dapat menyebabkan
orang menjadi miskin. Orang yang hidup dalam kemiskinan
sering mengalami kelaparan, kurang gizi, sulit mengakses
tempat- tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan terhadap gejala-gejala awal yang mengganggu
kesehatannya dan mendapatkan pemeriksaan rutin. Orang
miskin juga sering bekerja pada tempat-tempat yang berbahaya
atau berisiko terhadap keselamatan kerjanya. Semua kondisi
tersebut menyebabkan orang miskin mempunyai peluang yang
sangat besar untuk menjadi disabled.
keuangan
9.4 Testimony
UBSP yang ada di Desa Watu Galang dan Golo Desat saat
ini sudah mendapatkan dukungan dana dari pemerintahan desa
masing-masing. Pemerintah Desa Golo Desat dan Watu Galang,
UBSP yang didampingi oleh SANKITA yang ada di desa masing-
masing sudah menjadi UBSP desa sehingga mendapatkan
dukungan dana pemberdayaan dari alokasi dana desa.
Bab 10
Menyediakan Pelayanan
Pendidikan Inkulif Bagi Anak-
Anak Disabilitas
10.1 Pengantar
Pendidikan merupakan hak dasar semua orang. Semua
warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendapatkan pendidikan dan negara mempunyai kewajiban
untuk menyelenggarakan sistem pendidikan untuk semua
warga negaranya. Dalam kehidupan bernegara kita, hak
pendidikan merupakan hak konstitusional bagi seluruh warga
negara dan pemerintah diberi kewajiban untuk membiayai dan
menyelenggarakan sistem pendidikan untuk mencerdaskan
kehidupan warga negaranya.Namun dalam pelaksanaannya,
masih banyak warga negara yang belum menikmati pendidikan.
Warga negara yang mendapatkan pendidikan hanyalah orang-
orang yang datang dari keluarga yang nemiliki ekonomi yang
baik, sedangkan warga negara yang miskin sangat sulit
mendapatkan kesempatan pendidikan.
20
15
10
0
SDK SDK Puing SDK Toe SDN SDI SDK Roe SDK
Compang Loha Rangga Lekaturi Betong
Watu
1 2 3 4 5 6 7
Count of Disabilitas
(blank)
Tuna Wicara
Tuna Rungu
Tuna Netra
Tuna Daksa
Mata Juling
Lamban belajar
Kesulitan belajar & Gizi buruk
Kerdil
Jari berdempetan
Hiperaktif
Gangguan prilaku
0 10 20 30 40 50
Gambar 10.2; grafik jenis disabilitas
10.2 Dasar Hukum penyelenggaraan
pendidikan inklusif
Upaya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak
disabilitas adalah dengan menyediakan layanan pendidikan
inklusif. Beberapa aturan sudah mengatur penyelenggaraan
pendidikan inklusif tersebut. Berikut, beberapa aturan baik dari
konvensi internasional sampai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia sendiri.
10.6 Testimony
Ibu Elis, seorang guru di SDK Reo sudah tiga kali mengikuti
pelatihan perkembangan dan pertumbuhan anak berkebutuhan
khusus. Pelatihan ini dilaksanakan di SLB Karya Murni Ruteng.
Pelatihan kedua, sebagai kelanjutan dari pelatihan yang
pertama. Pelatihan ketiga terkait sistem kerja sama antara pihak
sekolah dan masyarakat dalam mendampingi anak
berkebutuhan khusus. Menurut ibu Elisabet, ketiga pelatihan ini
sangat bermanfaat. Dengan pelatihan-pelatihan yang ada, ibu
Elisabet semakin menyadari bahwa semua manusia memiliki
kedudukan yang sama dan keinginan yang sama untuk
mencapai kehidupan yang
lebih baik. Hasil yang diperoleh ibu Elisabet dari pelatihan ini
adalah ibu Elisabet sudah mampu melakukan identifikasi anak
berkebutuhan khusus. Sebelum mengikuti pelatihan, ibu Elisabet
mengalami kesulitan mengidentifikasi indikator yang disebut
dengan anak berkebutuhan khusus.
11.1 Pengantar
Saat SANKITA memulai kerjanya dalam melakukan
advokasi sejak tahun 2010, Kabupaten Manggarai Barat saat itu
masih belum memiliki kebijakan terkait isu disabilitas. Sebagai
kabupaten baru saat itu, masih membutuhkan banyak
pembenahan. Pada tahun
2010, SANKITA mulai melakukan kunjungan ke dinas-dinas terkait
pemerintah seperti dinas sosial, dinas Pendidikan dan dinas
Kesehatan.
Gambar 11.1; advokasi melalui demonstrasi oleh penyandang
Pada saat kunjung ke dinas, ditemukan pengalaman,
isu disabilitas ini masih belum mendapatkan perhatian serius
dari dinas-dinas. Hampir semua dinas beranggapan, masalah
disabilitas ini merupakan tanggung jawab dinas sosial atau panti-
panti sosial sehingga pemerintah memberi bantuan beras dan
dana secukupnya. Dalam konsep dinas-dinas saat itu,
penyandang disabilitas belum menjadi prioritas dalam
pembangunan tingkat kabupaten.
11.4 Hambatan-hambatan
Hambatan-hambatan dalam melakukan advokasi adalah
1. Situasi politik.
Pemilihan kepala daerah (pilkada) memberi banyak
dampak pada saat melakukan advokasi. Advokasi yang
dilakukan pada saat sebelum pilkada hasilnya akan sangat
bergantung pada saat pilkada. Jika pada saat pilkada, yang
memenangkan pilkada adalah pasangan incumbent atau
yang masih menjabat hal ini akan mempermudah proses
kelanjutan advokasi. Namun, jika yang menang dalam
pilkada adalah pasangan baru, advokasi dilakukan mulai dari
awal memperkenalkan isu yang hendak diadvokasi kepada
pemimpin yang baru.
3. Prioritas pembangunan.
Perjuangan yang paling berat dalam advokasi adalah
memperjuangkan agar isu yang diperjuangkan masuk
menjadi
salah satu prioritas pembangunan di tingkat kabupaten.
Prioritas pembangunan di tingkat kabupaten sangat
ditentukan oleh dinamika politik lokal.
11.5 Testimony
Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Barat mengatakan kerja
sama antara Dinas Sosial Manggarai Barat dan SANKITA selama
ini sudah berjalan dengan baik. Kehadiran SANKITA mengangkat
isu disabilitas sangat membantu Dinas Sosial Manggarai Barat
dalam memberi arah kebijakan kepada penyandang disabilitas.
Sebelumnya, isu disabilitas belum menjadi isu yang benar-benar
diperhatikan. Tetapi dengan adanya lembaga sosial seperti
SANKITA, yang terus menerus melakukan komunikasi dengan
Dinas Sosial Manggarai Barat, isu disabilitas ini menjadi salah
satu isu yang mulai diperhatikan secara serius. Saat ini, Dinas
Sosial Manggara
12.1 Pengantar
Organisasi penyandang disabilitas (OPD) merupakan salah
satu wadah yang sangat penting bagi penyandang disabilitas.
Organisasi dipandang sebagai tempat bagi penyandang
disabilitas untuk mengaktualisasikan diri, mengembangkan
model-model advokasi sekaligus sebagai tempat untuk saling
memperkuat antara penyandang disabilitas. Saat ini, di
tingkat nasional banyak sekali OPD yang sudah terbentuk,
bahkan ada OPD yang membuka cabangnya sampai ke daerah-
daerah. Misalnya OPD Persatuan Tuna Netra Indonesia
(PERTUNI) dan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia
(PPDI). Di tingkat lokal, banyak pula OPD-OPD yang terbentuk,
yang berdiri sendiri atau tidak berafiliasi dengan OPD-OPD yang
ada di tingkat nasional.
12.4 Testimony
Menurut Ketua PPD Manggarai Barat, Simon Bonsafia,
kondisi penyandang diasbilitas di sekitar kota Labuan Bajo
sebenarnya tidak berbeda jauh dengan kondisi yangg dialami
oleh penyandang disabilitas di desa. Selama ini perhatian
pemerintah daerah hanya tertuju pada penyandang disabilitas
yang hidup di Panti sedangkan penyandang disabilitas yang
hidup di luar pantai sangat kurang diperhatikan.
Pada tahun 2018 SANKITA bersama-sama dengan
penyandang disabilitas menginisiasi terbentuknya sebuah
organisasi penyandang disabilitas Maggarai Barat. Semua
penyandang disabilitas yang hadir pada saat itu setuju untuk
membentuk organisasi penyandang disabilitas dengan nama
Perhimpunan Penyandang Disabilitas (PPD) Manggarai Barat
yang disingkat PPD Mabar. Untuk mendukung keberadaan
lembaga ini, SANKITA juga menyediakan beberapa pelatihan
antara lain; pelatihan kepemimpinan dan management
organisasi. Pelatihan-pelatihan tersebut sangat membantu PPD
Mabar untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengelola
keorganisasian.
Daftar Pustaka
Website
h t t p s : / / w w w. a l o do kt e r. c o m / a pa - y an g- d i m a k s u d- d
e n ga n-
fisiofisioterapi, diakses tanggal 4 Maret 2021.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Fisioterapi, diakses tanggal
04 Maret 2021.
https://id.wikipedia.org/wiki/Fisioterapi, diakses pada tanggal 04
Maret 2021.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Rehabilitasi, diakses pada
tanggal 04 Maret 2021.
h t t p: / / b p p s d mk . k e mk e s . g o . i d / p u s d i k s d mk / w p - c o
ntent/
uploads/2017/08/Promkes-Komprehensif.pdf