Anda di halaman 1dari 24

ANTROPOLOGI HUKUM

MIA AMALIA, SH, MH


Pengertian Antropologi
• Sebagaimana dikemukakan Hukum sebelumnya
Antropologi Hukum adalah suatu bidang khusus
atau suatu spesialisasi dari antropologi budaya,
yang menjadi ilmu pengetahuan yg berdiri sendiri.
• Suatu ilmu pengetahuan setidaknya mengandung
tiga hal yaitu :
1. Objek, yang dimaksud ialah masalah tertentu yg
dibahas yg dipelajari dhn metode.
2. Metode adalah suatu cara kerja ilmiah untuk dpt
memahami masalah yg dijadikan sistem sehingga
apa yg diketahui itu benar (Objektif).
3. Sistem adalah suatu uraian yg unsur-unsurnya
saling bertautan satu dan lain (sistematis)
sehingga mrpkn kesatuan dan kebulatan
pengertian.
Oleh karena itu ilmu pengetahuan itu adalah
ilmu yang dpt diuji kebenarannya atau dpt
dipertanggungjwbkan kebenarannya.
Dengan demikian antropologi hkm sbg ilmu
pengetahuan yg mrpkn spesialisasi dr antro
budaya terutama dari Etnologi atau ilmu
bangsa-bangsa.
• Oleh krn itu hkm adalah bagian dr suatu kebudayaan,
dan antropologi hkm itu mrpkn pendekatan yg holistik
terhdp segala hasil daya cipta manusia, maka
demikian pula Antropologi Hkm melakukan
pendekatan secara menyeluruh terhdp segala
sesuatu yg melatar belakang budaya hkm itu.

• Pokok Pengertian
• Sekedar pegangan dlm memahami ilmu pengetahuan
ini kita batasi pengertiannya bahwa Antropologi hkm
itu adalah ilmu pengetahuan (Logos) ttg manusia
(Antropos) yg bersangkutan dgn hukum.
• Manusia yg dimaksud adalah manusia yg hidup
bermasyarakat, bergaul antara yg satu dgn yg lain,
baik masyarakat yg masih sederhana budayanya
(primitif) maupun yg sudah modern (maju)
budayanya.
• Budaya yg dimaksud adalah budaya hukum yaitu
segala bentuk perilaku budaya manusia yg
mempengaruhi atau yg berkaitan dgn masalah hukum
• Masalah hukum yg dimaksud ialah bukan saja hkm
dlm arti dan bentuk perilaku sbg kebiasaan yg
berulang-ulang terjadi, sebagaimana dlm hkm adat
atau hkm dlm arti dan bentuk kaidah (ugeran,
ketentuan, patokan) peraturan perundangan,
• jika demikian hkm dgn pendekatan yg normatif,
tetapi jg masalah hkm yg dilihat dari segi
kecendikiawanan (intelektual), filsafat, ilmu jiwa dan
lainnya yg melatarbelakangi hukum itu, serta cara-
cara menyelesaikan sesuatu perselisihan yg timbul
dlm masyarakat.
• Yang terakhir ini merupakan objek yang menarik
perhatian dalam antropologi hukum
• Jadi masalah hkm dlm Antropologi Hukum bkn
semata-mata masalah hkm yg normatif sbgmana
terdpt dlm hkm perundangan atau masalah hkm yg
mrp pola ulangan perilaku yg sering terjadi
sbgmana terdpt dlm hkm adat, bukan itu saja.
• Tetapi juga masalah budaya perilaku
manusianya yg berbuat terhdp suatu masalah
hukum, dikarenakan adanya faktor-faktor
budaya yg mempengaruhinya. Faktor-faktor
budaya yg melatar belakangi masalah
perselisihan di kalangan orang-orang batak tdk
sama dgn cara-cara menyelesaikan di kalangan
orang-orang Minangkabau, mereka tdk sama,
dikrnakan latar belakang budaya masyarakat
adatnya berbeda-beda.
• Sifat Keilmuwan
• Untuk menjadi perhatian bahwa apa yg sering jg
dikemukakan di antara para ahli bahwa hkm itu tdk ada
pada masyarakat sederhana, tdk ada pd masyarakat
petani yg masih terbelakang.
• Adanya suatu pandangan yg hanya dilihat dr kacamata
budaya hkm Eropa (Barat), dimana hkm itu ada jika ada
petugas-petugas resmi yg menyelesaikan perselisihan,
sehingga tdk ada pengadilan berarti tdk ada hkm atau
tdk ada hkm tanpa keputusan para petugas hkm, jika
demikian maka berarti di zaman budaya lama di Eropa,
Yunanu Purba, Romawi Purba, berarti belum ada hkm.
Pandangan demikian itu tdk dpt dibenarkan dlm
Antropologi Hukum
• Sebagaimana dikemukakan L Pospisil bahwa
Antropologi Hukum tidaklah bersifat Etnosentris,
artinya tdklah segala sesuatunya hanya diukur
menurut ukuran yg berlaku dlm budaya sendiri,
oleh krn antropologi hkm itu adalah sbg berikut :
1. Antropologi hukum itu tdk membatasi
pandangannya pd kebudayaan tertentu.
Masyarakat manusia dipelajari dgn cara
perbandingan.
2. Antropologi hkm berbeda dr cabang ilmu sosial yg
lain, krn ilmu ini mempelajari masyarakat sbg
suatu keseluruhan yg utuh di mana bagiannya
saling bertautan.
3. Antropologi hkm yg modern tdk lagi memusatkan
perhatian hanya pd kekuatan sosial dan hal yg
superorganis, lalu memperkecil peranan individu,
kesemuanya mendpt perhatian yg sama.
4. Antropologi hukum tdk memandang masyarakat yg dlm
keseimbangan yg mengalami gangguan jika ada
penyimpangan, tetapi masyarakat dipandang secara
dinamis, sehingga peranan sosial dr hkm tdk terbatas
mempertahankan Statusquo
5. Antropologi hkm termasuk ilmu ttg hkm yg bersifat
empiris, konsekuensinya ialah bahwa teori yg
dikemukakan hrs didukung oleh fakta yg relevan atau
setidk-tdknya terwakili secara representatif dr fakta yg
relevan.
• Ruang Lingkup
• Sasaran penelitian atau pengkajian Antropologi
Hukum itu luas dan menyeluruh atau sbgmana
dikatakan T.O Ihromi bahwa Antropologi Hukum sbg
suatu cabang spesialisasi dari Antropologi Budaya yg
secara khusus menyoroti segi kebudayaan manusia
yg berkaitan dgn hkm sbg alat pengendalian sosial.
• Hal mana akan mempunyai makna, hkm dipandang
secara integrasi dlm kebudayaan, di mana hkm tdk
terpisah dr kategori pengendalian sosial lainnya dan
hkm yg ditekuni adalah hkm dlm aneka jenis
masyarakat
• Namun untuk memperoleh gambaran yg lebih konkret
jauh lebih tepat untuk memberi contoh-contoh
mengenai berbagai permasalahan yg pd umumnya
disoroti/dikaji oleh para peminat Antropologi Hukum
itu.
• Kemudian sbgmana dikatakan Koentjaraningrat ttg
Antropologi Budaya yang baru berkembang di
Indonesia dimana dalam hal menentukan dasar-
dasarnya kita belum terikat pada suatu tradisi,
sehingga kita masih merdeka untuk memilih dan
mengkombinasikan unsur-unsur dari berbagai aliran
dari antropologi yg paling cocok atau yg dpt
diselaraskan dgn masalah kemasyarakatan di
Indonesia
• Demikian pula halnya dgn Antropologi Hukum di
Indonesia yg baru mulai dikembangkan ini, kita
masih bebas untuk memilih cara yg sesuai dgn
keadaan masyarakat dan budaya hkm Indonesia yg
bhineka dan kebutuhan kita dlm rangka menunjang
pembinaan, pembangunan dan pembentukan hkm
nasional.

• Metode Pendekatan
• Dengan berpegang pada batasan pengertian bahwa
antropologi hukum itu adalah ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dlm kaitannya dgn aturan hukum.
• Maka sasaran studi dan pembahasannya terutama
ditujukan terhdp perilaku manusia dan aturan
hkmnya dlm kehidupan bermasyarakat.
• Mengapa diarahkan pada perilakunya dlm
bermasyarakat ?
• Oleh karena manusia itu tdk mempunyai arti, tdk dpt
hidup dan berkembang tanpa ada hubungan dgn
manusia lain atau tanpa bergaul dgn manusia yg lain.
• Dengan demikian maka cara bagaimana kita
mempelajari antropologi hkm dgn cara pendekatan
atau metode yg bagaimana kita melakukan studi
terhdp berbagai perilaku manusia yg menyangkut
hukumnya itu.
• Cara melakukan pendekatan terhadap Antropologi
Hukum yaitu sbb :
1. Metode Historis, metode historis yg dimaksud ialah
mempelajari perilaku manusia dan budaya hkmnya
dgn kaca mata sejarah. Manusia diciptakan Tuhan
YME dgn mempunyai akal pikiran maka ia
berperilaku. Prilaku pribadinya yang dilakukan
berulang-ulang menjadi Kebiasaan, Perilaku
kebiasaan yg ditiru, diterima dan didukung oleh
masyarakat menjadi Adat, jadi adat adalah
kebiasaan masyarakat. Kemudian adat yg ditetapkan
dan dipertahankan oleh kekuasaan (politik)
masyarakat menjadi Hukum Adat.
• Jadi Hukum Adat adalah adat kemasyarakatan
yg berkembang menjd negara krn mempunyai
pemerintahan
• Maka kelompok masyarakat penguasa
melahirkan hukum perundangan, hukum
perundangan ini bersumber dari hukum adat
dan kehendak (ideologi) yg dibuat oleh
penguasa pemerintah. Dengan adanya hukum
perundnagan maka hkm adat yag sebagian
besar tidak tertulis dlm bentuk kodifikasi dan
unifikasi menjadi hukum rakyat.
Negara (Hukum Per-Uuan)

Politik (Hukum Adat)

Masyarakat (Adat)

Pribadi (Kebiasaan)

Manusia (Berpikir & Berprilaku)


2. Metode Normatif Eksploratif, pengertian yang dimaksud
adalah mempelajari manusia dan budaya hukumnya dgn
bertitik tolak pd norma-norma (kaidah-kaidah) hkm yg
sudah ada baik dlm bentuk kelembagaan maupun dlm
bentuk perilaku. Jadi terlebih dahulu dilakukan
penjajakan terhdp norma hkmnya yg ideal, yg
dikehendaki berlaku. Jadi harus dilakukan penjajakan
ideologis terhdp norma hkm sehingga memudahkan
untuk menemukan jalur pengamatan terhdp perilaku
hkm itu. Dengan demikian norma hkm yg dijajaki itu bkn
semata-mata untuk mengetahui norma yg mana yg akan
diterapkan terhdp perilaku peristiwa hkmnya, melainkan
norma hkm yg mana yg akan digunakan dlm mengamati
perilaku-perilaku budayanya.
• Penjajakan yang normatif hanya untuk mengetahui
kaidah hkm yg akan digunakan dlm menyelesaikan
peristiwa hkm saja dan cukup sampai disitu, dlm hal ini
kebanyakan dilaksanakan oleh para sarjana hkm,
praktisi atau para aparat penegak hkm.
• Metode normatif eksploratif yg digunakan dlm
Antropologi Hukum tdk semata-mata melihat
masalahnya dr kacamata hkm, yg banyak terdpt dlm
buku-buku, kitab UU, atau hukum adat tetapi yg
penting adalah pada kenyataan yg berlaku dlm
masyarakat guna menjajaki lebih jauh dlm arti
kecendekiawanan, segi filsafat ilmu jiwa yg
melatarbelakangi perilaku manusianya. Jadi
penajajakan ini sekedar anak tangga tempat berpijak
guna mencapai dan memahami sebab akibat perilaku
3. Metode Deksriptif Perilaku, maksudnya cara
mempelajari perilaku manusia dan budaya
hukumnya dgn melukiskan situasi hkm yg nyata.
Cara ilmiah ini menyampingkan norma-norma
hkm yg ideal, yg citakan berlaku, tertulis atau
tdk tertulis, sehingga ia mrp kebalikan dr
metode normatif eksploratif. Jadi metode ini tdk
bertitik tolak dr hkm yg eksplisit (terang dan
jelas) aturannya yg positif dinyatakan berlaku
tetapi jg yg diutamakannya dlm situasi hkm atau
peristiwa hkmnya.
• Jadi yang menjadi perhatian bukanlah
melakukan studi bagaimana hidup manusia itu
tunduk kpd aturan-aturan hkm, bukan hanya itu
saja tetapi masalah yg penting ialah mengapa
aturan-aturan hkm itu sesuai dgn hidup mereka.
Begitu pula mengapa perilaku manusia itu
banyak menyimpang tdk sesuai dan atau tdk
mentaati hkm yg ideal walaupun hkm itu adalah
kehendak pemerintahnya dan dibuat atas
persetujuan bersama. Penggunaan metode
deksriptif akan menjadi lebih sempurna apabila
ia juga didampingi metode kasus.
4. Metode Studi Kasus, cara pendekatan
antropologi hkm dgn metode studi kasus yang
dimaksud ialah mempelajari kasus-kasus
peristiwa hukum yg terjadi, terutama kasus-
kasus perselisihan. Dengan demikian studi kasus
berbeda dari metode deskriptif eksploratif oleh
karena ini masih tetap berpegang dgn norma-
norma hkm yg dikehendaki berlaku. Norma-
norma hkm yg sudah ada ketentuannya,
perilaku-perilaku hkm yg seharusnya berlaku
dibandingkan dgn keadaan yg nyata ditemukan
di lapangan.
• Mengapa titik perhatian ditujukan pada adanya
peristiwa perselisihan, walaupun sebenarnya kasus
perselisihan itu bukanlah sbg objek yg utama hrs
dipelajari dlm penelitian antropologi hukum. Oleh
karena pada kenyataannya perilaku hkm manusia itu
lebih banyak berperan di dalam penyelesaian kasus
perselisihan kepentingan. Bukankah hkm itu lebih aktif
berperan di dalam suatu perselisihan yg terjadi, oleh krn
sekelompok org berusaha mencari jalan penyelesaian,
berusaha mempertemukan para pihak yg berselisih,
mencari dan berusaha mengembalikan keseimbangan
antara pr pihak yg terganggu mendamaikan dan
merukunkan kembali antara pihak atau menerapkan
hkm yg menjd dasar menetapkan keputusan.
SELESAI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai