Anda di halaman 1dari 36

BANK, NOTARIS DAN TINDAK PIDANA

Pengertian

Pengertian Bank secara bertahap mengalami perbaikan semula


menurut UU RI No. 14 Tahun 1967 menyatakan bahwa bank adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan pengedaran uang. Sedangkan menurut
UUD RI No. 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa bahwa bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat. Kemudian diperbaiki lagi oleh UU RI No. 10 Tahun 1998
yang menegaskan bahwa bank adalah yang menghimpun dana dari
masyarakat dalm bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Lembaga Keuangan Bank

Kelompok lembaga keuangan bank memang memberikan

pelayanan keuangan yang paling lengkap diantara lembaga

keuangan yang ada. Kelompok lembaga keuangan bank terdiri dari :

1). Bank Sentral

2). Bank umum ( Konvesional dan Syariah )

3). Bank Perkreditan Rakyat ( Konvesional dan Syariah )


1. Bank Central

Bank Sentral di Indonesia dilaksankan oleh Bank Indonesia

dan semula memegang fungsi bank sirkulasi serta “ bank to bank “

atau “ lender of the last resort “, biasanya pelayanan yang diberikan

oleh Bank Indonesia lebih banyak kepada pihak pemerintah dan

dunia perbankan. Namun sekarang sesuai dengan tugas yang

tercantum dalam UU RI No.23 tahun 1999. Dan setelah lahirnya

OJK sebagian kewenangan beralih ke OJK


2. Bank Umum

• Undang-undang Ri No. 7 tahun 1992 tanggal 25 Maret 1992 tentang


perbankan diperbaharui dengan UU No. 10 tahun 1998, menjelaskan
bahwa Bank adalah “ badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan mengeluarkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak “.
• Bank umum juga dikenal dengan nama bank komersial dan
dikelompokan kedalam 2 jenis antara lain bank umum devisa dan
bank umum non devisa. Bank umum yang berstatus devisa memiliki
produk yang lebih luas daripada bank non devisa, antara lain dapat
dilaksanakan jasa yang berhubungan dengan seluruh mata uang
asing atau jasa bank keluar negeri.
• Bank umum juaga terdiri dari dua jenis yaitu : (1). Bank yang
melaksankan kegiatan usahanya secara konvesional dan/atau (2).
Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah.
3. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR )

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksankan

kegiatan usahanya secara konvesional dan atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Bentuk hukum bank umum dan BPR dapat berupa

Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah dan Koperasi.


Kegiatan- Kegiatan Bank Umum

1. Menghimpun dana dari masyarakat ( Funding ) dalam bentuk :


1). Simpanan Giro (Demand Deposito)
2). Simpanan Tabungan ( Saving Deposit )
3). Simpanan Deposito ( Time Deposit )

2. Menyalurkan dana kemasyarakat ( Lending ) dalam bentuk :


1). Kredit Investasi
2). Kredit Modal Kerja
3). Kredit Perdagangan

3. Memebrikan jasa-jasa bank lainnya ( Services ) seperti :


1). Transfer ( Kiriman Uang )
2). Inkaso ( Collection )
3). Kliring ( Clearing )
4). Save Deposit Box
5). Bank Card
6). Bank Notes ( Valas )
Kegiatan BPR Konvesional
1). Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
2). Memberikan kredit;
3). Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank
lain;

Larangan Kegiatan Usaha BPR Konvesional


1). Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
2). Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali sebagai
pedagang valuta asing;
3). Melakukan penyertaan modal;
4). Melakukan usaha perasuransian;
5). Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana di maksud
dalam kegiatan usaha BPR Konvesional tersebut diatas.
BANK UMUM SYARIAH DAN BANK
PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH
TUJUAN BANK SYARIAH
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara
Islam.

Menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi

Meningkatkan kualitas hidup umat

Menanggulangi masalah kemiskinan

Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter

Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap


bank non syariah
KONSEP & SISTEM
PERBANKAN SYARIAH

PROSES
PENYALURAN DANA

PROSES
PENGHIMPUNAN
MASYARAKAT DANA MASYARAKAT
PEMILIK DANA PENGGUNA DANA
KONSEP PENYALURAN DANA :
1. Kerjasama Bagi-Hasil
Mudharabah
Musyarakah
2. Jual-bali :
KONSEP PENGHIMPUNAN Murabahah
DANA : Salam & Salam Pararel
Istishna & istishna Pararel
1. AL WADIAH 3. Prinsip sewa
2. MUDHARABAH 4. Prinsip Pinjam Meminjam
5. Prinsip kegiatan berbasis imbalan
Wakalah
Kafalah
Hiwaalah
5. Zakat
KEGIATAN USAHA BANK
PERKREDITAN RAKYAT ( BPR )
SYARIAH
1. Menerima simpanan dana dari masyarakat dalam bentuk :
1). Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah;
2). Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah;
3). Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah.
2. Menyalurkan dana melalui :
1). Transaksi jual beli berdasarkan prinsip :
 mudharabah;
 isthishna;
 ijarah;
 salam;
2). Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil meliputi :
 mudharabah;
 musyarakah;
 bagi hasil lainnya;

3. BPRS dapat bertindak sebagai lembaga baitul ma’al yaitu menerima


dana berasal dari zakat, infaq, shadaqah, waqaf hibah atau dana sosial
lainnya dan meyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan
dan atau pinjaman kebajikan (qardh-ul hasan).

4. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPRS sesuai dengan


prinsip syariah.
LARANGAN KEGIATAN USAHA BANK
UMUM SYARIAH
1. Bank Umum Syariah

1). Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana


dimaksud dalam kegiatan usaha Bank diatas;

2). Melakukan usaha perasuransian;

3). Melakukan kegiatan usaha lain di luar kegiatan usaha


sebagaimana dimaksud dalam kegiatan usaha Bank
Umum diatas;

4). Melakukan kegiatan usaha secara konvesional;


2. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) Syariah

1). Melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam


kegiatan yang dilarang pada BPR konvesional;

2). Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha BPRS;

3). Melakukan kegiatan usaha secara konvesional;


KREDIT/PEMBIAYAAN
BANK DAN KORUPSI/TP
BANK
DEFINISI KORUPSI

• Korupsi berasal dari perkataan “corruption” yang berarti


kerusakan.
• Robert Klitgaard, mengemukakan bahwa korupsi terjadi
karena adanya kekuasaan monopoli atas sumber daya yang
sifatnya ekonomis disertai kewenangan untuk mengelolanya
tanpa disertai pertanggungjawaban.
• secara yuridis, pengertian korupsi dapat diidentifikasikan
dari rumusan-rumusan perbuatan yang dapat dihukum
karena tindak pidana korupsi berdasarkan Undang-Undang
No. 31. Tahun 1999 Junto Undang-Undang No. 20. Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
• Pasal 2 ayat (1) : setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
• Pasal 3 : setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau korporasi menyalagunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara.
• Pasal 5,6,7,8,9,10,11, 12 : setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417 dan 418 KUHP.
• Pasal 13 : setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
dengan menggunakan kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan,
kedudukannya.
• Pasal 14 : setiap orang yang melanggar ketentuan undang-undang yang secara tegas
mengatakan bahwa pelanggaran terhadap tindak pidana korupsi berlaku ketentuan
yang diatur dalam undang-undang ini.
UNSUR

• melawan hukum,
• memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi,
• merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 
Konvensi PBB Anti Korupsi tahun 2003,
ada 4 (empat) tipe TPK
• Tindak pidana korupsi penyuapan pejabat publik
nasional
• Tindak pidana korupsi penyuapan di sektor swasta
• Tindak pidana korupsi terhadap perbuatan
memperkaya secara tidak sah
• Tindak pidana korupsi terhadap memperdagangkan
pengaruh
TINDAK PIDANA
PERBANKAN
1.    Dalam KUHP, Buku II Bab X tentang Pemalsuan Mata Uang dan Uang
Kertas, yaitu Pasal 244, 245, 246, 249 dan 250.

2.    Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 ;


a. Pasal 46 : menjalankan usaha bank tanpa ijin Menteri Keuangan
b. Pasal 47 : larangan bagi bank untuk memberikan keterangan tentang
keadaan keuangan nasabahnya yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang
harus dirahasiakan oleh Bank menurut kelajiman dalam dunia perbankan
c. Pasal 47 a : memberi keterangan tentang hal-hal yang harus dirahasiakan
oleh anggota direksi atau pegawai bank
d. Pasal 48 : dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib
diberikan oleh anggota direksi atau pegawai bank
PASAL SAPU JAGAT (49)
(1)Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau
laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank; POSITUM, Vol. 3, No.2, Desember 2018 122
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam
laporan, maupun dalam dokumenbatau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkanbadanya suatu pencatatan dalam pembukuan
atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau
dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda
sekurangkurangnya Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah).
(2) Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja:
d. meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan,
uang atau barang berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarannya, dalam rangka mendapatkan
atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau
dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti
kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang
melebihi Batas kreditnya pada bank;
e. tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-
undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)."
JENIS TP PERBANKAN

• Fraud terhadap Aset (Asset Misappropriation).


• Fraud terhadap Laporan Keuangan (Fraudulent Statements).
• Korupsi (Corruption). ---- (Konflik kepentingan (conflict of interest)
dan Suap menyuap/gratifikasi, dll)
PENYEBAB KORUPSI PERBANKAN

1. Ketidaktelitian melakukan pengawasan mengingat besarnya


jumlah transaksi harian di bank dan kantor cabang.
2. Ketidaktahuan dalam teknik pengawasan internal bank (lemahnya
profesionalisme).
3. moral hazzard
4. Persekongkolan baik dengan pihak dalam maupin pihak luar
MODUS KORUPSI
DALAM PERBANKAN
MODUS OPERANDI KORUPSI

1.Pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam
dokumen atau laporankegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu
bank;
2.Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukakannya
pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen
atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
3.Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan
adanya suatu pencatatan dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan
kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
4.Tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan bank;
KETERLIBATAN
NOTARIS
Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pembuatan Akta Akad Pembiayaan
based UU No 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

1) Bertindak sebagai penasehat hukum, terutama yang menyangkut


masalah hukum perdata dalam arti luas (privaat);
2) Melakukan pendaftaran (waarmerking) atas akta-akta atau surat-
surat di bawah tangan dan dokumen (stukken).
3) Melegalisasi tanda tangan;
4) Membuat dan mensahkan (waarmerking) salinan atau turunan
berbagai dokumen (copy collationee)
5) Mengusahakan disahkannya badan-badan seperti Perseroan
Terbatas/Yayasan agar memperoleh persetujuan/pengesahan
sebagai badan hukum dan Menteri Kehakiman dan HAM
AKAD POPULER
• Pembiayaan musyarakah yakni pembiayaan antara 2 (dua) pihak untuk
melakukan usaha tertentu dan dari usaha tersebut keuntungan akan
dibagi sesuai dengan kesepakatan.
• Pembiayaan Mudharabah, yakni pembiayaan di mana satu pihak sebagai
pengelola sedangkan pihak lain sebagai penyedia modal.
Sedangkan pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow atau arus kas usaha nasabah tersebut sehingga tidak akan
memberatkan nasabah
• Pembiayaan dengan prinsip ijarah atau sewa menyewa
• Pembiayaan Murabahah: perjanjian antara nasabah dan bank dalam
transaksi jual beli dimana bank membeli produk sesuai permintaan
nasabah, kemudian produk tersebut dijual kepada nasabah dengan harga
lebih tinggi sebagai profit bank. Dalam hal ini, nasabah mengetahui harga
beli produk dan perolehan laba bank.
KETERLIBATAN NOTARIS DALAM
PROSES (PEMERIKASAAN) TP
a. Jika notaris merugikan para pihak yang disebutkan dalam akta.
b.Salah satu pihak atau pihak lain, dan berdasarkan bukti awal bahwa notaris patut diduga
turut serta melakukan atau membantu melakukan suatu tindak pidana, berkaitan dengan
kewenangan notaris berdasarkan pasal 15 Undang-Undang Jabatan Notaris yaitu membuat
akta otentik dengan adanya unsur-unsur tindak pidana
c. Mendapatkan keterangan dari notaris baik secara formil maupun materiil berkaitan dengan
akta yang dibuatnya berdasarkan laporan para pihak atau pihak lain yang dirugikan atas
akta tersebut (aktanya berindikasi adanya perbuatan pidana),
d.setiap warga/anggota masyarakat untuk menghadiri pemeriksaan pidana sebagai saksi,
saksi ahli atau juru bahasa berdasarkan pasal 224 Kitab Undang - Undang Hukum Pidana
yang menyatakan bahwa barang siapa dipanggil sebagai saksi, saksi ahli atau juru bahasa
menurut Undang-Undang Undang-Undang dengan sengaja tidak memenuhi suatu
kewajiban yang menurut undang-undang selaku demikian harus dipenuhinya, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan”.
UNSUR PIDANA
• Pasal 55 KUHP yaitu turut serta melakukan tindak pidana Menurut pasal ini “turut
melakukan” dalam arti bersama-sama melakukan, paling sedikit harus ada dua
orang, ialah orang yang melakukan dan orang yang turut melakukan peristiwa
pidana tersebut. Dalam hal ini notaris melakukan tindakan melanggar undang-
undang jabatanya bersama pihak lain demi kepentingan tertentu.
• Pasal 231 KUHP yaitu membantu pelaku dalam melakukan kejahatan. Menurut pasal
ini seseorang dengan sengaja melakukan atau membiarkan salah satu perbuatan ini,
untuk membantu orang melakukan perbuatan yang melanggar undangundang.
• Pasal 263, 264 KUHP yaitu membuat surat palsu. Bahwa dalam pasal ini dikatakan
barang siapa yang membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang menerbitkan
sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau
yang boleh di pergunakan sebagai keterangan bagi suatu perbuatan, dengan maksud
akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-
olah surat itu asli dan tidak dipalsukan.
UNSUR PIDANA

• Pasal 266 KUHP yaitu memberikan keterangan palsu dalam akta otentik. :
barangsiapa menyuruh menempatkan keterangan palsu kedalam akta
autentik tentang kejadian yang sebenarnya harus dinyatakan oleh akta itu.
• Pasal 372 KUHP yaitu penggelapan. : barangsiapa dengan sengaja memiliki
dengan melawan hak sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu ada di tangannya bukan
karena kejahatan, karena penggelapan.
• Pasal 378 KUHP yaitu penipuan. : barangsiapa dengan hendak
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik
dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu baik dengan akal dan tipu
muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk
orang memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapuskan
piutang.
• Pasal 385 KUHP yaitu menjual, menukarkan atau membebani dengan crediet
verband (sekarang Hak Tanggungan) atas tanah yang belum bersertifikat.

Anda mungkin juga menyukai