Anda di halaman 1dari 23

"PENGARUH JUMLAH ADSORB DAN LAMA PROSES PADA

DAUR ULANG ETANOL TERHADAP KUALITAS PEKTIN


DARI KULIT BUAH JERUK PERAS. (CITRUS SINENSIS)”

Oleh
MUHAMMAD IMAM FAJAR
NPM : 71190711001
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Salah satu limbah yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan produk Multi guna yaitu limbah organik
rumah tangga. Sampah organik yang tidak tepat pengelolaanya dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan dan kesehatan
Jeruk manis (Citrus sinensis) adalah buah yang paling banyak ditanam di
dunia. Pohon jeruk tumbuh di iklim tropis dan subtropis. Kulit buah jeruk
yang baru dipetik mengandung sekitar 70% air, 6-8% gula, dan sejumlah
kecil asam organik , dan mengandung sekitar 30% pektin kering.
Pektin adalah zat alami yang ditemukan di sebagian besar tanaman
yang dapat dimakan. Pektin dalam jaringan makanan mengandung
protopektin yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, protopektin
dihidrolisis menjadi pektin yang larut dalam air menggunakan pelarut
asam dan ekstraksi pektin. HCL merupakan pelarut yang kuat untuk
hidrolisis protopektin dan merupakan pelarut yang baik untuk banyak
reaksi.
Etanol (alkohol) adalah nama suatu golongan senyawa organik yang
mengandung unsur C,H dan O. Etanol dalam ilmu kimia disebut juga
sebagai etil alkohol C2H5OH. Rumus umum dari alkohol adalah R – OH
Fungsi penambahan etanol dalam filtrat sebagai penghidrasi mengakibatkan
keseimbangan pectin dengan pelarut sehingga pectin mengendap (Siregar, 1998)

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan pectin dari limbah kulit buah
jeruk peras. Sampel kulit jeruk peras 20 gr diekstraksi dengan menggunakan pelarut HCL dan
pencucian pectin dengan etanol. Konsentrasi etanol yang di gunakan adalah ( 0,06 0,08 0,1 N)
dengan suhu ekstraksi 60⁰C,70⁰C, serta 80⁰C. Hasil terbaik dengan kordinasi optimum pada
penelitian proses pembuatan pectin dari limbah kulit buah jeruk manis secara ekstraksi pada
konsentrasi 0.1 N dan suhu 80⁰C diperoleh rendemen 31,81% kadar air 1,80% kadar metoksil
10,39% dan kadar galakturonat sebesar 86,24.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah adsorben dan lama proses daur ulang etanol
terhadap kualitas pectin dari kulit buah jeruk.

Kegunaan Penelitian
Untuk memperoleh data sebagai bahan penulisan skripsi
Bahan informasi pada kulit buah jeruk

Hipotesis Penelitian
Diduga ada pengaruh jumlah adsorb yang berbeda terhadap proses daur ulang etanol
terhadap kualitas pectin dari kulit buah jeruk.
Diduga ada pengaruh lama proses yang berbeda terhadap kualitas pectin dari kulit jeruk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Peras
Tanaman jeruk merupakan tanaman asli Indonesia. Buah jeruk dapat
dimakan sebagai buah segar atau produk olahan. Limbah buah jeruk berupa
ampas, kulit dan biji jeruk dari pabrik minuman jus di Indonesia belum
dimanfaatkan secara optimal. Selain bisa dibuat permen dari kulit jeruk,
pektin juga bisa diekstrak.Kandungan pektin pada jeruk cukup tinggi, sekitar
30%.
Kulit Jeruk
Kulit jeruk peras memiliki kandungan pektin yang lebih tinggi
dibandingkan jeruk bali dan lemon, grapefruit memiliki kandungan limonene
tertinggi, diikuti oleh jeruk manis, dan Jeruk lemon.
Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses dimana zat terlarut dalam larutan
terakumulasi pada permukaan bahan penyerap, setelah itu bahan
diserap dan terakumulasi di dalamnya. Keduanya sering terjadi
bersamaan dalam suatu proses yang disebut penyerapan. Adsorpsi
memiliki apa yang disebut adsorben dan adsorbat.
Adsorb adalah zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu
dari fase cair. Adsorb biasanya menggunakan bahan yang berpori,
sehingga proses adsorpsi berlangsung di dalam pori atau pada titik
tertentu di dalam partikel.
Mekanisme Adsorpsi
Proses adsorpsi dapat terjadi ketika molekul padat atau gas atau cair
bersentuhan dengan molekul adsorbat, dalam hal ini gaya kohesif atau
hidrostatik dan gaya ikatan hidrogen terjadi didalam molekul dari seluruh
bahan. Gaya yang tidak seimbang menyebabkan perubahan konsentrasi
molekul pada antarmuka padat-cair. Molekul cairan yang menyerap tetapi
tidak menumpuk atau melekat pada permukaan adsorben disebut
adsorptive, sedangkan yang menumpuk atau menempel disebut adsorbat.
Proses adsopsi menunjukkan dimana molekul meninggalkan larutan dan
menempel pada permukaan adsorben karena reaksi kimia dan fisika. Proses
adsorpsi tergantung pada sifat padatan adsorben, sifat antar molekul yang
teradsorpsi, konsentrasi, suhu dan banyak lagi (Khairunisa, 2008).
Jenis Adsorpsi
Berdasarkan kekuatan interaksinya, adsorpsi dibedakan menjadi dua, yaitu
adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.
Adsorpsi fisik terjadi ketika gaya antarmolekul lebih besar daripada gaya tarik
menarik antarmolekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah antara
adsorbat dan permukaan yang menyerap. Gaya ini disebut gaya Van der Waals,
sehingga adsorbat dapat berpindah dari satu bagian permukaan ke bagian
adsorpsi yang lain. Gaya antarmolekul adalah gaya tarik menarik antara
molekul cairan dengan permukaan padat, sedangkan gaya antarmolekul
adalah gaya tarik menarik antara molekul cairan itu sendiri (Sudirjo, 2005).
Adsorpsi kimia dihasilkan dari pertukaran atau penggunaan bersama electron
antara molekul adsorbat dan permukaan adsorpsi, sehingga terjadi reaksi
kimia. Ikatan yang berbentuk antara adsorbat dan adsorben adalah ikatan
kimia, dan ikatan tersebut lebih kuat dari adsorpsi fisika (Bansal,2005).
Jenis Adsorben
Berdasarkan sifatnya adsorben dibedakan menjadi dua yaitu :
Adsorben polar.
Adsorben polar disebut juga hidrofilik. Jenis adsorben yang termasuk
kedalam kelompok ini adalah silica gel, alumina aktif, dan zeolit.
Adsorben non polar.
Adsorben non polar disebut juga hidrofobik. Jenis adsorben yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah polimer adsorben dan karbon
aktif.
Pektin
Pektin berasal dari kata Yunani “pectos” yang artinya kental dan keras,
ini mencerminkan kemampuan pembentukan gel pektin yang telah
dikenal selama berabad-abad. Pektin adalah polimer asam galactoronic,
turunan galaktosa dengan yang dihubungkan oleh ikatan α – 1. 4 –
glucosidic. Pektin ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran baik
dalam daging maupun dikulitnya. Buah-buahan yang dapat dijadikan
sumber pektin adalah apel, jeruk, pisang, dan wortel. Pektin tersusun
atas protopektin, asam pektinat dan asam pektat.
Asam pektat merupakan senyawa pektin dengan gugus karboksil yang
tidak teresterifikasi pada asam galakturonat. Asam pektin tidak larut dalam air,
tidak membentuk . namun jika bentuknya garam, asam pektat yang dikenal
sebagai pektin bisa larut dalam air (Massiot, 1990).
Pektin merupakan suatu zat yang banyak digunakan dalam berbagai
industry baik makanan, minuman, farmasi, dan industri lain (Muhidin,2001) :
Industri Makanan dan Minuman
Pada industry makanan dan minuman, pektin seiring digunakan sebagai:
• Bahan pemberi tekstur yang baik pada roti dan keju.
• Bahan pengental dan stabilizer pada minuman sari buah.
• Bahan pokok pembuatan jelly, jam, dan marmalade.
Industri Farmasi
Pada industry farmasi, pektin sering digunakan sebagai :
• Emulsifier bagi preparat cair dan sirup.
• Obat diare (mencret) pada bayi dan anak-anak seperti maltose,
kaopec, nipectin,intestisan.
• Obat penawar racun logam.
• Bahan penurun daya racun dan penambah daya larut obat-obatan
sulfa.
 Bahan penyusut kecepatan penyerapan bermacam-macam obat.
 Bahan kombinasi untuk memperpanjang kerja hormone dan antibiotic.
Industri Lain
Selain makanan dan minuman dalam pengobatan pektin juga bisa
digunakan dalam industri komestik dan industri lainnya seperti pasta
gigi, sabun, lotion, dan krim, baja dan perunggu (quenching), karet
(creaming and thickening agent), plastik, tekstil, bahan sintetis dan film
nitropektin.
Dalam pemanfaatannya pektin diklasifikasikan sebagai bahan tambahan
makanan dan terjadi secara alami pada tumbuhan. Food and Drug
Administration (FDA) menerima keamanannya sebagai bahan tambahan
makanan. Sedangkan untuk pektin sendiri lebih banyak manfaatnya
dalam industry pengolahan makanan misalnya dalam industri jelly, selai,
dan industry permen.
Etanol
Etanol (alkohol) adalah nama suatu golongan senyawa organik yang mengandung
unsur C,H dan O. Etanol dalam ilmu kimia disebut juga sebagai etil alkohol C2H5OH.
Rumus umum dari alkohol adalah R – OH. Secara struktur alkohol sama seperti air,
namun salah satu gugus hidrogennya digantikan oleh gugus alkil. Gugus fungsional
alcohol adalah gugus hidroksil, OH. Pemberian nama alkohol biasanya dengan
menyebut nama alkil yang terikat pada gugus OH, kemudian menambahkan nama
alcohol. Fungsi penambahan etanol dalam filtrat sebagai penghidrasi mengakibatkan
keseimbangan pectin dengan pelarut sehingga pectin mengendap (Siregar, 1998)
Larutan ekstraksi yang dapat digunakan untuk mengekstraksi pektin dari buah
antara lain air, alkohol, larutan asam, polifosfat. Alkohol yang biasa digunakan adalah
etanol 96% sedangkan larutan asam yang biasa digunakan adalah HCL, H2SO4 dan
CH3C00H. Larutan asam lainnya yang dapat digunakan adalah asam sitrat, asam
laktat dan asam tartarat (Fellows, 2002).
Kisaran pH untuk ekstraksi pektin bervariasi tergantung pada bahan yang di
ekstraksi. Misalnya, ekstraksi pektin dari kulit lemon dilakukan pada pH 1,5-3,0
(Winarno, F.G, 1997) dan ekstraksi pektin pulp apel bervariasi antara 1,2-3,0
(Geankoplis, 1997).
Peningkatan suhu akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi, koefisien difusi
semakin tinggi suhu maka semakin meningkatkan laju ekstraksi. Untuk
menghindari kerusakan material, batas suhu ditentukan. Pada umumnya suhu
ekstraksi pektin adalah 60-90℃. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan degradasi pektin
Semakin lama waktu yang dibutuhkan maka rendemen yang diperoleh untuk
ekstraksi pelarut akan lebih tinggi. Namun penambahan waktu ekstraksi tidak
sebanding dengan rendemen yang dicapai. Oleh karena itu ekstraksi dilakukan
pada waktu yang optimal. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut yang tidak
jenuh. Pelarut jenuh tidak dapat lagi melakukan proses ekstraksinya karena gaya
penggerak menjadi semakin kecil . Sehingga bila di gunakan pelarut jenuh hasil
yang dihasilkan tidak lagi meningkat
BAB III
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian
UISU Medan.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah kulit buah jeruk, alkohol, HCL,
Silica Gel , Zeolit.
- Bahan kimia yang digunakan
• Alkohol (etanol)
• HCL
• Silica gel
• Zeolite
 
 
Model Rancangan
 
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan model linear :
Yijk =  + i + j + ()ij + Єijk
Dimana :
Yijk = Hasil pengamatan atau respon karena pengaruh faktor G pada taraf ke –i dan
faktor A pada taraf ke –j dengan ulangan pada taraf ke-k.
π      = Efek nilai tengah
αi     = Efek perlakuan G pada taraf ke- i
βj     = Efek perlakuan A pada taraf ke- j
(αβ)ij = Efek interaksi faktor G pada taraf ke- I dan faktor A pada taraf ke-j ɛijk    =
Efek galat dari faktor G pada taraf ke-i dan faktor A pada taraf ke –  j dan ulangan pada
taraf ke -k.
Pelaksanaan Penelitian

1 Tahap pembuatan tepung kulit jeruk


Pembuatan tepung kulit jeruk dilakukan dengan cara, yaitu : mempersiapkan kulit
jeruk sebanyak 4 kg , yang diambil dari penjual jeruk peras. Kemudian di timbang
untuk mengetahui berat dari kulit jeruk. Setelah itu jeruk di iris tipis tipis lalu di
masukkan ke oven dengan suhu 50℃ selama 24 jam. Setelah itu giling kulit jeruk yang
sudah di oven dengan blender sampai menjadi tepung.
2. Proses ekstraksi kulit jeruk
Kemudian dari tepung dimabil samplenya sebanyak 20 gram lalu campurkan HCL 600
ml dan direfluks dengan suhu 80℃ selama 2 jam. Lalu didinginkan dan disaring dan
diambil filtratnya dan filtrat tersebut diberi alkohol 96% 1 : 1,5 yang kemudian
diendapkan selama 12 jam. Lalu endapan tersebut disaring atau vacum dan hasil yang
didapat kemudian masukkan ke dalam oven dengan suhu 50℃ selama 24 jam, dan
alkohol kotor yang tersisa dari bekas endapan dilakukan destilasi dengan
menggunakan adsorben untuk melakukan proses daur ulang etanol sampai
mendapatkan alkohol 96-98%.

Anda mungkin juga menyukai