Anda di halaman 1dari 15

Penggunaan dan

Pengantar assesment

pertimbangan
etis dalam Dosen Pengampu

testing Lukman Hakim,


S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

psikologis
Hai!
Perkenalkan anggota kelompok kami!

Maria Rosa Kitaro Oktabyan Nabila Nafhisa


Lieubun S.
22090000055 22090000087
22090000072

Febbika A
Wu l a n An g g r ae n i ff anti
22090000
0 81
22090000070
Pengertian testing
Testing psikologis adalah suatu teknik pengukuran yang
digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif,
perilaku, dan kepribadian seseorang.

Dalam testing psikologis harus berdasarkan etika.


Beberapa kasus menunjukkan bahwa penggunaan
testing psikologis yang tidak etis dapat menghasilkan
hasil yang salah dan merugikan klien.
Dalam konteks Indonesia, etika dalam testing psikologis
diatur dalam Kode Etik Psikologi Indonesia (KEPI).

KEPI memberikan panduan dan aturan tentang


penggunaan dan pertimbangan etis dalam testing
psikologis, seperti prinsip-prinsip keadilan, integritas, dan
profesionalisme.
Keterbatasan yg harus diperhatikan oleh
psikolog/peneliti psikologi ketika
melakukan penelitian
1. Psikolog harus menghormati klien sebagai individu Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
2(2), psikolog dan/atau psikolog menghormati martabat manusia dari setiap orang dan hak
individu atas privasi, kerahasiaan dan pilihan pribadi.
2. Informed consent. Menurut Pasal 20 Kode Etik Psikologis, setiap proses di bidang psikologi
yang mempengaruhi orang harus disertai dengan informed consent.
3. Kerahasiaan informasi. Menurut Pasal 24, psikolog atau psikolog wajib menjaga
kerahasiaan klien atau pengguna jasa psikologis sehubungan dengan pelaksanaan
kegiatannya.
4. Membaca laporan hasil tes psikologi. Hanya badan yang berwenang dan berkompeten
yang dapat membaca laporan hasil tes psikologi sesuai dengan Pasal 62(2) Bab Evaluasi.
5. Keabsahan Tes Psikolog tidak boleh mendasarkan keputusan evaluasi, tindakan, atau saran
apa pun pada hasil tes yang sudah ketinggalan zaman.
Mendisukusikan batasan kerahasiaan
informasi pengguna layanan psikologis
1. Psikolog dan/atau peneliti psikologi membahas kerahasiaan informasi pengguna layanan
psikologis (individu, organisasi, mahasiswa, peserta penelitian) dalam konteks kegiatan
profesional. Informasi dari layanan psikologis hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmiah
atau profesional.
2. Psikolog dan/atau peneliti psikologi dalam menjalankan tugasnya harus berusaha untuk tidak
mengganggu kehidupan pribadi pengguna jasa psikologi, bahkan jika perlu harus seminimal
mungkin.
3. Dalam hal dimintakan laporan hasil pemeriksaan psikologi, psikolog dan/atau peneliti
psikologi hanya memberikan laporan secara lisan dan tertulis; hanya pada kontrak atau
perjanjian yang telah selesai.
Alat penilaian yang harus diperhatikan
dalam proses penilaian
1. Struktur tes: Validitas dan Reliabilitas
2. Kategori Pelaksanaan dan Ujian Pelaksanaan asesmen psikologis merupakan prinsip dasar yang harus
diperhatikan selama proses asesmen psikologis. Proses asesmen psikologis meliputi observasi, wawancara
dan pelaksanaan psikodiagnosis.
3. Kelas Alat Uji Psikodiagnostik: Terdapat Kelas A – Kelas D
4. . Tes dan Skor Tes Kedaluwarsa Psikolog dan/atau peneliti psikologi tidak boleh mendasarkan keputusan
evaluasi, tindakan, atau saran pada data skor tes yang kedaluwarsa untuk penggunaan saat ini. Dengan
kondisi yang relatif stabil, hasil tes dapat berlaku selama 2 tahun, namun tes baru harus dilakukan jika ada
kondisi atau persyaratan khusus.
5. Penilaian oleh Paranormal/Orang Yang Tidak Berkualifikasi Penilaian psikologis harus dilakukan dengan
pihak yang tidak memenuhi syarat, menghindari penggunaan orang atau pekerja yang tidak memiliki
kualifikasi yang memadai. yang tidak valid.
Pertimbangan etis dan sosial dalam testing
psikolog
Psikolog telah lama memperhatikan etika profesional, baik dalam penelitian maupun penerapan
praktis metode mereka. Contoh nyata dari perhatian ini adalah program empiris sistematis yang
diikuti pada awal 1950-an untuk mengembangkan kode etik resmi pertama untuk profesi
psikologis. Hasil dari upaya ekstensif ini adalah serangkaian standar yang secara resmi diadopsi
oleh American Psychological. Association (APA) dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1953.
Standar ini terus-menerus direvisi dan diperbaiki, menghasilkan publikasi edisi yang diperbarui
secara berkala. Versi saat ini dari Kode Etik dan Kode Etik Psikolog (Anastasi, 1997).
Menurut prinsip kompetensi Kode Etik, psikolog hanya melakukan dan menerapkan teknik yang
dipelajari melalui pelatihan atau pengalaman. Untuk tes, persyaratan bahwa hanya penguji yang
memenuhi syarat yang mengelola tes adalah langkah untuk melindungi peserta tes dari
penyalahgunaan tes.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dalam konteks psikologis, penggunaan testing
psikologis yang tepat dan mempertimbangkan
faktor etis dapat memberikan manfaat besar bagi
klien dan juga dapat membantu para psikolog
dalam melaksanakan tugas mereka dengan lebih
baik. Sebagai kesimpulan, perhatian yang tepat
pada aspek etis dalam penggunaan testing
psikologis dapat memperkuat integritas profesi
psikologi dan memberikan manfaat yang optimal
bagi klien.
 
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai