Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dania Galuh Wardani

Kelas : 2PA05
NPM : 16517937

ETIKA DALAM ASSESMEN PSIKOLOGIS

A. Masalah etika dalam pemeriksaan psikologi


Tes psikologi tidak akan ada manfaatnya ditangan yang tidak ahli, bila salah
penyelenggaraan dan interpretasi berdampak besar menyangkut kehidupan manusia. Secara ideal
dan teoritis hanya ahli psikologi dan yang telah mendapat pelatihan khusus yang berhak
menyelenggarakan pemeriksaan psikologi dan psikodiagnostik. Permasalahan dalam etika
pemeriksaan psikologi, biasanya:
1. Siapa yang berhak melakukan diagnosis psikologi (menyelenggarakan tes psikologi dan
menginterpretasikannya)?

Dari segi penggunaannya, diagnosa psikologi & penyelenggaraannya dikelompokkan


sebagai berikut :
 Diagnosa untuk keperluan pelatihan/pendidikan
 Diagnosa mengenai prestasi belajar
 Diagnosa dengan menggunakan tes psikologi oleh ahli psikologi atau yang
mendapatkan pendidikan & pelatihan khusus
3 Kewenangan penyelenggaraan tes psikologi berdasarkan fungsi pemeriksaan
menurut Kouwer, yaitu :
 Pemeriksaan dengan tujuan memprediksi dilakukan oleh Administrator tes,
Interpretasi tetap oleh ahli psikologi.
 Pemeriksaan dengan tujuan mendeskripsikan dilakukan oleh Ahli Psikologi.
 Pemeriksaan dengan tujuan terapi dilakukan oleh orang yang memiliki
pengetahuan psikologi khusus tentang terapi.
Kategori tes menurut “APA”, yaitu :

 Level A
Alat tes yg dapat di administrasikan, di skor & diintrepretasikan dengan bantuan
manual. Dapat digunakan dan diinterpretasikan oleh non psikolog yang
bertanggung jawab seperti executive business & kepala sekolah. Tetapi tetap
memerlukan kursus tingkat advance, Pelatihan yg setara di bawah pengawasan
supervisor/konsultan yang qualified.
Contohnya : Tes Vocational, Pencapaian Akademik
 Level B
Memerlukan latar belakang training khusus dalam administrasi, skoring, dan
interpretasi. Serta perlu pemahaman tentang prinsip – prinsip psikometri, sifat –
sifat yang diukur dan latar belakang keilmuan. Telah selesai pendidikan tingkat
lanjut dalam bidang testing dari institusi yang terakreditasi, mendapatkan training
di bawah pengawasan psikolog, mendapatkan pelatihan psikometri, berpengalaman
dalam administrasi, scoring dan interpretasi.
Contohnya : Tes bakat dan Tes inventory kepribadian untuk populasi normal

 Level C
Kategori paling ketat. Selain pelatihan administrasi scoring dan interpretasi juga
membutuhkan pemahaman tes secara substantive. Hanya dapat digunakan oleh
yang telah mendapatkan pendidikan minimum Master di bidang psikologi.
Diperlukan verifikasi tentang ijin/ sertifikasi sebagai psikolog.
Contohnya: Tes Kecerdasan Individu, Tes Proyektif dan Battery Neuropsikologi
2. Siapa yang bertanggung jawab untuk menggunakan perangkat tes (termasuk masalah
penggandaannya)?

 Menjadi tanggung jawab para ahli yg selalu menggunakan materi tes tersebut.

3. Bagaimana seharusnya seorang diagnostikus bersikap dan bertingkah laku dalam


menegakkan diagnosa psikologi?

 Etika dalam tes meramalkan / memprekdiksikan


 Hanya pada aspek-aspek yang dapat dikuantifikasikan.
 Pengukuran bukan pada kliennya sendiri, tapi pada fakta objektif yang
berhubungan dengannya.
 Sikap pemeriksa : sikap teknis, praktis dan pragmatis dalam pembahasannya
 Pembahasan hasil : rasional, bukan emosional.

 Etika dalam tes mendeskripsikan


 Perhatian bukan pada klien atau subjek. Tapi karakter, sifat khas, yang dianggap
sebagai sebab tingkah lakunya.
 Pemberian saran sesuai dengan hasil pemeriksaan dan norma yang berlaku.
 Pendapat pribadi adalah sentral

 Etika dalam tes menemukan diri sendiri


 Pemeriksa tidak boleh mengambil sebagian problematika subjek yang diperiksa
 Tidak boleh mengambil / mengalihkan tanggung jawab problematika subjek
yang diperiksa
Mempunyai pandangan : subjek dapat memecahkan problemnya sendiri,
bertanggung jawab atas pemecahan problem yang telah dipilihnya.
 Pertolongan yang diberikan hanya terbatas pada memberi kemungkinan untuk
suatu pemecahan masalah.
 Sikap hubungan antara pemeriksa dan subjek yang diperiksa
 Tidak menganggap subjek sebagai pasien atau penderita yang butuh
pertolongan, tapi sebagai manusia yang mempunyai harga diri, keinginan-
keinginan tertentu dengan menghargai latar belakang agama, politik, dan
lingkungan sosialnya
 Menjaga rahasia pribadi subjek
 Membuat diagnosa dengan penuh hati-hati
 Penuh simpati dalam memahami kesulitan-kesulitan subjek
 Menciptakan rasa aman bagi subjek yang diperiksa selama pemeriksaan
berlangsung.

B. Syarat untuk membentuk kemampuan dan keterampilan psikologi

1. Mampu membentuk rapport


2. Mampu ber-empati
3. Mampu membangun impresi yang tepat
4. Memiliki kematangan/ kedewasaan pribadi
5. Mampu bersikap kritis
6. Memiliki wawasan yang luas
7. Memiliki sensitivitas persepsi/ kepekaan
8. Mampu membentuk penyesuaian diri
9. Mampu mengevaluasi diri demi kefektifan

 Kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam proses psikodiagnostik

 Mengetahui tujuan penilaian (assessment) secara jelas


 Dalam assessment kepribadian, diawali dengan meneliti dengan cepat masalah dan
situasi hidup subjek
 Pemeriksa harus peka terhadap latar belakang budaya, sosial, etnis subjek, orang
lain dan pengaruhnya terhadap pemeriksaan
 Prosedur pemeriksaan yang baku
 Membatasi jumlah data ketika mengumpulkan informasi tentang subjek
 Tidak melakukan spekulasi dalam menginterpretasikan dan menarik kesimpulan
dari data yang diperoleh tentang subjek
 Secara umum, pemeriksa harus menguasai beberapa teori kepribadian sebagai
landasan dalam menganalisis subjek yang diperiksa.
ETIKA PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS

A. Permasalahan dalam EtikaPemeriksaan Psikologis

1. Siapa yang berhak melakukan diagnosa psikologis (menyelenggarakandan


menginterpretasikan tes psikologi).

Dari segi penggunaannya, diagnosa psikologi & penyelenggaraannya dikelompokkan


sebagai berikut :
 Diagnosa untuk keperluan pelatihan/pendidikan
 Diagnosa mengenai prestasi belajar
 Diagnosa dengan menggunakan tes psikologi oleh ahli psikologi atau yang
mendapatkan pendidikan & pelatihan khusus
3 Kewenangan penyelenggaraan tes psikologi berdasarkan fungsi pemeriksaan
menurut Kouwer, yaitu :
 Pemeriksaan dengan tujuan memprediksi dilakukan oleh Administrator tes,
Interpretasi tetap oleh ahli psikologi.
 Pemeriksaan dengan tujuan mendeskripsikan dilakukan oleh Ahli Psikologi.
 Pemeriksaan dengan tujuan terapi dilakukan oleh orang yang memiliki
pengetahuan psikologi khusus tentang terapi.

2. Bagaimana seharusnya seorang diagnotikus bersikap dan bertingkah laku dalam


menegakkan suatu diagnosapsikologis.

 Etika dalam tes meramalkan / memprekdiksikan


 Hanya pada aspek-aspek yang dapat dikuantifikasikan.
 Pengukuran bukan pada kliennya sendiri, tapi pada fakta objektif yang
berhubungan dengannya.
 Sikap pemeriksa : sikap teknis, praktis dan pragmatis dalam pembahasannya
 Pembahasan hasil : rasional, bukan emosional.

 Etika dalam tes mendeskripsikan


 Perhatian bukan pada klien atau subjek. Tapi karakter, sifat khas, yang dianggap
sebagai sebab tingkah lakunya.
 Pemberian saran sesuai dengan hasil pemeriksaan dan norma yang berlaku.
 Pendapat pribadi adalah sentral

 Etika dalam tes menemukan diri sendiri


 Pemeriksa tidak boleh mengambil sebagian problematika subjek yang diperiksa
 Tidak boleh mengambil / mengalihkan tanggung jawab problematika subjek
yang diperiksa
 Mempunyai pandangan : subjek dapat memecahkan problemnya sendiri,
bertanggung jawab atas pemecahan problem yang telah dipilihnya.
 Pertolongan yang diberikan hanya terbatas pada memberi kemungkinan untuk
suatu pemecahan masalah.

 Sikap hubungan antara pemeriksa dan subjek yang diperiksa


 Tidak menganggap subjek sebagai pasien atau penderita yang butuh
pertolongan, tapi sebagai manusia yang mempunyai harga diri, keinginan-
keinginan tertentu dengan menghargai latar belakang agama, politik, dan
lingkungan sosialnya
 Menjaga rahasia pribadi subjek
 Membuat diagnosa dengan penuh hati-hati
 Penuh simpati dalam memahami kesulitan-kesulitan subjek
 Menciptakan rasa aman bagi subjek yang diperiksa selama pemeriksaan
berlangsung.

B. Tanggung Jawab Penerbit Tes


Penerbit diharapkan akan merilis tes berkualitas tinggi, memasarkan produknya secara
bertanggung jawab, dan membatasi distribusi tes hanya kepada orang-orang dengan kualifikasi
yang tepat.
 Isu-isuPublikasidan Pemasaran
 Mencegah peluncuran tes yang terlalu dini, yaitu pada publikasi instrumen baru atau
yang direvisi.
 Standar yang ditetapkan American Psychological Association (APA) mengenai
panduan teknis dan pedoman pengguna yang biasanya menyertai tes harus dipenuhi
 Harus lengkap, mencakup statistik yang terinci terkait analisis reliabilitas, validitas,
sampel normatif, dan aspek-aspek teknis lainnya.
 Memasarkan tes secara bertanggung jawab tidak hanya menyangkut iklan (harus
akurat) namun juga cara penyampaian informasi dalam panduan dan pedoman.
Berkaitan dengan kelemahan dan kelebihan tes tersebut.
 Kompetensi Pembeli Tes
Penerbit harus memastikan bahwa hanya para pengguna yang memenuhi syarat yang boleh
membeli produk / alat tes.
C. Tanggung Jawab Pengguna Tes

1. Kepentingan Terbaik Klien


 Para praktisi harus berpedoman pada satu pertanyaan yang sangat penting: “Apa yang
menjadi kepentinganterbaik bagi klien?”
2. Kerahasiaan
 Kewajiban utama para praktisi adalah menjaga kerahasiaan informasi, termasuk hasil-
hasil tes, yang mereka dapatkan dari para klien selama berlangsungnya konsultasi.
3. Keahlian Pengguna Tes
 Pengguna tes harus memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk mengevaluasi tes-tes
psikologi menyangkut ketepatan standarisasi, reliabilitas, validitas, akurasi interpretif,
dan karakteristik psikometri lainnya.
4. Pernyataan Persetujuan
 Sebelum tes dimulai, pengguna tes perlu mendapatkan pernyataan persetujuan dari
para peserta tes atau perwakilan hukum mereka.
 Dari sudut pandang hukum, ada 3 elemen pernyataan persetujuan :
 Keterbukaan : klien menerima cukup informasi (mis: tentang resiko &
manfaat dibukanya laporan)
 Kompetensi: mengacu pada kemampuan mental peserta tes untuk
memberikan persetujuan.
 Kesukarelaan
5. Penulisan Laporan yang Bertanggung Jawab
 Laporan yang bertanggung jawab menggunakan gaya penulisan sederhana dan
langsung yang menghindari penggunaan kata kiasan serta istilah-istilahteknis.
 Tujuan utama dari sebuah laporan adalah untuk memberikan sudut pandang terhadap
klien yang dapat membantunya, bukan untuk memberi kesan kepada pemberi rujukan
bahwa penguji adalah orang yang terpelajar
6. Penyampaian Hasil Tes
 Memberikan umpan balik yang efektif kepada para klien tentang hasil tes mereka
merupakan keterampilan yang menantang dan sangat penting.
7. Pertimbangan Atas Perbedaan Individual
 Para praktisi diharapkan mengetahui kapan suatu tes atau interpretasi mungkin tidak
dapat diterapkan karena faktor-faktor seperti usia, gender, ras, etnisitas, asal
kebangsaan, agama, orientasi seksual, kecacatan, bahasa, dan status sosial ekonomi.

D. Syarat untuk Membentuk Kemampuan dan Keterampilan


Psikodiagnostik

1. Mampu membentuk rapport


2. Mampu ber-empati
3. Mampu membangun impresi yang tepat
4. Memiliki kematangan/ kedewasaan pribadi
5. Mampu bersikap kritis
6. Memiliki wawasan yang luas
7. Memiliki sensitivitas persepsi/ kepekaan
8. Mampu membentuk penyesuaian diri
9. Mampu mengevaluasi diri demi kefektifan
Sundberg menguraikan beberapa kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam proses
diagnostik, yaitu :
 Mengetahui secara jelas tujuan dari asesmen
 Dalam assessment kepribadian, diawali dengan meneliti dengan cepat masalah dan situasi
hidup subjek
 Pemeriksa harus peka terhadap latar belakang budaya, sosial, etnis subjek, orang lain dan
pengaruhnya terhadap pemeriksaan
 Prosedur pemeriksaan yang baku
 Membatasi jumlah data ketika mengumpulkan informasi tentang subjek
 Tidak melakukan spekulasi dalam menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari data
yang diperoleh tentang subjek
 Secara umum, pemeriksa harus menguasai beberapa teori kepribadian sebagai landasan
dalam menganalisis subjek yang diperiksa.

Anda mungkin juga menyukai