DO mg/l 0,00
Dasar Peraturan
● PP No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
● Permen LHK No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri
● Pergub Jawa Timur No 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah
Industri
● PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
● Kep 51 MenLH No 10 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri.
● Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
175/Menlhk/Setjen/PKL.1/4/2017 tentang Izin Pembuangan Air Limbah ke
Laut.
Pengolahan Limbah Cair PT. Petrokimia
Industri Pupuk PT Petrokimia dalam proses produksinya maupun dalam
pelaksanaan operasional kegiatannya menghasilkan Air Limbah. Sumber Limbah
tersebut berasal dari kegiatan produksi Pabrik I(Pupuk Ammonia), Pabrik II(Pupuk
Fosfat), dan Pabrik III(Asam fosfat,dll) dan operasional, kegiatan di workshop, . PT
Petrokimia sudah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) secara mandiri
untuk mengolah air limbahnya.
Dengan adanya IPAL ini, diharapkan Air Limbah yang sudah diolah di IPAL
saat dibuang ke badan air sudah memenuhi baku mutu dari peraturan yang ada dan
tidak mencemari lingkungan perairan dan penduduk. Dasar Peraturan yang
digunakan tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Perikanan adalah Peraturan
Gubernur Jawa Timur No 72 Tahun 2013 dan Permen LHK No 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah Industri
Pengolahan Limbah Cair PT. Petrokimia
Point L
Outlet IPAL Effluent Treatment
Pengolahan Limbah Cair PT. Petrokimia Effluent
Air Limbah Masuk ke Limbah Cair yang Treatment
berasal dari proses produksi Pabrik III, dan Limbah Workshop
Effluent Treatment masuk ke dalam bak pengumpul di collecting pit. Kandungan air limbah dari
pada Pabrik III pabrik III ini terdapat Fluor (F), fosfat (PO43-) dan sulfat (SO42-)
Limbah Cair yang terkumpul di collecting pit selanjutnya masuk ke bak
netralisasi(pH adjusting tank) dengan penambahan kapur (CaO) dan lime milk
agar air menjadi netral dan proses netralisasi ini bereaksi dengan Fluor dan Fosfat
Bak Netralisasi
menjadi partikel CaF2 dan Ca3(PO4)2.
Limbah cair dari bak netralisasi selanjutnya mengalir ke bak koagulasi. Di bak
koagulasi ditambahkan bahan koagulan alum dan polymer untuk mendestabilisasi
Koagulasi -
dan mengikat partikel koloid dalam air limbah dan proses koagulasi-flokulasi ini
Flokulasi
akan membentuk Al(OH)3 dalam bentuk padatan.
Selanjutnya dari bak Koagulasi-Flokulasi air limbah mengalir ke bak clarifier.
Clarifier 1 Disini terjadi timbulnya lumpur dari partikel atau padatan yang mengendap secara
gravitasi. Untuk Lumpur yang mengendap akan dikumpulkan dan dipompa
menuju filtration section dan thickener untuk dilakukan pengolahan lumpur dan
lumpur yang telah diolah akan dimanfaatkan menjadi filler pupuk
Treatedwater
Air mengalir secara overflow dari clarifier menuju ke Treatedwater Pit. Disini air akan
Pit
melewati proses dillution section dan akan dipompa dikembalikan ke Pabrik III.
Pengolahan Limbah Cair PT. Petrokimia Advanced
Bak Agigator Treatment
Limbah Cair yang berasal dari Limbah Pabrik I, Pabrik II, dan Pabrik III serta, dari
(Pengumpul) Limbah Workshop masuk ke dalam bak pengumpul dan tergabung/terintegrasi.
Fungsi dari bak agigator selain mengumpulkan juga untuk menghomogenkan.
Limbah yang tergabung di bak agigator selanjutnya dialirkan ke bak netralisasi.
Bak Netralisasi dilakukan proses netralisasi karena air limbah yang masuk berada pada kondisi
(Lime Injection) asam dan diperlukan pH yang efektif untuk dilakukannya proses pada koagulasi.
bahan yang digunakan yaitu lime soda atau kapur (CaO).
Limbah cair dari bak netralisasi selanjutnya mengalir ke bak koagulasi. Di bak
Koagulasi- koagulasi ditambahkan bahan koagulan alum dan polymer untuk mendestabilisasi
Flokulasi dan mengikat partikel koloid dalam air limbah dan proses koagulasi-flokulasi ini
akan membentuk Al(OH)3 dalam bentuk padatan.
Selanjutnya dari bak Koagulasi-Flokulasi air limbah mengalir ke bak clarifier.
Sedimentasi Disini terjadi timbulnya lumpur dari partikel atau padatan yang mengendap secara
(Equalizer) gravitasi. Untuk Lumpur yang mengendap akan dikumpulkan dan dipompa
menuju bak pengolahan lumpur.
Dari Bak Sedimentasi , air limbah mengalir secara overflow menuju titik point L.
Point L (Outlet) Jika pH air limbah dari pabrik I,II, dan III belum netral, maka sebelum dialirkan ke
point L ditambahkan NaOH dahulu untuk menetralkan air limbah.
Baku Mutu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. 175/Menlhk/Setjen/PKL.1/4/2017 tentang Izin
Pembuangan Air Limbah ke Laut.
Hasil Kualitas Air Limbah Di Outlet IPAL
Penyisihan Fosfat Secara Kimia Menurut Metcalf Eddy
Penyisihan fosfat dapat dilakukan secara biologi maupun kimiawi. Penyisihan fosfat secara kimiawi
menggunakan penambahan bahan kimia untuk perlakuannya. Bahan kimia yang digunakan untuk menghilangkan
Fosfor antara lain Aluminium (Al3+), Besi Ferri (Fe3+), Besi Ferro (Fe2+) dan Kalsium (Ca2+). Selain
penggunaan bahan kimia logam, Polimer juga telah digunakan secara efektif efektif dalam hubungannya dengan
garam logam dan kapur sebagai flokulan aids. Karena kimia penyisihan fosfat dengan aluminium dan besi sangat
berbeda dibandingkan dengan kalsium, dua jenis penyisihan kimia yang berbeda dipertimbangkan secara terpisah
Penyisihan fosfat dengan penambahan garam logam diperkirakan terjadi dalam sejumlah cara yang berbeda,
termasuk (WEF, 1998, 2011):
1. Pembentukan besi hidro atau aluminium oksida yang berfungsi sebagai substrat untuk adsorpsi fosfat
2. Penggabungan fosfat ke dalam struktur oksida hidro
3. Pembentukan campuran kation fosfat (misalnya, Fe atau Al fosfat)
4. Pembentukan besi atau aluminium fosfat
Penyisihan Fosfat Secara Kimia Menurut Metcalf Eddy
Perlu diketahui bahwa penyisihan fosfat hanya dilakukan jika, setelah pembentukan senyawa di atas, mereka
dihilangkan dengan sedimentasi (Presipitasi) atau dengan filtrasi.Secara historis, dua reaksi berikut digunakan
untuk menggambarkan pembentukan besi atau aluminium fosfat.
Presipitasi Fosfat dengan Aluminium :
Sayangnya, reaksi ini tampak sederhana dan umumnya tidak berlaku. Telah ditemukan bahwa fosfat besi terjadi di
dekat nilai pH 3,5 dan tidak terjadi di atas pH 5 (Smith et al., 2008). Selanjutnya, setiap reaksi presipitasi harus
dipertimbangkan mengingat banyaknya reaksi yang bersaing dan konstanta kesetimbangan yang terkait, dan efek
alkalinitas, pH, elemen jejak, dan ligan yang ditemukan dalam air limbah.
Penyisihan Fosfat Secara Kimia Menurut Metcalf Eddy
Berdasarkan penelitian yang lebih baru (Sedlak, 1991; WEF, 2011) dilihat bawah reaksi keseluruhan berikut
dapat memberikan deskripsi yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya terjadi ketika garam logam
ditambahkan untuk menghilangkan fosfor.
Namun, karena banyak reaksi yang bersaing, Eq. (6 21) tidak dapat digunakan untuk memperkirakan dosis
kimia yang diperlukan secara langsung. Oleh karena itu, dosis umumnya ditetapkan berdasarkan tes skala
bangku, kadang-kadang dengan tes skala penuh, terutama jika polimer digunakan, dan dari data dari pabrik
pengolahan operasi lainnya
Penyisihan Fosfat Secara Kimia Menurut Metcalf Eddy
Penyisihan fosfat dengan kalsium.
Kalsium biasanya ditambahkan dalam bentuk kapur Ca(OH). Dari
persamaan yang disajikan sebelumnya, akan dicatat bahwa ketika kapur
ditambahkan ke air, ia bereaksi dengan alkalinitas bikarbonat alami untuk
mengendapkan CaCO3. Karena nilai pH air limbah meningkat melebihi sekitar
10, kelebihan ion kalsium kemudian akan bereaksi dengan fosfat, seperti yang
ditunjukkan pada persamaan reaksi dibawah. untuk mengendapkan hidroksiapatit
Ca, (PO, (OH) dalam praktiknya, penyisihan sebagian fosfat telah dilakukan
dengan menambahkan kapur ke hulu penjernih primer ke pH target sekitar 9.
Karena reaksi kapur dengan alkalinitas air limbah, jumlah kapur yang dibutuhkan
akan, secara umum, tergantung terutama pada alkalinitas air limbah
Penyisihan Fosfat Secara Biologi Menurut Metcalf Eddy
Penyisihan Fosfor biologis yang ditingkatkan melibatkan dengan penggabungan fosfor dalam biomassa yang
diproduksi dalam sistem pengolahan dalam sistem lumpur aktif dan biasanya hanya dapat menyisihkan fosfor sekitar 10-
20%. Namun, sejak akhir 1970-an konfigurasi desain pabrik skala penuh yang memilih bakteri penyimpanan fosfor yang
biasa disebut organisme akumulasi fosfor (PAOs) telah digunakan untuk menyediakan lebih dari 80 persen penyisihan
fosfor biologis. Proses ini telah disebut sebagai enhanced biological phosphorus removal (EBPR).
Fosfor dikumpulkan oleh organisme (PAOs) didorong untuk tumbuh dan mengkonsumsi fosfor dalam sistem yang
menggunakan Konfigurasi reaktor yang menyediakan PAOs dengan keunggulan kompetitif atas bakteri lain, konfigurasi
reaktor digunakan untuk penyisihan fosfor terdiri dari tangki anaerobik memiliki waktu retensi hidrolik, 7, dari 0,50
sampai 1,0 jam yang ditempatkan di depan tangki aerasi lumpur aktif. Kunci keunggulan kompetitif PAO di zona kontak
anaerobik adalah bahwa mereka mampu mengangkut dan mengkonsumsi cod yang mudah terurai (rbCOD) dalam bentuk
asam lemak volatil (VFA) (misalnya, asam asetat dan asam propionat) dengan menggunakan energi yang tersedia dari
fosfor yang disimpan sebagai polifosfat.
Penyisihan Fosfat Secara Biologi Menurut Metcalf Eddy
Proses penyisihan berbagai desain proses EBPR telah
dikembangkan dan diterapkan di WWTPs; pemilihan desain
bergantung pada proses pengolahan air limbah dan peralatan yang
ada sebelum dikonversi ke EBPR, karakteristik air limbah, dan
kebutuhan pengolahan, biasanya EBPR dilakukan dalam proses
arus utama, dan ada juga di pengolahan WWTPs di mana sistem
pemulihan struvite dipasang. Konfigurasi proses EBPR arus utama
yang umum digunakan ditunjukkan pada gambar disamping. Tiga
konfigurasi proses EBPR yang berbeda digunakan untuk aplikasi
di mana,
1. Nitrifikasi tidak diperlukan
2. Nitrifikasi diperlukan dengan rasio BOD / P yang tinggi dalam
air limbah influent
3. Nitrifikasi diperlukan dengan rasio BOD / P rendah dalam air
limbah influent
Penyisihan Fosfat Menurut Literatur Jurnal 1
RECOVERY FOSFAT DARI LIMBAH CAIR PT PETROKIMIA GRESIK DENGAN PROSES KRISTALISASI
MENGGUNAKAN REAKTOR FLUIDIZED BED. Studi kasus dilakukan di PT Petrokimia Gresik. Proses kristalisasi struvite
dengan menggunakan reaktor fluidized bed merupakan salah satu teknologi dalam merecovery kadar fosfat dan amonium pada
limbah cair. Kelebihan proses kristalisasi struvite adalah selain dapat menurunkan kandungan fosfat dan amonium dengan
penggunaan sedikit lahan dan tanpa menghasilkan lumpur, juga dapat membentuk kristal struvite Kristal struvite dapat bermanfaat
sebagai pupuk dengan keunggulan slow release. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kecepatan aliran, rasio molar
[Mg2+]:[NH4+]:[PO43-] dan konfigurasi bentuk reaktor terbaik dari proses kristalisasi dengan menggunakan reaktor fluidized bed
serta mengkaji karakteristik bentuk struvite yang dihasilkan dari proses kristalisasi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kristalisasi dapat dilakukan dengan menggunakan reaktor fluidized bed dimana
ditandai dengan adanya penurunan konsentrasi fosfat dan amonium. Pengaruh kecepatan aliran air limbah influen yaitu 0,014 m/s
dengan rasio molar [Mg2+]:[NH4+]:[PO43-] efektif sebesar 1,5:1:1,7 pada reaktor fluidized bed 3 kompartemen vertikal mampu
menyisihkan fosfat sebesar 85% (dari 7191,61 mg/L menjadi 1076,45 mg/L) dan amonium sebesar 71% (dari 900 mg/L menjadi
263,57 mg/L). Kecepatan aliran semakin rendah maka semakin mampu meningkatkan efisiensi penyisihan fosfat dan amonium.
Reaktor fluidized bed mampu menghasilkan produk kristal 9 g produk per Liter air limbah. Hasil analisis SEM-EDX menunjukkan
kristal struvite yang dihasilkan berbentuk seperti rod like irregular yaitu balok memanjang dengan permukaan yang tidak rata. Unsur
utama penyusun berupa N, P, O dan Mg. Kadar struvite yang terbentuk dari analisis XRD menunjukkan kemurnian sebesar 49%.
Recovery Fosfat Menurut Literatur 2
Surfactant-modified adsorptive electrospun nanofiber membrane impregnated with akagenite for phosphorus
recovery from wastewater. Fosfor (P) adalah komponen penting dari proses biologis. Namun, pengayaan yang berlebihan di
badan air, yang dikenal sebagai eutrofikasi, dapat berdampak buruk pada ekosistem perairan Secara tradisional, P dihilangkan
melalui presipitasi kimiawi dan proses biologis. Namun, dengan peraturan mengenai pelepasan P yang semakin ketat, teknik
tersebut seringkali tidak memadai dalam mencapai konsentrasi P yang sangat rendah . Adsorpsi adalah teknik yang menjanjikan
untuk pemulihan P dari air dengan produksi lumpur minimal, bahkan pada konsentrasi awal yang rendah. . Selama dua dekade
terakhir, banyak adsorben telah digunakan dan dimodifikasi untuk penyerapan P dari air, termasuk oksida logam/hidroksida.
Adsorben berbasis besi menjadi perhatian khusus bagi para peneliti karena biayanya yang rendah, tidak beracun, mudah diakses,
dan efektif. Adsorben berbasis besi telah diimobilisasi pada banyak bahan pendukung untuk menghilangkan P dari air termasuk
bentonit ], granular karbon aktif , dan resin penukar anion basa kuat. Dalam penelitian ini, kami menyajikan pembuatan ENM
dengan partikel akageneit (β-FeOOH) dan surfaktan benzyldimethyldodecylammonium chloride (BDDA) karena Dalam
literatur, ENM yang diimpregnasi Lanthanum telah dipelajari untuk menghilangkan P dari air.
Setelah melalui proses penelitian, membran nanofiber elektrospun (ENM) poliakrilonitril (PAN) yang diimpregnasi
dengan partikel akageneit (β-FeOOH) dan surfaktan kationik, BDDA, berhasil dibuat untuk pemulihan fosfor dari air. Kapasitas
penyerapan membran meningkat secara drastis dengan penambahan surfaktan, meskipun BDDA sendiri menunjukkan serapan P
yang dapat diabaikan. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan karakteristik membran yang disebabkan oleh penambahan
BDDA, seperti, hidrofilisitas, muatan permukaan (zeta-potential ), dan diameter serat. Membran memiliki afinitas tinggi
terhadap P yang dibuktikan dengan kinerja yang relatif konsisten dalam larutan air limbah sintetik dan kontaminan tunggal
Perbandingan Pengolahan Eksisting dengan Literatur dan
Kesimpulan
· David Apriliyansyah, Kurniawati, dkk. (2018). Teknik Pengolahan Limbah di Industri Petrokimia. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2022.
· Erini Meilina B, Lestari Kusuma S. (2020). ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT PETROKIMIA
GRESIK. Surabaya. Universitas Airlangga.
· Metcalf and Eddy revised by George Tchobanoglous etc. (2014). Wastewater Engineering Treatment and
Resource Recovery 5th edition. Diakses pada 18 November 2022.
Yessie Ardina K. (2019). RECOVERY FOSFAT DARI LIMBAH CAIR PT PETROKIMIA GRESIK DENGAN
PROSES KRISTALISASI MENGGUNAKAN REAKTOR FLUIDIZED BED. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh
November