Anda di halaman 1dari 79

BIOFARMASETIKA DAN

FARMAKOKINETIKA
By:
Apt. Fajrian Aulia Putra, S. Farm, M.Farm

Universitas Sumatera Barat


Daftar Bacaan

Aiache, J.M., Devissaguet, J.Ph., Guyot-Herman, A.M., 1993,


Galenica 2-Biopharmacie, Terjemahan Widji Soeratri dan Nanizar
Zaman-Joenoes, Airlangga University Press, Surabaya

Abdou, H.M., Dissolution, Bioavailability & Bioequivalence,


Mack Publ. Co., Pennsylvania, 1989

Shargel, L. and Yu, A., Applied Biopharmaceutics &


Pharmacokinetics, 5th ed., Appleton & Lange, New York, 1999
Kontrak perkuliahan

Kehadiran perkuliahan
• 75 %

Keterlambatan
• Max 10 menit

Tugas
• Dikumpul tepat waktu
INTRODUCTION

• Studi • Studi in vivo


formulasi dan (ADME)
teknologi
Bentuk
sediaan
Farmasetika PK-PD-PGx
• BIOFARMASETIK
A
PREDISPOSISI
- BABE

Disiplin ilmu persilangan antara product oriented dan


clinic/patient oriented
T. Rusdiana, 2018
Leslie Z Bennet, 1973, Biopharmaceutics as a Basis for the Design of Drug
Products in Drug Design, Vol. IV, p. 1-32, Academic
Press.
3 fase perjalanan obat
Fase Farmakodinamik

Fase Farmakokinetik

Fase (Bio) farmasetik


Kontak/Penggunaan Obat

Bentuk farmasetika hancur


Zat aktif melarut

Zat aktif tersedia untuk diabsorpsi


(ketersediaan farmasetika)

Absorpsi
Biotransformasi

Deposisi Distribusi

Ekskresi
Zat aktif tersedia untuk memberikan
efek
(ketersediaan biologik)

Efek Farmakologi

Efek Klinik Efek Toksik


Faktor penentu aktivitas terapetik

Biofarma Farmako Farmako


setika kinetika dinamik
Liberasi Disolusi Absorpsi

Obat = Zat Dispersi Dispersi


Aktif + padatan zat molekular Darah
Pembawa aktif zat aktif

Aspek telaah biofarmasetika


Biofarmasetika

- Ilmu yang mempelajari pengaruh dari sifat fisikokimia obat dan


produk obat in vitro pada penghantaran obat dalam tubuh dalam
kondisi normal maupun patologis.
- Disiplin ilmu yang mempelajari predisposisi zat aktif sediaan obat
dalam tubuh
- Perhatian utama dalam biofarmasetika adalah bioavailabilitas
Bioavailabilitas

kecepatan dan jumlah obat aktif yang


mencapai sirkulasi sistemik

Oleh karena itu bioavailabilitas suatu obat


mempengaruhi daya terapetik, aktivitas klinik,
dan aktivitas toksik obat. (Shargel & Yu,
1988 ).
Predisposisi

Rangkaian proses berurutan dan saling berkaitan


setelah pemberian obat ekstravaskular dan yang
memungkinkan zat aktif dalam obat tersebut
memasuki bagian dalam tubuh
Pentingnya
biofarmasetika adalah
• untuk mengatur pelepasan obat
sedemikian rupa ke sirkulasi
sistemik agar diperoleh
pengobatan yang optimal pada
kondisi klinik tertentu
Faktor Farmasetika

Liberasi
Dari tahap
Dua tahap : liberasi
diperoleh

Dispersi halus
Pemecahan Peluruhan
padatan
Faktor Farmasetika

Disolusi:

pelarutan zat aktif secara progresif, yaitu


pembentukan dispersi molekuler dalam cairan

sediaan larutan karena faktor


termasuk pada proses
tertentu kadang terjadi
penyarian pada sediaan
pengendapan yang kemudian
pembawa minyak (emulasi)
akan melarut lagi
Faktor Farmasetika

Absorpsi
masuknya zat aktif kesistem sirkulasi
sistemik

bergantung pada berbagai parameter,


terutama sifat fisiko-kimia zat aktif obat
Faktor-faktor yang berpengaruh
pada aktivitas obat

Faktor Faktor
endogen eksogen
Faktor genetik Faktor lingkungan

Keadaan fisiologik dan patologik


yang berkaitan dengan fungsi
berbagai organ tubuh (sistem Farmasetik
pernafasan, peredaran darah,
endokrin, dan pencernaan)
Faktor-faktor yang berpengaruh
pada aktivitas obat
Faktor Fisiologis

I. Perbedaan spesies, memberi


perbedaan pada
Reaksi biotransformasi
karena perbedaan sistem Perbedaan karakter air
enzimatik dan kemih (pH) yang
jenis reaksi transformasi berpengaruh pada jalu
„perubahan“ ekskresi
xenobiotika
Faktor-faktor yang berpengaruh
pada aktivitas obat
Faktor Fisiologis

Faktor Individu
• Umur: bayi baru lahir, anak-anak, dewasa, dan manula
• Jenis kelamin
• Morfotife (perbedaan ukuran fisik dan volume
kompartemen) menyebabkan perbedaan
distribusi dan akumulasi obat
• Kelainan genetik
• Kehamilan
• Keadaan Gizi
• Ritme Biologi
Faktor-faktor yang berpengaruh
pada aktivitas obat
Faktor Patologik
Perbedaan disebabkan oleh fungsi organ yang terganggu

I. Faktor penghambat dan penurunan


efek obat
• Gangguan dalam penyerapan di saluran cerna
karena adanya perubahan transit, pengeluaran getah
lambung, dan keadaan mukosa usus
• Penurunan absorpsi parenteral akibat penurunan
laju aliran darah (perifer dan sentral)
• Peningkatan eliminasi zat aktif melalui ginjal
karena: alkalosis atau asidosis
II. Faktor penghambat dan peningkat
efek obat :
• Peningkatan terjadi karena kerusakan
membran pada tempat kontak
• Kelainan penyakit dapat meningkatkan
penyerapan pada sawar darah atak pada “
meningitis terjadi peningkatan kadar zat
aktif di cairan sefalo-rakhidien
• Insufisiensi hati
• Insufisiensi ginjal
• Gangguan pada sistem endokrin berakibat
pada penekanan laju reaksi biotransformasi
Faktor-faktor yang berpengaruh
pada aktivitas obat

Faktor lingkungan
• Makanan dan diit : Kekurangan nutrisi dan vitamin
akan menghambat fungsi tubuh dan metabolisme
• Toksikomania : 1) Kencaduan alkohol, alkohol
berpengahur pada kliren obat di ginjal dan induksi
enzim alkohol dehidrogenase 2) Perokok, „kabon
oksida perpengaruh pada CYP 450 dan akan
menurunkan hidroksilasi dari anilin hidrokabon
polisiklik yang bersifat induktor

• Cemaran Udara dan air


• Faktor meterologi
• Stress dan kelelahan : Berpengaruh pada metabolisme
Farmakodinamik

Ilmu yang mempelajari :


• Efek biokimia
• fisiologi obat serta mekanisme kerjanya

Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat


• meneliti efek utama obat
• mengetahui interaksi obat dengan sel
• Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum dan
respon yang terjadi
FASE FARMAKODINAMIK

Profil
Kronologis intensitas, waktu
adanya laten, aksi
mediator aktif farmakologi atau Respon Klinik
di biofase biokimiawi
,

Fase Farmakodinamik suatu obat di dalam


tubuh
Faktor fisio-patologis yang berpengaruh pada
fase farmakokinetik dan farmakodinamik suatu
obat di dalam tubuh (Wagner)
⚫ Keturunan ⚫ Posisi Tubuh ⚫ PH air kemih
⚫ JenisKelamin ⚫ Aktivitas ⚫ Aliran air kemih
⚫ Umur Relatif ⚫ Aliran darah
⚫ Morfologi ⚫ Keadaan ⚫ Lingkungan
⚫ Farmakogenetik
Gizi ⚫ Keadaan
⚫ Kehamil Patologi
⚫ kronofarmakolo
gi an ⚫ Efek non
⚫ Menopa spesifik
use
⚫ Suhu ⚫ Plasebo
Parameter Fase farmakodinamik nasib suatu obat
di dalam tubuh (Wagner)

Parameter Parameter Klinik


Farmakologi
⚫ Konsentrasi dalam
biofase ⚫ Keadaan lingkungan
⚫ Interaksi bahan aktif- ⚫ Efek psikologis
reseptor ⚫ Ketetapan diagnose
⚫ Fenomena kompetitif ⚫ Penyakit yang diderita
⚫ Mekanisme Kerja ⚫ Remisi spotan
⚫ Aksi Kimia dalam ⚫ Interaksi obat
tubuh
FARMAKOKINETIK
Adalah Ilmu Yang Mempelajari Tentang Nasib Obat
Dalam Tubuh Atau Efek Tubuh Terhadap Obat.
Farmakokinetik Mencakup 4 Proses Yaitu Absorpsi,
Distribusi, Metabolisme, Dan Ekskresi (Adme).
Studi Tentang Farmakokinetk Penyerapan ,
Distribusi, Metabolisme , Dan
Ekskresi .
Tinjauan Farmakokinetik :
A. Pengantar Farmakokinetik
B. Kurva Kadar Obat Dalam Plasma-waktu
Manfaat Farmakokinetik
Menentukan dosis obat
Bentuk sediaan
Secara klinis untuk mengawasi terjadinya
interaksi obat.
Absorpsi

Proses penyerapan
tergantung pada :
• Anatomi fisiologi pemberian obat t.u
sistem peredaran darah dan debit darah
yang mengalir
Absorpsi pada pemberian obat enteral

Pemberian obat per oral


• Rongga mulut
• Lambung
• Usus halus

Pemberian per rektal


• Mencegah inaktivasi z.a yang sudah
diserap keperedaran darah oleh hati
Absorpsi pada pemberian parenteral

Intra vena dan intra arteri


• z.a langsung masuk keperedaran darah

Intramuskular dan subkutan


• Untuk z.a yang memberikan efek yang cepat

Per inhalasi
• Mendapatkan efek sistemik
• Kemampuan penyerapan dari epitel paru-paru
Proses Farmakokinetik
Faktor yang mempengaruhi proses
Absorpsi:
• Sifat fisikokimia obat
• Bentuk sediaan
• Rute pemberian
• Fungsi anatomi dan fisiologi tempat
absorpsi obat.
Proses Farmakokinetik
Metoda Absorpsi obat melewati membran
Sel:
• Difusi pasif -> molekul obat berdifusi
dari cairan konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah.
• Transpor aktif -> dibantu suatu carier,
perlu ATP. Molekul obat berpindah dari
cairan konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi
Nasib Obat dalam Tubuh

Distribusi

Efek
Absorpsi Distribusi
farmakologis
Nasib Obat dalam Tubuh

Distribusi

Zat aktif akan terikat pada 3 tempat

• Reseptor : memberikan efek farmakologi (tempat


aktif)
• Aseptor : terikat secara reversibel dan tidak
memberikan efek (depot obat)
• Tempat enzimatik : menentukan biotransformasi
menjadi metabolit aktif atau inaktif
Nasib Obat dalam Tubuh

Distribusi

Faktor penentu terjadinya perlintasan

• Permiabilitas
• Afinitas struktur biokimia ttt
• Vaskularisasi jaringan
• Karakter spesifik
• Cara pemberian
• Ikatan molekul pada protein plasma
Distribusi Obat
Proses suatu obat yang secara reversible
meninggalkan aliran darah dan masuk ke
cairan ekstrasel dan sel-sel atau jaringan.
Faktor yang mempengaruhi distribusi obat:
 Aliran darah
 Permeabilitas kapiler
 Derajat ikatan obat dengan protein plasma
 Sifat fisiko kimia obat
 Kombinasi obat
Fase Distribusi
Fase I : terjadi segera setelah penyerapan
yaitu ke organ yang perfusinya sangat
baik misalnya jantung, ginjal, hati dan
otak.
Fase II : sama dengan fase I akan tetapi
obat ke kejaringan yang perfusinya tidak
sebaik oergan diatas, misalnya jaringan
lemak, otot, kulit, dan jaringan ikat.
Paru-
paru

OBAT
Jantung A Jantung
TAM
kanan
PER USUS kiri
TAS
N
LI
HEPAR
LINTAS KE DUA
ARTERI HEPATIKA

Seluruh
Tubuh
VENA ARTERI
IV IM

GINJAL
Volume Distribusi
Adalah volume yang diperlukan untuk memuat
semua obat dalam tubuh secara homogen
dengan konsentrasi yang sama dengan
konsentrasi obat dalam darah/cairan plasma.
Jika nilainya lebih besar dibandingkan volume
cairan plasma berarti distribusi obat
terkonsentrasi pada jaringan.
Ikatan obat dengan protein plasma akan
meningkatkan konsentrasi plasma dan
membuat volume distribusi menjadi lebih kecil
Volume Distribusi
Vd= dosis/C

Keterangan=
• D : Dosis
• C : Konsentrasi obat dalam plasma
Metabolisme Obat
Adalah suatu Proses kimia dimana suatu
obat diubah didalam tubuh menjadi suatu
metabolit.
Hasil metabolisme:
 Lebih aktif
 Kurang aktif
 In aktif
 Tidak merubah
METABOLISME

proses perubahan Pada proses ini molekul obat


struktur kimia obat Lebih polar
yang terjadi dalam ( lebih mudah larut dalam air)
tubuh dan dikatalisis Ekskresi
enzim.
melalui ginjal
Terjadi ?

HEPAR

GINJAL METABOLISME DI
HEPAR
TERGANTUNG
DINDING PADA :
USUS
1. KECEPATAN
ALIRAN DARAH
PARU 2. KETERSEDIAAN
ENZIM
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:

Kecepatan
Faktor metabolisme
fisiko kimia dan dipengaruhi oleh :
kelarutan 1. Konsentrasi obat
Besarnya partikel obat 2. Fungsi hati
3. Pemakaian obat
Bentuk sediaan lain
4. Genetika
Dosis yang diberikan 5. Usia
Cara pemberian obat
Luas permukaan tubuh
Nilai pH
Nasib Obat dalam Tubuh

Eliminasi

Berperan pada aktivitas dan


toksisitas obat
 Molekul larut air lebih mudah ditiadakan, mudah dikeluarkan
mll ginjal
 Senyawa larut lemak diubah menjadi bentuk kurang larut
lemaksehingga mudah dikeluarkan mll ginjal
 Proses yang memperlambat peniadaan total adalah adanya
fiksasi pada tempat penimbunan
Ekskresi obat
• Adalah eliminasi/pembuangan obat dari
tubuh.
• Sebagian besar obat dibuang melalui
ginjal (urine).
• Ekresi obat tergantung pada sifat
fisikokimia obat (BM, harga pKa,
kelarutan)
EKSRESI

penghapusan obat dari tubuh yang


biasanya dapat melalui ginjal atau
saluran empedu.

Tempat terjadinya eksresi:


1. Ginjal
2. Empedu dan usus
3. Paru-paru
4. Kulit
5. ASI
Ekskresi obat dapat melalui:
• Kulit -> bersamaan dengan keringat.
• ASI -> obat tidur, nikotin, penisilin,
kloramfenikol, INH, ergotamin, dll.
• Ginjal dengan urine
• Empedu dan usus melalui feses
• Paru-paru (dengan udara ekspirasi)

“obat diekskresikan dari tubuh dalam bentuk


metabolitnya atau dalam bentuk tidak berubah”
◗ Stabilitas kimia
◗ Kelarutan
◗ Kecepatan disolusi
 Konstanta Disosiasi
◗ Koefisien partisi
◗ Kristanilitas

Polimorfisme
 Ukuran
partikel
◗ Kompatibilitas interaksi ; obat-eksipien
◗ Studi pendahuluan in vivo pada
hewan ; Absorbsi
Metabolisme
Ikatan
Protein
Distribusi
Eliminasi
◗ Struktur kimia dan
karakteristik
◗ Bobot molekul

 Metode
Ruahan analitik
(kompresibilitas,
observasi mikroskopik)
mikroskopik)
◗ Informasi terapeutik (dosis,
◗ bentuk sediaan yang dibutuhkan
Bahaya potensial
◗ dan ketersediaan hayati
toksikologi
◗ Pengaruh pH terhadap fakto stabilitas sangat penting
dalam pengembanganproduk, baik untuk bentuk sediaan
oral maupun parenteral.
◗ Obat peka asam yang akan diberikan secara oral, harus
dilindungi dari suasana sangat asam seperti harus
dilindungi dari suasana asam seperti asam lambung.
◗ Pemilihan dapar untuk sediaan parenteral didasarkan pada
pertimbangan stabilitas.
◗ Cara sterilisas sediaan parenteral bergantung pada
stabilitas terhadap temperatur. Zat dengan stabilitas
terbatas terhadap suhu tinggi harus disterilkan
dengancara lain selain otoklaf (misalnyapenyaringan,
sterilisasigas)
◗ Obat yang diberikan secara oral harus
larut dalam cairan saluran pencernaan
sebelum diabsorbsi

◗ Kelarutan obat dalam cairan fisiologi


pada rentang pH 1 –8 sangat penting
untuk diketahui
◗ Menentukan kecepatan disolusi intrinsik
obat pada rentang pH cairan fisiologis
sangat penting karena dapat digunakan
ntuk
memprediksi absorbsi dan sifat fisikokimia
◗ Uji disolusi menggunakan media cair
yang dibuat kondisinya sama dengan pH
cairan fisiologis tubuh
◗ Kebanyakan obat merupakan asam atau basa lemah
dan karakter ioniknya berpengaruh penting pada
proses transfer melalui sel membran


Obat berpenetrasi melewati barier membran
◗ Obat berpenetrasi melewati barier membran
(membran biologi umumnya bersifat lipofil) dalam

bentuk molekul tidak terdisosiasi


◗ konstanta disosiasi merupakan parameter absorbsi
obat yang diperlukan untuk penelitian stabilitas dan
solubiltas obat dalam larutan
◗ Organoleptis
◗ Kristalinitas


Ukuran partikel
◗ Higroskopisitas

◗ Higroskopisitas
◗ Sifat aliran serbuk

 Morfologi permukaan
◗ Banyak zat aktif memiliki rasa dan bau
yang tidak enak (pahit), sehingga perlu
ditambahkan zat penambah rasa dan bau
(flavour) supaya sediaan dapat diterima
oleh
(flavour) supaya sediaan dapat diterima
oleh pasien.
◗ Pengamatan sifat organoleptis
dapat dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis
◗ Sifat-sifatfisika dan kimia tertentu dari zat
obat di pengaruhi oleh distribusi ukuran
partikel, seperti laju disolusi obat,
ketersediaan hayati, keseragaman isi, rasa,
ketersediaan hayati,
keseragamanisi, rasa, tekstur, warna,
danstabilitas.
 Ukuranpartikelterbuktisecarabermakna
mempengaruhiprofilabsorbsioral
Dari obat obat tertentu, seperti:
griseofulvin, nitrofurantoin,
spironolakton, danprokain penisilin.
◗ Polimorfisme adalah kemampuan suatu senyawa
mengkristalisasi dalam bentuk lebih dari satu jenis
kristalin dengan perbedaan kisi internal


◗ Hidrolisis adalah proses penguraian yang
sering ditemukan dalam formulasi obat.
Reaksi biasanya terjadi pada ester,
lakton,
Reaksi biasanya terjadi pada ester,
lakton,
laktam, amida, imida, dan
oksim
◗ Kecepatan hidrolisis dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi ion hidrogen atau hidroksida
jika proses hidrolitik bergantung pada pH.
◗ Senyawa seperti fenol, amin aromatik,
aldehida, eter, dan senyawa alifatik tidak
 jenuh segera bereaksi dengan oksigen
dari
 jenuh segera bereaksi dengan oksigen dari
atmosfer
◗ autooksidasi

◗ Penguraian degradatif dapat dicegah

dengan menghilangkan oksigen dengan


cara mengaliri/mengisi bagian permukaan
atas kemasan dengan gas nitrogen (inert
◗ Cahayadapatmenyebabkanpenguraian (fotolisis)
padabahanobat.

◗ Sebagaicontoh: riboflavin, Na-prusida, nifedipin,


steroid, klorpromazin, nifedipin, steroid,
klorpromazin, hidroklortiazid, cefotaxin, dsb.

◗ Reaksifotolisisbiasanyaterkaitdengan
oksidasikarenareaksiiniseringdiawalioleh cahaya.

◗ Meskipundemikian, reaksifotolisistidak
terbatashanyapadaoksidasi.
◗  Jika obat tidak stabil atau tidak larut dalam air,
untuk stabilisasi atau untuk meningkatkan
kelarutannya dapat meningkatkan kelarutannya
dapat digunakan kosolven bercampur air

◗ yang lazim digunakan: etanol, propilen glikol,


gliserin, dan polietilen glikol berbobot molekul
rendah.

◗ Kecepatan reaksi erat kaitannya dengan


konstanta dielektrik campuran pelarut.
◗ 4/16/201320
ASPEK BIOFARMASETIKA DARI OBAT DAN PRODUK

1. PRINSIP FISIKOKIMIA:

1.1. KELARUTAN (SOLUBILITY)

Kelarutan adalah suatu parameter termodinamik yang didefinisikan


sebagai banyaknya materi (obat) yang dapat terlarut dalam suatu
solven pada kesetimbangan

Kelarutan berkaitan dengan disolusi (pelarutan) yaitu laju larutnya


suatu zat dalam satuan waktu dalam seperangkat kondisi.

Kelarutan merupakan parameter biofarmasetik kritik untuk


pemberian oral, karena obat harus larut dalam cairan lambung
sebelum diabsorpsi.
Pelarutan dari suatu partikel obat padat di dalam suatu pelarut.

C Konsentrasi obat di dalam lapisan “stagnant layer” diam, dan S


C = Konsentrasi obat di dalam pelarut.
1.2 HIDROFILISITAS/LIPOFILISITAS

Koefisien partisi atau distribusi dari suatu obat merupakan


suatu ukuran relatif dari kecenderungan senyawa untuk
berbagi antara solven hidrofil dan lipofil, dan ini
mengindikasikan sifat hidrofilik/lipofilik material tersebut .

Lipofilisitas penting dalam biofarmasetik karena sifat tersebut


berefek terhadap partisi pada membran biologis dan karenanya
mempengaruhi permeabilitas melalui membran yaitu berikatan
atau berdistribusi pada jaringan in vivo
1.3. BENTUK GARAM DAN POLIMORF

Senyawa obat dapat berada dalam beragam bentuk,


termasuk garam, solvat, hidrat, polimorf atau amorf.

Bentuk padatan akan mempengaruhi sifat zat padat tersebut


antara lain kelarutan, laju disolusi, stabilitas, higroskopisitas, dan
juga memberi dampak pada proses manufaktur dan kinerja
klinis.

Bentuk garam dapat dipilih, yang mempunyai kelarutan lebih


besar, dan ini akan memperbaiki laju disolusi dari zat aktif.
1.4. STABILITAS

Stabilitas kimia dari obat amat penting untuk


menghindarkan implikasi aktivitas farmakologik
dan/atau toksikologik.

Profil stabilitas pH juga penting dari perspektif


fisiologik dengan pertimbangan rentang nilai pH yang
terjadi in vivo, khususnya dalam saluran cerna.

Stabilitas fisik mengacu pada perubahan senyawa


obat padat yaitu termasuk transisi polimorfik,
solvatasi/desolvatasi.

Ditingkat produk stabilitas menyangkut integritas sifat


mekanis (kekerasan, friabilitas, swelling) dan perubahan
pada tampilan produk.
1.5. SIFAT PARTIKEL DAN SERBUK

Sifat ruah (curah) serbuk farmasetis termasuk ukuran


partikel, kerapatan, aliran, wettability, dan luas
permukaan. Beberapa sifat tersebut penting dari
pandangan proses pabrikasi (manufaktur), misalnya
kerapatan dan aliran, sedangkan sifat lainnya dapat
berpengaruh kuat pada laju disolusi produk obat (ukuran
partikel, wettability, dan luas permukaan.
1. 6. IONISASI DAN
pKa
 Tetapan ionisasi merupakan sifat fundamental dari senyawa
kimia yang berpengaruh terhadap sifat fisikokimia di atas.

 Adanya grup terionisasi menjadikan efek ubungan kelarutan


 pH, dan ini dapat digunakan untuk memanipulasi sifat fisik dan
perilaku biologik dari obat.

 Bagi senyawa yang terionkan, kelarutannya dalam air lebih besar


daripada yang tak terionisasi disebabkan oleh polaritas yang
lebih tinggi diberikan grup fungsional terionisasi tersebut.
NILAI pKa BEBERAPA OBAT ASAM DAN
BASA
Acids Bases

Acetylsalicylic acid 3.5 Amphetamine 9.8


Barbital 7.9 Apomorphine 7,0
Benzylpenicillrn 2.8 Atropine 9.7
Boric acid 9.2 Caffeine 0.8
Dicoumarol 5.7 Chlordiazepoxide 4.6
Phenobarbital 7.4 Cocaine 8.5
Phenytoin 8.3 Codeine 7,9
Sulfanilamide 10.4 Guanethidine 11,8
Theophylline 9.0 Morphine 7,9
Thiopental 7.6 Procaine 9,0
Tolbutamide 5.5 Quinine 8,4
Warfarin 4.8 Reserpine 6,6
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai