Anda di halaman 1dari 6

Sistem

Perwakilan
Berimbang
Proportional
Representation (PR)
2 varian Sistem PR

Open
List-PR
List-PR
Sistem
Proporsional
Terbuka
Single
Transferable
Vote (STV)
Sistem Close
Proporsional
Tertutup List PR Sistem Pilihan Tunggal
Timeline Sistem Proporsional Pemilu Legislatif
Sistem perwakilan Daftar Setengah
1955 berimbang daftar tertutup
1999 Terbuka
Orde Baru Era Transisi

Pemilu Pertama 1971- Era Reformasi 2004


Orde Lama
Sistem perwakilan 1997 Proporsional daftar
berimbang daftar tertutup Tertutup

2009- Daftar Terbuka


2019 Murni
Kelebihan Sistem Perwakilan Berimbang

● Sistem ini benar-benar mengkonversi suara menjadi kursi legislatif;


● Suara yang terbuang, hanya sedikit;
● Mempermudah parpol-parpol kecil untuk mendapatkan perwakilan di
parlemen;
● Parpol dapat mengajukan daftar calon dari latar belakang yang beragam;
● Mendorong terpilihnya wakil-wakil dari kelompok minoritas;
● Membatasi tumbuhnya kerajaan daerah;
● Pembagian kekuasaan semakin merata;
● Mengarah pada pemerintahan yang lebih efisien;
● Memberikan peluang bagi terpilihnya perempuan sebagai anggota
legislatif;
Kelemahan Sistem Proporsional
- Sistem ini kurang mendorong partai untuk berintegrasi satu sama lain .
- Kesulitan untuk membentuk pemerintahan sendiri, karena jarang melahirkan kekuatan politik
dominan di parlemen sehingga membuka pemerintahan koalisi dengan kelemahan unsur-unsur yang
ada di dalamnya.
- Tidak memberikan hubungan yang kuat antara anggota legislatif dan pemilihnya .
- Tidak berhasil menyederhanakan sistem kepartaian .
- Teori Katz, menjelaskan bahwa sistem daftar terbuka cenderung tidak disukai oleh para calon .
- Teori Colomer, mengatakan bahwa sistem daftar terbuka cenderung menghasilkan faksionalisme dan
kandidasi partisan.
- Robert, Seawright, dan Cyr mengkritik terhadap sistem proporsional yang menjamin keterwakilan
perempuan. Menurut mereka, pengaruh sistem pemilu sebenarnya tidak besar terhadap keterwakilan
perempuan.
- Dari sisi teknis, sistem proporsional terbuka membuat kesulitan bagi pemilih dan penyelenggara
pemilu.
- Sebaliknya, pada sistem daftar tertutup terdapat kelemahan pada penentuan kandidat yang akan
duduk di parlemen setelah penghitungan perolehan suara, maka elit partai yang sangat berkuasa
penuh dan menjadi penentu siapa saja yang akan duduk di parlemen.
Sementara itu menurut Mardyanto, Wahyu Tryatmoko, Syafuan Rozi dan Lili Romli dalam buku
Adaptasi Sistem Pemilu Paralel bagi Indonesia, penerapan sistem proporsional daftar terbuka
mengandung kelemahan, yaitu:
a. Kaderisasi partai tidak berjalan dan tidak menjadi dasar utama, karena partai cenderung memilih
kandidat yang populer dan memiliki elektabilitas tinggi .
b. Calon yang terpilih cenderung berbasis pada transaksi politik yang sulit dikontrol oleh partai
c. Calon yang terpilih lebih didasarkan pada politik uang, bukan berdasarkan kapabilitas.

Anda mungkin juga menyukai