Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Perkembangan Partai Politik Indonesia 1908-2006

Periode Pemerintahan
1908-1942
1942-1945
17 Agustus 1945-1959

17
Agustus
1945-14
November 1945
14 November 1945-Agustus
1949
1949-1950
1950-1955

1955-1959

1959-1965

1965-1998

Sistem Pemerintahan
Zaman kolonial
Zaman pendudukan Jepang
Zaman
Demokrasi
Parlementer
A. Masa
Perjuangan
1. Sistem
Presidensial;
UUD 1945
2. Sistem
Parlementer;
UUD 1945
3. Sistem
Parlementer;
UUD RIS
B.
Masa
Pembangunan
(Building
Nation)
4. Sistem Parlementer;
UUD 1950
5. Sistem
Parlementer;
UUD 1950
Demokrasi Terpimpin;
UUD 1945
1. 1959

Demokrasi Pancasila;
UUD 1945
1. 1966
2. 27 Juli 1967

3. 1967-1969

4. 1971
5. 1973

Sistem Partai
Sistem multi-partai
Partai politik dilarang

Satu partai PNI


Sistem multi-partai
Sistem multi-partai
Sistem
multi-partai.
Pemilihan
umum
1955
menghasilkan 27 partai dan
1
perorangan
yang
memperoleh kursi di DPR
Sistem multi-partai

Maklumat
Pemerintah
3
November 1945 dicabut.
Diadakan penyederhanaan
partai sehingga hanya ada
10 partai yang diakui : PKI,
PNI, NU, Partai Khatolik,
Partindo, Parkindo, Partai
Murba, PSII Arujdi, IPKI, dan
Partai Islam Perti. Masyumi
dan PSI dibubarkan pada
tahun 1960

PKI dan Partindo dibubarkan


Konsensus Nasional antara
lain 100 anggota DPR
diangkat
Eksperimen dwi-partai dan
dwi-group
dilakukan
di
beberapa kabupaten di Jawa
Barat, namun dihentikan
pada awal 1969
Pemilihan umum dengan 10
partai
Penggabungan
partai
menjadi 3 partai yaitu

6. 1977, 1982, 1987,


1992, dan 1997

1998 (21 Mei)..

7. 1982
8. 1984
9. 1996
Reformasi; UUD 1945
yang diamandemen
1. 1999 (Juni)
2. 2004 (April)

Golkar, PDI, dan PPP


Pemilihan
umum
hanya
diikuti oleh tiga orsospol
(sistem
multi-partai
terbatas) PPP,Golkar, dan
PDI
Pancasila satu-satunya asas
NU Khittah
PDI pecah
Kembali ke sistem multipartai.
Pemilu dengan 48 partai; 21
partai masuk DPR.
Pemilu dengan 24 partai; 7
partai masuk DPR yaitu
Partai Golkar, PDIP, PKB,
PPP, Partai Demokrat, PKS,
dan PAN

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa corak dan warna partai politik
sangat dipengaruhi oleh corak dan warna sistem politik yang berlaku. Selain itu, sistem
politik sangat menentukan berperan atau kurang berperannya partai politik. Pendekatan
ini kemudian digambarkan sebagai Pendekatan Kausal (sebab-akibat),yaitu hubungan
sistem politik dengan sistem kepartaian serta sistem pemilu.

SISTEM PEMILU
Sejak Pemilu yang pertama dilaksanakan di Indonesia telah dipilih sistem
proporsional. Sebagai alternatif dari sistem ini adalah sistem distrik. Sistem distrik mulai
diputuskan karena timbulnya ide untuk mengubah sistem kepartaian kearah yang lebih
sederhana serta mampu mencapai kestabilan dalam pemerintahan yang lebih sejalan
dengan sistem kabinet presidensial. Terlepas dari berbagai keunggulan dan kelemahan
yang ada, sistem proporsional untuk sementara dianggap lebih baik.
Sistem proporsional yang berlaku di Indonesia memberikan kedudukan yang kuat
kepada pimpinan partai. Melalui sistem daftar, pemimpin partai sesudah berkonsultasi
dengan cabang-cabang menentukan daftar calon. Disamping itu wakil yang dipilih
mempunyai kemungkinan untuk tidak mewakili warga yang telah memilihnya. Hal ini
disebabkan oleh sistem dropping yang hanya memasang nama pada daftar calon tanpa
mengenali sebelumnya. Dalam pemilihan semacam ini, peranan partai lebih menonjol
ketimbang calonnya sehingga ia akan lebih terdorong untuk memperhatikan
kepentingan partai serta masalah-masalah umum/nasional, ketimbang kepentingan
daerah/distrik serta warganya.
Seperti halnya dengan sistem proporsional di atas, sistem distrik yang juga menjadi
salah satu alternatif dalam sistem pemilu, juga memiliki kelemahan dan keuntungan
tersendiri. Perbandingan keuntungan dan kelemahan kedua sistem ini dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini :

Anda mungkin juga menyukai