Hematologi
Rheumatologi
Hipertensi
Ginjal
36. A. AB
• Hal-hal lain yang biasanya diperhatikan dalam
pemeriksaan eritrosit:
– Ukuran: normositik, mikrositik, makrositik
– Derajat hemoglobinisasi (berdasarkan warna):
normokrom, hipokrom
– Bentuk
• Indikatornya:
• MCV: rata-rata volume eritrosit (femtoliter μm3)
• MCH: rata-rata massa hemoglobin per eritrosit
(pikogram)
• MCHC: rata-rata hemoglobin pada sel-sel darah merah
dengan volume tertentu (g/dl)
• RDW: koefisien variasi volume sel darah merah.
ITP
• ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan walau
pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6 bulan).
• Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau infeksi
• PF:
– Nonpalpable petechiae
– Purpura
– Perdarahan
– Limpa tidak teraba.
ITP
Pemeriksaan Lab:
• Trombositopeni
• Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal
• Sumsum tulang: megakariosit normal atau meningkat.
• Uji koagulasi normal, bleeding time bertambah, PT dan
PTT normal.
• Tes untuk autoantibodi tidak tersedia secara luas
Diagnosis ITP hanya dilakukan sesudah penyebab
defisiensi trombosit lainnya telah dieksklusi.
DIC
• DIC sistem koagulasi dan atau fibrinolitik teraktivasi
secara sistemik, menyebabkan koagulasi intravaskular
luas dan melebihi mekanisme antikoagulan alamiah.
Menyebabkan:
– mikrotrombus di berbagai organ gagal organ
– Perdarahan hebat
• Etiologi:
– Respon inflamasi sistemik aktivasi sitokin dan koagulasi
(sepsis atau major trauma)
– Pelepasan materi pro-koagulasi ke dalam darah (cancer,
obstetric cases)
DIC
Pemeriksaan Laboratorium
• Trombositopenia
• Kadar fibrinogen menurun.
• Fibrin Degredation Products (FDP) meningkat contoh:
D-dimer
• Thrombin time memanjang.
• Prothrombin time, activated partial thromboplastin time
memanjang pada sindrom akut.
• Ditemukan shcistocytes (pecahan/ kepingan eritrosit)
pada pemeriksaan mikroskopik.
Hemofilia
• Kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan secara sex-linked recessive pada
kromosom X
• Hemofilia A (80-85%) defisiensi/disfungsi
faktor VIII
• Hemofilia B defisiensi/disfungsi faktor IX
• Hemofilia C defisiensi/disfungsi faktor XI
Hemofilia
• Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu
hemartrosis, hematoma subkutan atau
intramuskular, perdarahan mukosa mulut,
perdarahan intrakranial, epistaksis, dan
hematuria.
• Pemanjangan APTT dengan PT yang normal
menunjukkan adanya gangguan pada jalur
intrinsik sistem pembekuan darah
Sumber: Merck Manuals
Rangkuman dari Guideline WHO HIV 2010
Rangkuman dari Guideline WHO HIV 2010
Sumber: Pedoman Nasional • Bagan di samping kiri
Tatalaksana HIV Kemenkes 2011 adalah alur tes antibodi
HIV (Strategi III) yang
dipakai Kemenkes untuk
standar nasional
• Tes antibodi yang dipakai
boleh Rapid Test atau
ELISA, sebanyak 3 kali tes
untuk diagnosis pasti
(apablagi sudah disertai
gejala AIDS)
• Western Blot tidak
diwajibkan pada pedoman
nasional sebagai standar
diagnostik karena secara
teknis sulit dilakukan
secara rutin
• Langkah selanjutnya untuk menetapkan diagnosis:
Rujuk ke Klinik /Konselor VCT untuk dilakukan:
– Konseling pre-tes HIV
• Memberi penjelasan mengenai tes HIV dan manfaatnya
• Menjelaskan mengenai adanya periode jendela
• Mempersiapkan mental klien dalam menerima hasil tes
– Tes HIV dengan Rapid Test atau ELISA (tergantung
ketersediaan) sebanyak 3 kali tes
– Konseling post-test HIV
• Menjelaskan hasil tes HIV
• Bila positif Mempersiapkan pemberian ARV apabila sudah
memenuhi syarat
• Bila negatif Jelaskan adanya periode jendela (hasil tes antibodi
masih HIV masih negatif selama 3 bulan pasca infeksi pertama).
Sarankan untuk periksa ulang 3 bulan kemudian!
Rangkuman dari Guideline WHO HIV 2010 dan Pedoman ART Nasional Kemenkes
• Bila pasien HIV positif:
– Periksa nilai CD4 dan Viral Load HIV
• START ARV bila memenuhi syarat:
– CD4 count <350 cell/mm3 pada Stadium berapapun!
DAN/ATAU
– Stadium klinis WHO 3 dan 4 dengan hasil CD4 count berapapun!
– Infokan pasien bahwa pengobatan ARV seumur hidup dan
dikonsumsi dengan kedisiplinan waktu (tidak boleh terlambat
minum) ARV cepat sekali resisten
– Edukasi pasien untuk mau terbuka statusnya dengan
pasangan/suami/istri, karena akan bermanfaat dalam:
• Mencegah penularan kepada naak/pasangan
• Berobat tidak perlu sembunyi-sembunyi Mencegah Drop Out ARV
• Untuk pengobatan kandidiasis oral: Diberikan Fluconazole
2x100mg (3 hari), dilanjutkan 1x100mg (4 hari), total: 7 hari
Rangkuman dari Guideline WHO HIV 2010 dan Pedoman ART Nasional Kemenkes
Remember! Kalau pada soalnya mendiagnosis anak usia <18 bulan,
diagnosisnya hanya dari Viral Load HIV-RNA, tidak bisa diagnosis pakai antibodi
HIV karena dapat masih merupakan antibodi dari ibunya
grade 1
• doubtful joint space narrowing (JSN) and possible osteophytic lipping
grade 2
• definite osteophytes and possible JSN on anteroposterior weight-bearing
radiograph
grade 3
• multiple osteophytes, definite JSN, sclerosis, possible bony deformity
grade 4
• large osteophytes, marked JSN, severe sclerosis and definitely bony
deformity
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Penyakit inflamasi autoimun sistemik yang ditandai dengan temuan autoantibodi pada
jaringan (hipersensitivitas tipe II) dan kompleks imun / antigen-antibody complexes
(hipersensitivitas tipe III) sehingga mengakibatkan manifestasi klinis di berbagai sistem
organ
SLE
1. Mukokuta
n (4)
2. Sendi
3. Serosa
4. Renal
5. Neuro
6. Hemato
7. Marker
- Anti dsDNA, LE
cell, Anti Sm
- ANA (Anti-
Nuclear
Antibody)
paling sering
digunakan
Gout Pseudogout
Birefringent
Birefringent
positif
negatif
Tophu
s
Tx Gout Akut
Colchicine
• Inhibits microtubules inhibit phagocytosis, neutrophil mobility, and
chemotaxis, may inhibit generation of prostaglandins.
• Dosis oral 0.5-0.6 mg per 2 jam sampai nyeri dan inflamasi
menghilang (dosis maksimal 6-8 mg).
NSAIDs
• Full dose 2-5 hari, setelah serangan terkontrol turunkan dosis
perlahan selama ± 2 minggu.
• Contoh: Indometasin 150-200 mg/hari, Na diklofenak
2x50mg
Kortikosteroid
• Bila tidak berespon baik terhadap NSAIDs atau kolkisin
Tx Gout Kronik
Obat penurun asam urat
• Biasanya dimulai pada 2-4 minggu setelah serangan akut. Tidak boleh
diberikan saat serangan akut karena dapat memperparah serangan
• Xanthine Oxidase Inhibitor Allopurinol dimulai dari 100 mg/hari,
bila
perlu dinaikkan bertahap (max: 800 mg/hari)
• Uricosuric Probenesid (0,5 g/hari)
• Target terapi asam urat < 6mg/dL
Modifikasi gaya hidup
Therapy
• Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) are the mainstay of RA
therapy. They have the potential to reduce or prevent joint damage and
preserve joint integrity and function.
• NSAIDs and corticosteroids (oral, intramuscular, or intra-articular) for
controlling pain and inflammation only for short-term management.
DMARDs are the preferred therapy.
• DMARD METHOTREXATE, leflunomide, hydroxychloroquine,
sulfasalazine, cyclophospamide, cyclosporine, etc
OA RA Gout
Awitan Perlahan Perlahan Akut
Peradangan - + +
Patologi Degenerasi Pannus Tofus
Jumlah sendi Poli Poli Mono, kdg2 poli
Tipe sendi Kecil atau besar Kecil Kecil atau besar
Lokasi Pinggang, lutut, MCP, PIP, pergelangan MTP, kaki,
vertebra, CMC 1, DIP, tangan, kaki, pergelangan kaki, lutut
PIP pergelangan kaki
Temuan sendi khusus Nodus Bouchard, Deviasi ulnar, swan Kristal urat
nodus Heberden neck, boutonniere
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi
Fitur ekstra-artikular Nodul SC, pulmonal, Tofus, bursitis
kardiak, splenomegali olecranon, batu ginjal
Sekunder
If a drug is not tolerated or is contraindicated, then one
of the other classes proven to reduce cardiovascular
events should be used instead.
• Tekanan darah yang sangat tinggi (> 180/120 mm Hg) JNC VII
• Kelainan/ kerusakan target organ yang bersifat progresif (e.g.
hypertensive encephalopathy, cerebral vascular accident/ cerebral
infarction, SAH, ICH, myocardial ischemia/ infarction, acute
pulmonary edema, acute renal failure, retinopathy, eclampsia, etc.)
• Tekanan darah diturunkan dalam periode beberapa jam-hari dan bahkan lebih lambat
pada individu usia tua yang berisiko mengalami hipoperfusi serebral atau myokard
akibat penurunan tekanan darah yang terlalu cepat.
• Target penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai < 160/110 mmHg akan tetapi
Mean Arterial Pressure (MAP) diturunkan tidak lebih dari 25% dalam beberapa jam.
Target untuk pengobatan jangka panjang adalah < 140/90 mmHg.
Emergency hypertension
• Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan
cepat.
• Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah bisa
dikontrol dan dengan pemantauan yang tepat.
• Secara umum tingkat ideal penurunan tekanan darah adalah dengan penurunan Mean
Arterial Pressure (MAP) 10-20% selama 1 jam awal dan 5-15% pada 23 jam berikutnya.
• Penurunan tekanan darah yang mendadak menyebabkan iskemia renal, serebral atau
koroner
Captopril Tablet 12,5 mg 15-30 menit 6-8 jam 6,25-50 mg/kali KONTRAINDIKASI:
Tablet 25 mg Dapat diulang per ½ jam STENOSIS ARTERI RENAL
Tablet 50 mg KEHAMILAN
Klonidin Tablet 0,075 mg 30-60 menit 3-12 jam 0,075-0,15 mg/kali EFEK SAMPING (SERING):
Tablet 0,15 mg Dapat diulang per jam MULUT KERING
Dosis max 0,6 mg SOMNOLEN
Furosemide Tablet 40 mg 30-60 menit 6-8 jam 20-80 mg/kali EFEK SAMPING
Dapat diulang per 8 jam HIPERURISEMIA
Dosis max 600 mg HIPOKALEMIA
Nikardipin Infus drip intravena dengan 5-15 menit 1,5-4 jam atau Takikardia, nyeri kepala, Hindari penggunaan pada
Inj. 10 mg/10 ml dosis 0,5-6 mcg/kgBB/menit sepanjang infus dizziness, mual, flushing, gagal jantung akut dan
(Perdipine) berjalan phlebitis, lokal edema iskemia koroner
Nitrogliserin Infus drip intravena 5-100 2-5 menit 5-10 menit atau Hypoxemia, takikardia Obat anti hipertensi
Inj. 50 mg/10 ml mcg/menit sepanjang infus (aktivasi refleks potensial pada pasien
(Glyceryl Trinitrate berjalan simaptetik), nyeri kepala, dengan iskemia koroner
DBL) muntah, flushing, atau edem paru akut
Inj. 10 mg/10 ml methemoglobinemia,
(Nitrocine,NTG) toleransi pada pemakaian
jangka panjang
Klonidin Infus drip intravena 30-60 menit 6-10 jam atau Mulut kering, somnolen, Diberikan pada kasus
Inf. 0,15 mg/ml 0.2-0,5 mcg/kgBB/menit. Per sepanjang infus nyeri kepala, dizzines, hipertensi emergensi yang
(Catapres) infus maximum 0,15 mg berjalan fatigue diakibatkan withdrawal
klonidin
Diltiazem Infus drip intravena 5-15 5-10 menit 1-3 jam atau AV blok, denyut prematur Kontraindikasi pada kasus
Inj. 50 mg/vial mcg/kgBB/menit sepanjang infus atrium, edema, nyeri syok kardiogenik, AV blok
(Herbesser) berjalan kepala, dizziness derajat 2-3, sick sinus
syndrome, sindrom WPW
atau LGL
GambaranKlinis
• Adanya penyakit yang
mendasari: DM, HT, infeksi
salurah kemih, batu
saluran kemih, SLE, dsb.
• Sindrom Uremia: lemah,
lethargi, anoreksia, mual-
muntah, nokturia,
kelebihan cairan, kejang,
hingga koma.
• Gejala Komplikasi:
anemia, hipertensi, payah
antung, asidosis
metabolik, osteodistrofi
renal, gangguan elektrolit.
©Bimbel UKDI MANTAP
Tatalaksana CKD Berdasar Derajat
Malnutrisi
Asidosis Metabolik
4 15 - 29 Hiperkalemia
Dislipidemia
Gagal Jantung
5 < 15 ataudialisis Uremia
Acute Kidney Injury
Non-Oliguric vs.
Oliguric vs. Anuric
• sedimen yang didapatkan aselular dan mengandung cast hialin yang transparan.
AKI prarenal
• sedimen inaktif, kristal, walaupun hematuria dan piuria dapat ditemukan pada
AKI obstruksi intralumen atau penyakit prostat.
pascarenal
• Pigmented “muddy brown” granular cast, cast yang mengandung epitel tubulus yang
dapat ditemukan pada ATN;
• Cast eritrosit pada kerusakan glomerulus atau nefritis tubulointerstitial;
AKI renal • Cast leukosit dan pigmented “muddy brown” granular cast pada nefritis interstitial
terapi pengganti ginjal yang
diindikasikan pada
keadaan
• Oligouria dan anuria,
• Hiperkalemia (K>6,5 mEq/l),
• Asidosis berat (pH<7,1),
• Azotemia (ureum>200 mg/dl)
• Edema paru
• Ensefalopati uremikum
• Perikarditis uremikum
• Neuropati atau miopati
uremikum
• Disnatremia berat
(Na>160
mEq/l atau <115
mEq/l),
• Hipertermia
• Kelebihan dosis obat yang
dapat didialisis.
Sindrom Nefrotik
Overview
Spektrum gejala yang ditandai dengan
protein loss yang masif dari ginjal
Klasifikasi SN :
3. Histopatologi :
Primer vs sekunder
• a. Kelainan minimal
Terapi: kortikosteroid (prednison, • b. Kelainan non minimal
prednisolon) • c. Endapan Ig G, Ig A, Ig M, C3,
,fibrinogen
Kriteria Diagnostik SN Primer pada Anak
• 1. Edema
• 2. Proteinuria masif (++ atau dengan pemeriksaan protein kuantitatif > 40
mg/m2/jam) atau 1 gr/L dalam 24 jam (Esbach).
• 3. Hipoproteinemia (< 2,5 mg/dl).
• 4. Hiperkolesterolemia (> 250 mg/dl).
• 5. C3 normal.
Terminolog
i
Sindrom nefrotik :
• Sindrom klinis dengan gejala proteinuria masif (> 40 mg/m2/jam), hipoalbunemia (≤ 2,5 g/dl)), edema, dan
hiperkolesterolemia. Kadang disertai hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.
Relaps
• Timbulnya proteinuria kembali (>40 mg/m2/jam), atau ≥ 2+ selama 3 hari berturut-turut
Remisi
• Keadaan proteinuria negatif atau trace selama 3 hari berturut-turut
Pengobatan:
MICROANGIOPATI
IDIOPATI
GLOMERULO DISEASE
• Hemolitik uremik sindrom • Membrano proliferatif GN
• Malignan hipertensi • IgA GN
• Pre eklamsia
GNA-POST STREPTOCOCCAL
Definisi :
• GN : Ialah suatu reaksi
imunologik terhadap
bakteri/virus tertentu pada
jaringan ginjal.
• Sering akibat infeksi kuman
streptococcus
Perjalanan klinis GN
• dapat akut maupun kronis.
Insidensi:
• 2/3 GNA pada anak
berumur
antara 3-7 tahun
• Penderita pria > wanita
• Jarang pada umur < 3
tahun
Gejala Klinik
• Edema pada kelopak mata dan
Etiologi : atau tungkai
• Streptococcus • Hematuria (kencing berwarna
hemoliticus Gol. A tipe merah daging)
12 dan 25
• Panas
• Infeksi ekstra-renal :
Traktus Respiratorius • Oliguria/Anuria
bagian atas atau • Hipertensi, bisa
infeksi pada kulit
enchepalopathy
(piodermia).
• Gejala penyerta dapat disertai :
muntah, anoreksia, konstipasi
atau diare
Pengobatan :
Istirahat-total : 3 - 4 minggu
Dietetik :
• rendah protein (1 gm/kg bb/hari)
• rendah garam (1 gm/hari)
IVFD Glukose 10 - 15 % pada penderita anuria/muntah, bila terjadi anuria selama (5-7 hari) maka dilakukan :
• Dialisis peritoneum
• Tranplanstasi ginjal
• Hemodialisis.
Diuretika :
• Bila ureum meningkat : “Forced diurestics” (Lasix : Furosemid).
Simtomatik :
• Hipertensi reserpin, hidralisin Mg SO4
• Hypertensive encephalopathy ditambah sedativa (Luminal, Valium).
• Dekompensasi jantung : digitalis sedativa, dan O2