A. Definisi
Meningitis adalah satu dari gangguan infeksi dari sistem saraf, peradangan pada lapisan
sekitas otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis karena bakteri merupakan meningitis
yang paling sering terjadi (Black and Hawk, 2014). Meningitis tuberkulosis adalah infeksi
co-infeksi paling sering terjadi: 54,0% (Fang, et al, 2017). Jadi singkatnya meningitis
merupakan inflamasi pada selaput meningen yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
dan parasit.
B. Manifestestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari meningitis diantaranya nyeri kepala dan demam, neck
mobility, kernig’s sign positif, brudzinski’s sign, photophobia, lesi kulit, gangguan
kognitif, dan kejang.
C. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan diantaranya:
1. CT scan atau MRI scan untuk mendeteksi pergeseran isi otak (yang dapat menyebabkan
herniasi) yang merupakan prioritas sebelum lumbal fungsi)
2. Test diagnostik: kultur bakteri dan pewarnaan gram CSF dan darah dengan lumbal
fungsi
3. Pemeriksaan Darah pada pemeriksaan darah. dengan peningkatan leukosit
hipokalsemia, hiponatremia, serta gangguan fungsi ginjal dengan asidosis metabolik.
4. Kultur darah dapat membantu, namun tak selalu bisa diandalkan ( Meisadona, 2015)
Protein <0,4 g/L 1-5 g/L >0,4-0,9 g/L 1-5 g/L 0.5-5 g/L
D. Penatalaksanaan
1. Farmakologi inflamasi : OAT, obat anti infeksi, meningitis bakterial
2. Penatalaksanaan simptomatik : antikonvulsi, antipiretik: osis, antiedema serebri,
diuretikosmotik, pemenuhan oksigenasi dengan O2, pemenuhan hidrasi atau
pencegahan syok hipovolemik
3. Asuhan eperawatan komperhensif
E. Dampak Meningitis
Menurut Schmand (2010) perubahan psikologi, cognitif dan kualitas hidup dapat terjadi
pada pasien dengan meningitis bakteria. Legood, et al (2008) meningitis secara signifikan
dapat mempengaruhi kualitas hidup dalam jangka panjang dan gangguan pendengaran.
Lucas, et al (2016) Sekuele neurologis terjadi pada sejumlah besar pasien setelah
meningitis bakteri. Sekuele yang paling sering dilaporkan adalah defisit neurologis fokal,
gangguan pendengaran, gangguan kognitif dan epilepsi
F. Studi Kasus
Seorang laki-laki, bernama Tn. H, 29 tahun, mengalami kecelakaan 3 tahun yang lalu,
dan terjadi fraktur basis cranii sehingga timbul otorhoe dan rhinorhoe, setelah dirawat lebih
dari 3 bulan pasien dapat pulang ke rumah dengan beberapa gejala sisa. Dua hari yang lalu,
pasien kembali datang ke RS dengan keluhan sakit kepala hebat disertai mual dan muntah,
serta demam dan menggigil. Dia juga mempunyai riwayat batuk-batuk yang lama dan
pernah minum obat selama 3 minggu saja karena mual dan malas harus kontrol ke
puskesmas. Sekarang pasien dirawat dengan diagnosa klinis Meningitis dan rencana akan
dilakukan LP (lumbal Punctie) untuk menentukan penyebab meningitisnya.
Pengkajian: Pemeriksaan saraf kranial yang dapat mempengaruhi fungsi makan dan
didapatkan bahwa Gag reflex (+), penghiduan dan pengecapan sensasinya berkurang.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman patogen
2. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
oedema serebral, peningkatan ICP
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
4. Resiko Cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik akibat kejang
5. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat (selaput
jaringan otak)
6. Resiko Perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
terbatas; mual, dan muntah, menelan dan mengunyah kesulitan
7. Tidak efektifnya rigimen terapeutik berhubungan dengan
H. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman
patogen
● Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi.
● Kriteria :
- Suhu tubuh normal 36-37°C
- Klien ditempatkan di ruang isolasi
● Intervensi :
- Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan
- Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepa baik klien
atau pengujung maupun staf.
- Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan
- Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses
infeksi
- Kolaborasi: pemberian antibiotik spektrum luas setelah pengambilan CSF,
diganti apabila perlu setelah hasil kultur
2. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan oedema serebral, peningkatan Intracranial Pressure (ICP)
● Tujuan : Status neurologik normal
● Kriteria Hasil:
- Peningkatan perfusi serebral
- Tingkat kesadaran baik
- Vital sign baik
- GCS dalam batas normal
- Tikah ada peningkatan ICP
● Intervensi
- Pengkajian awal neurologis dan tanda vital saat masuk
- Pantau faktor- faktor yang mungkin meningkatkan edema serebral dan
ICP (demam, Kejang, hiperkapnea
- Untuk menurunkan atau mencegah peningkatan ICP
- Mengatur tindakan perawat selama periode ICP yang rendah untuk
mencegah peningkatan ICP
- Pantau ukuran pupil dan reaktivitas/ jam atau sesuai perintah tanda
peningkatan ICP
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
● Tujuan: Keseimbangan suhu tubuh terpenuhi.
● Kriteria : Suhu tubuh 36 - 37 °C, keringat berkurang, klien tidak merasakan panas
badan
● Intervensi :
- Berikan kompres dingin pada daerah yang banyak pembuluh darah sampai
suhu badan kembali normal.
- Anjurkan pada klien untuk mengenakan pakaian tipis dan menyerap
keringat.
- Observasi tanda-tanda vital suhu, tensi, respirasi, dan nadi
- Kolaborasi pemberian terapi antipiretik
4. Resiko Cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik akibat kejang
● Tujuan : Cedera dalam hal ini kejang minimal
● Faktor Resiko: Iritasi korteks serebral bisa menyebabkan: kejang, gerakan
● Intervensi :
- Monitor adanya kejang/ kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot
wajah yang lain.
- Berikan keamanan pada klien dengan memberi bantalan pada penghalang
tempat tidur, pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan
pasang jalan nafas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat sesuai indikasi, seperti
Fenitoin (dilantin), diazepam (valium), fenobarbital
5. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi pada susunan saraf pusat
● Tujuan : Nyeri hilang
● Kriteria:
- Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
- Menunjukan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
● Intervensi
- Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
- Letakkan kantong es pada kepala, pakaian dingin di atas mata
- Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman.
- Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan lakukan masase
otot daerah bahu atau leher
6. Resiko Perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh terkait dengan asupan
terbatas; mual, dan muntah, menelan dan mengunyah kesulitan
● Tujuan: Nutrisi pasien terpenuhi : Berat badan stabil, protein serum normal.
● Kriteria Hasil :
- Disfagia dapat diatasi
- Tidak terjadi aspirasi.
- Mual, muntah & anoreksia tidak ada
● Intervensi :
- Timbang berat badan seminggu sekali
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu perencanaan makanan
- Jika masukan makanan hanya sedikit, BB terus menerus turun selama 5
hari, status menunjukkan kekurangan nutrisi kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian nutrisi parenteral total (NPT).
- Bila terjadi disfagia kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT
- Kolaborasi pemberian obat H2 reseptor antagonis sesuai advis.
7. Tidak efektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan kombinasi obat yang
diminum
● Tujuan: Pasien aktif dan taat dalam terapi pengobatan sehingga akan memperbaiki
gejala dan mengurangi infeksi
● Kaji dari efek penggunaan regimen terapi
● Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kombinasi obat
● Berikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang ketidakteraturan berobat
akan menyebabkan resistensi
Anamnesa khusus :
- Epilepsi
- Nyeri kepala
- Nyeri
B. Pemeriksaan Fisik
3. Tanda Lasegue
Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya, kemudian satu
tungkai diangkat lurus, dibengkokan (fleksi) pada persendian panggulnya. Tungkai yang
satu lagi harus selalu lurus. → normal: dapat mencapai sudut 70 tanpa sakit. (lasegue (-))
lansia 60 derajat
4. Tanda Brudzinski – Leher (Brudzinzki 1)
Cara Pemeriksaan → pasien berbaring terlentang letakan tangan kiri di bawah kepala
dan tangan kanan di atas dada pasien, kemudian fleksikan kepala dengan cepat ke arah
dada sejauh mungkin.
Penilaian → positif bila terjadi fleksi involunter pada kedua tungkai. Bila ada hemiplegia
maka fleksi hanya tampak pada tungkai yang tidak lumpuh
5. Tanda Brudzinski – kontralateral – tungkai
Cara Pemeriksaan → Pasien berbaring terlentang kemudian fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada kernig)
Penilaian → positif bila fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral
4. Koordinasi
- Observasi
Pada saat pasien melakukan gerakan – gerakan biasa → perhatikan
kecepatan, ketangkasan dan ketepatan gerakan
- Tes Hidung - Jari - Hidung
Posisi pasien terlentang dengan tangan ekstensi penuh, pasien disuruh
menunjuk hidungnya sendiri, kemudian menunjuk jari pemeriksa secara berganti-
ganti.
- Tes Jari - Hidung
Posisi pasien terlentang dengan tangan ekstensi penuh, pasien diminta
untuk menunjukan hidungnya secara perlahan dan makin cepat.
- Tes Pronasi - Supinasi
Posisi pasien terlentang dengan tangan ekstensi penuh, pasien diminta
untuk
Menunjukan hidungnya secara perlahan dan makin cepat.
- Tes Tumit Lutus
Pasien terlentang, letakan tumit kaki kiri diatas lutut kanan, gerakan tumit
tersebut menyusuri tibia sampai ibu jari kaki, lakukan gerakan secara berulang-
ulang.
5. Sistem Sensorik
6. Sistem Motorik
1. Bentuk Otot : normal, hipotropi, atau hipertropi
2. Tonus Otot : hipotonik, hipertonik
3. Kekuatan Otot dan gerakan otot sesuai fungsinya
4. Cara Berdiri dan Berjalan
5. Gerakan spontan abnormal : tremor, khorea, ballisme, spasme
7. Sistem Refleks
8. Fungsi Luhur
9. Sistem Saraf Otonom
C. Pemeriksaan Penunjang
G. Medula Spinalis
1. Spinal Vertebre
a. Dibagi dalam lima daerah:
- Cervical (leher) C1-7
- Thoracic (dada) T1-12
- Lumbal (pinggang) L1-5
- Sacral (kelangkang) S1-5
- Coccygeal (tungging) C1
b. Tiap ruas tulang disebelah atas dan disebelah bawah dipisahkan oleh
kartilago dan jaringan ikat yang disebut discus vertebralis.
c. Lubang tulang vertebra terletak ditengah-tengah tulang belakang dan
merupakan kanalis vertebralis yang berisi medula spinalis dan selaput
meningen.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Rontgen kepala
2. CT scan (Computed Tomography Scan)
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. EEG (Elektroencefalogram; pemeriksaan gelombang otak)
H. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi peningkatan tekanan intra kranial
2. Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan kompresi pada pusat pernafasan
3. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran lesi/tumor terhadap peka nyeri dalam
rongga intra kranial
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, kejang
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan motorik, menurunnya
tingkat kesadaran, kehilangan kontrol otot.
6. Gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan, asupan makanan
yg kurang, mual dan muntah
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan mis-interpretasi informasi
8. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit yang tidak pasti.
I. Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan klien dengan tumor otak adalah:
1. Mempertahankan TIK pada batas normal
2. Memaksimalkan fungsi neurologi
3. Terbebas dari rasa nyeri dan tidak nyaman
4. Mencegah terjadinya komplikasi
5. Terpenuhinya perawatan diri
J. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada fase akut :
1. Medis/kolaboratif
- Pembedahan (craniotomy)
- Pengobatan; radiotherapi, chemotherapi
2. Perawatan pre operatif: informasi tentang pembedahan, tipe operasi,
kondisi setelah operasi
3. Perawatan pasca operasi (setelah operasi):
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor status neurologi: tingkat kesadaran, fungsi kognitif, motorik
- Hindari tidur terlentang dan fleksi leher
- Perawatan luka operasi
4. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan (didapat dari hasil pengkajian)
5. Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan (didapat dari hasil pengkajian)
6. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang informasi
yang dibutuhkan
7. Dampingi pasien dan keluarga dalam menghadapi situasi kritis.
8. Lakukan mobilisasi bertahap, mulai dari pasif ke aktif
K. Evaluasi Keperawatan
Hasil/outcome yang diharapkan adalah:
1. Tidak terjadi komplikasi
2. Nyeri dapat dikendalikan/ dikontrol
3. Tidak terjadi kejang
4. Pemasukan nutrisi adekuat
5. Perawatan diri terpenuhi
6. TIK pada batas normal
7. Fungsi neurologi kembali normal: kognitif, motorik dan sensorik
ASKEP STROKE
A. Definisi
Stroke adalah gangguan pada pembuluh darah di otak yang mengakibatkan defisit fungsi
otak sebagian maupun total dan gejala menetap lebih dari 24 jam (WHO 2014). Stroke
menjadi penyebab ketiga kecatatan, dan penyebab kematian kedua hingga sekitar 6 juta
orang meninggal karena stroke (WHO 2010)
B. Stroke Berulang
stroke berulang dapat terjadi pada orang yang pernah stroke sebelumnya dan dampak
yang ditimbulkan akan lebih fatal dari serangan pertama karena kerusakan otak semakin
bertambah luasnya
D. Klasifikasi stroke
Stroke Iskemik
Trombosis Otak
● Penyebab stroke iskemik yg pertama adalah karena adanya trombosis di otak yang
disebabkan oleh aterosklerotik.
● Trombus sering timbul pada pembuluh darah besar seperti arteri karotis interna
Emboli Serebral
● Merupakan penyebab stroke kedua yang biasanya terjadi pada klien berusia muda
● Emboli bersumber dari gangguan jantung reumatik jantung, disertai stenosis
(penyempitan) dan fibrilasi atrial
E. Stroke Hemoragic
F. Faktor Risiko
Faktor yang tidak dapat dirubah
● Usia : tua lebih beresiko dari pada usia muda
● Penyakit Keturunan
● Ras /Etnis
● Stroke terjadi karena kurangnya oksigen dan nutrisi ke otak yang diakibatkan oleh
penyempitan bahkan pecahnya pembuluh darah di otak
● Otak kekurangan oksigen (dalam 3 - 10 menit) → terjadi anoksia → perubahan
metabolisme diotak → kematian sel dan kerusakan permanen
● perubahan perfusi otak → hipoksia /anoksia → menyebabkan iskemia otak
● Iskemia → iskemia dalam waktu yang lama → kematian sel permanen → terjadi infark
otak yang disertai edema otak
● Terjadi nya Iskemia sementara atau sesaat, disertai penurunan fungsi nuerologis dan
kembali normal dalam 24 jam
● Disfungsi neurologis bisa berupa hilang atau menurunnya fungsi motorik, sensori dan
perubahan kesadaran
I. PENGKAJIAN
Data Subjektif
● Pemahaman pasien tentang panyakit dan gejala
● Karakteristik serangan
● Sakit kepala
● Defisit sensori (penciuman,perabaan)
● Penglihatan: ketajaman, lebar pandang
● Psikologis
● Spiritual
Data objektif
● Tanda tanda vital
● perubahan tingkat kesadaran
● kekuatan motorik (kelemahan kontra lateral)
● gejala TTIK
● status respirasi
● Kemampuan menelan
● kemampuan bicara
● Perawatan diri
● Status nutrisi
● Status cairan
● Kemampuan Eliminasi
AFASIA
Afasia Adalah gangguan bahasa akibat ruskanya daerah pengendali berbicara.
● Afasia sensori (wernick’s aphasia)
● Afasia motorik (broca’s aphasia)
● Afasia global
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
● Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun
● Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan area bicara dan kelemahan
otot
● Gangguan eliminasi urin / fekal berhubungan dengan terganggu persarafannya
● Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan pencegahan nya
● Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular (hemiplegi
hemiparese)
● Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan kemampuan menelan yg
terganggu
● Cemas berhubungan dengan ancaman , kondisi sakit dan perubahan kesehatan .
● Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi
● Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelmahan dan penurunan kesadaran
L. PLANNING
M. INTERVENSI
N. EVALUASI