Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

A. Definisi

Meningitis adalah satu dari gangguan infeksi dari sistem saraf, peradangan pada lapisan
sekitas otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis karena bakteri merupakan meningitis
yang paling sering terjadi (Black and Hawk, 2014). Meningitis tuberkulosis adalah infeksi
co-infeksi paling sering terjadi: 54,0% (Fang, et al, 2017). Jadi singkatnya meningitis
merupakan inflamasi pada selaput meningen yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
dan parasit.
B. Manifestestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis dari meningitis diantaranya nyeri kepala dan demam, neck
mobility, kernig’s sign positif, brudzinski’s sign, photophobia, lesi kulit, gangguan
kognitif, dan kejang.
C. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan diantaranya:
1. CT scan atau MRI scan untuk mendeteksi pergeseran isi otak (yang dapat menyebabkan
herniasi) yang merupakan prioritas sebelum lumbal fungsi)
2. Test diagnostik: kultur bakteri dan pewarnaan gram CSF dan darah dengan lumbal
fungsi
3. Pemeriksaan Darah pada pemeriksaan darah. dengan peningkatan leukosit
hipokalsemia, hiponatremia, serta gangguan fungsi ginjal dengan asidosis metabolik.
4. Kultur darah dapat membantu, namun tak selalu bisa diandalkan ( Meisadona, 2015)

Pemeriksaan Normal Bakterial Viral TB Fungal

Makroskopik Jernih, tak Keruh Jernih/ Jernih/ Jernih


berwarna opalescent opalescent

Tekanan Normal Meningkat Normal atau Meningkat Normal atau


meningkat meningkat

Sel 0-5/ mm3 100-60.000/ 5-100/ mm3 5-1000/ 20-500/


mm3 mm3 mm3

Neutrofil Tak ada <80% <50% <50% <50%

Glukosa 75% Rendah Normal Rendah Rendah


glukosa (<40% (<50% (<80%
darah glukosa glukosa glukosa
darah) darah) darah)

Protein <0,4 g/L 1-5 g/L >0,4-0,9 g/L 1-5 g/L 0.5-5 g/L

Lainnya Gram positif PCR kultur Kultur Gram


<90%, positif positif 50- negatif,
Kultur <50% 80% kultur
positif positif 25-
<80%, 50%
Kultur darah
positif
<60%

D. Penatalaksanaan
1. Farmakologi inflamasi : OAT, obat anti infeksi, meningitis bakterial
2. Penatalaksanaan simptomatik : antikonvulsi, antipiretik: osis, antiedema serebri,
diuretikosmotik, pemenuhan oksigenasi dengan O2, pemenuhan hidrasi atau
pencegahan syok hipovolemik
3. Asuhan eperawatan komperhensif
E. Dampak Meningitis
Menurut Schmand (2010) perubahan psikologi, cognitif dan kualitas hidup dapat terjadi
pada pasien dengan meningitis bakteria. Legood, et al (2008) meningitis secara signifikan
dapat mempengaruhi kualitas hidup dalam jangka panjang dan gangguan pendengaran.
Lucas, et al (2016) Sekuele neurologis terjadi pada sejumlah besar pasien setelah
meningitis bakteri. Sekuele yang paling sering dilaporkan adalah defisit neurologis fokal,
gangguan pendengaran, gangguan kognitif dan epilepsi
F. Studi Kasus
Seorang laki-laki, bernama Tn. H, 29 tahun, mengalami kecelakaan 3 tahun yang lalu,
dan terjadi fraktur basis cranii sehingga timbul otorhoe dan rhinorhoe, setelah dirawat lebih
dari 3 bulan pasien dapat pulang ke rumah dengan beberapa gejala sisa. Dua hari yang lalu,
pasien kembali datang ke RS dengan keluhan sakit kepala hebat disertai mual dan muntah,
serta demam dan menggigil. Dia juga mempunyai riwayat batuk-batuk yang lama dan
pernah minum obat selama 3 minggu saja karena mual dan malas harus kontrol ke
puskesmas. Sekarang pasien dirawat dengan diagnosa klinis Meningitis dan rencana akan
dilakukan LP (lumbal Punctie) untuk menentukan penyebab meningitisnya.
Pengkajian: Pemeriksaan saraf kranial yang dapat mempengaruhi fungsi makan dan
didapatkan bahwa Gag reflex (+), penghiduan dan pengecapan sensasinya berkurang.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman patogen
2. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
oedema serebral, peningkatan ICP
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
4. Resiko Cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik akibat kejang
5. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat (selaput
jaringan otak)
6. Resiko Perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
terbatas; mual, dan muntah, menelan dan mengunyah kesulitan
7. Tidak efektifnya rigimen terapeutik berhubungan dengan
H. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman
patogen
● Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi.
● Kriteria :
- Suhu tubuh normal 36-37°C
- Klien ditempatkan di ruang isolasi
● Intervensi :
- Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan
- Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepa baik klien
atau pengujung maupun staf.
- Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan
- Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses
infeksi
- Kolaborasi: pemberian antibiotik spektrum luas setelah pengambilan CSF,
diganti apabila perlu setelah hasil kultur
2. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan oedema serebral, peningkatan Intracranial Pressure (ICP)
● Tujuan : Status neurologik normal
● Kriteria Hasil:
- Peningkatan perfusi serebral
- Tingkat kesadaran baik
- Vital sign baik
- GCS dalam batas normal
- Tikah ada peningkatan ICP
● Intervensi
- Pengkajian awal neurologis dan tanda vital saat masuk
- Pantau faktor- faktor yang mungkin meningkatkan edema serebral dan
ICP (demam, Kejang, hiperkapnea
- Untuk menurunkan atau mencegah peningkatan ICP
- Mengatur tindakan perawat selama periode ICP yang rendah untuk
mencegah peningkatan ICP
- Pantau ukuran pupil dan reaktivitas/ jam atau sesuai perintah tanda
peningkatan ICP
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
● Tujuan: Keseimbangan suhu tubuh terpenuhi.
● Kriteria : Suhu tubuh 36 - 37 °C, keringat berkurang, klien tidak merasakan panas
badan
● Intervensi :
- Berikan kompres dingin pada daerah yang banyak pembuluh darah sampai
suhu badan kembali normal.
- Anjurkan pada klien untuk mengenakan pakaian tipis dan menyerap
keringat.
- Observasi tanda-tanda vital suhu, tensi, respirasi, dan nadi
- Kolaborasi pemberian terapi antipiretik
4. Resiko Cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik akibat kejang
● Tujuan : Cedera dalam hal ini kejang minimal
● Faktor Resiko: Iritasi korteks serebral bisa menyebabkan: kejang, gerakan
● Intervensi :
- Monitor adanya kejang/ kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot
wajah yang lain.
- Berikan keamanan pada klien dengan memberi bantalan pada penghalang
tempat tidur, pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan
pasang jalan nafas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat sesuai indikasi, seperti
Fenitoin (dilantin), diazepam (valium), fenobarbital
5. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi pada susunan saraf pusat
● Tujuan : Nyeri hilang
● Kriteria:
- Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
- Menunjukan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
● Intervensi
- Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
- Letakkan kantong es pada kepala, pakaian dingin di atas mata
- Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman.
- Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan lakukan masase
otot daerah bahu atau leher
6. Resiko Perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh terkait dengan asupan
terbatas; mual, dan muntah, menelan dan mengunyah kesulitan
● Tujuan: Nutrisi pasien terpenuhi : Berat badan stabil, protein serum normal.
● Kriteria Hasil :
- Disfagia dapat diatasi
- Tidak terjadi aspirasi.
- Mual, muntah & anoreksia tidak ada
● Intervensi :
- Timbang berat badan seminggu sekali
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu perencanaan makanan
- Jika masukan makanan hanya sedikit, BB terus menerus turun selama 5
hari, status menunjukkan kekurangan nutrisi kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian nutrisi parenteral total (NPT).
- Bila terjadi disfagia kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT
- Kolaborasi pemberian obat H2 reseptor antagonis sesuai advis.
7. Tidak efektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan kombinasi obat yang
diminum
● Tujuan: Pasien aktif dan taat dalam terapi pengobatan sehingga akan memperbaiki
gejala dan mengurangi infeksi
● Kaji dari efek penggunaan regimen terapi
● Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kombinasi obat
● Berikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang ketidakteraturan berobat
akan menyebabkan resistensi

PENGKAJIAN SISTEM PERSARAFAN


A. Anamnesa
• Keluhan utama
• Riwayat Kesehatan Saat Ini
• Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat Kesehatan Keluarga
• Riwayat Sosial
• Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Anamnesa khusus :
- Epilepsi
- Nyeri kepala
- Nyeri

B. Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran : Glasgow Coma Scale (GCS)

Kualitatif (Derajat kesadaran ditentukan berdasarkan respon klien terhadap nyeri,


sentuhan, verban, dan visual.
Kuantitatif ((Glasgow Coma Scale (GCS) : Sejauh mana klien berespon mengikuti
perintah, yang terdiri dari respon membuka mata (E), Verbal (V), dan Motorik (M))

2. Tanda-tanda perangsangan Selaput Otak

1. Tanda Kaku Kuduk


Cara Pemeriksaan → Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif
berupa fleksi, ekstensi, dan rotasi kepala.
Penilaian → positif bila terdapat kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala
disertai rasa nyeri dan spasme otot, dagu tidak dapat disentuhkan ke dada.
2. Tanda Kernig
Cara Pemeriksaan → pasien berbaring terlentang, paha diangkat dilakukan fleksi pada
sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa
rasa nyeri
Penilaian → positif bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 derajat disertai
spasme otot paha

3. Tanda Lasegue
Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya, kemudian satu
tungkai diangkat lurus, dibengkokan (fleksi) pada persendian panggulnya. Tungkai yang
satu lagi harus selalu lurus. → normal: dapat mencapai sudut 70 tanpa sakit. (lasegue (-))
lansia 60 derajat
4. Tanda Brudzinski – Leher (Brudzinzki 1)
Cara Pemeriksaan → pasien berbaring terlentang letakan tangan kiri di bawah kepala
dan tangan kanan di atas dada pasien, kemudian fleksikan kepala dengan cepat ke arah
dada sejauh mungkin.
Penilaian → positif bila terjadi fleksi involunter pada kedua tungkai. Bila ada hemiplegia
maka fleksi hanya tampak pada tungkai yang tidak lumpuh
5. Tanda Brudzinski – kontralateral – tungkai
Cara Pemeriksaan → Pasien berbaring terlentang kemudian fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada kernig)
Penilaian → positif bila fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral

3. Pemeriksaan Saraf Kranial

4. Koordinasi
- Observasi
Pada saat pasien melakukan gerakan – gerakan biasa → perhatikan
kecepatan, ketangkasan dan ketepatan gerakan
- Tes Hidung - Jari - Hidung
Posisi pasien terlentang dengan tangan ekstensi penuh, pasien disuruh
menunjuk hidungnya sendiri, kemudian menunjuk jari pemeriksa secara berganti-
ganti.
- Tes Jari - Hidung
Posisi pasien terlentang dengan tangan ekstensi penuh, pasien diminta
untuk menunjukan hidungnya secara perlahan dan makin cepat.
- Tes Pronasi - Supinasi
Posisi pasien terlentang dengan tangan ekstensi penuh, pasien diminta
untuk
Menunjukan hidungnya secara perlahan dan makin cepat.
- Tes Tumit Lutus
Pasien terlentang, letakan tumit kaki kiri diatas lutut kanan, gerakan tumit
tersebut menyusuri tibia sampai ibu jari kaki, lakukan gerakan secara berulang-
ulang.

5. Sistem Sensorik

1. Sensibilitas Permukaan ; rasa raba, nyeri dan suhu


2. Sensibilitas Dalam ; rasa sikap, getar, dan nyeri dalam (menekan achiles, hanya
untuk pasien hiposensitif atau hipersensitif yang ekstrim)
3. Fungsi kortikal untuk sensibilitas ; stereognosis (mengenal bentuk dan benda
tanpa melihat), pengenalan dua titik atau tes jangka, pengenalan bentuk rabaan
(menulis angka 1-9 di kulit)

6. Sistem Motorik
1. Bentuk Otot : normal, hipotropi, atau hipertropi
2. Tonus Otot : hipotonik, hipertonik
3. Kekuatan Otot dan gerakan otot sesuai fungsinya
4. Cara Berdiri dan Berjalan
5. Gerakan spontan abnormal : tremor, khorea, ballisme, spasme

7. Sistem Refleks

1. Reflek Tendon : biseps, brachioradialis, trisep, lutut.


2. Reflek permukaan : kulit, kremaster, anus, plantar dan reflek kornea.
3. Reflek Patologis : babinski, chaddoek, oppenheim.

8. Fungsi Luhur
9. Sistem Saraf Otonom

1. Sekresi Keringat; hiposekresi, hipersekresi


2. Sekresi Air mata ; kental, encer
3. Sekresi Ludah ; kental, encer
4. Sekresi kulit ; meraba kulit, suhu
5. Miksi; retensi, inkontinensia
6. Defekasi; retensi, inkontinensia

C. Pemeriksaan Penunjang

Masalah atau Diagnosa Keperawatan


• Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Intervensi :
1. Pantau Tanda-tanda vital (Respirasi, nadi,tekanan darah, suhu)
2. Monitor status neurologis pasien
3. Tianggikan kepala 30 derajat
4. Berikan oksigen yang adekuat
5. Hindari pemberian cairan berlebih, batuk dan mengedan
6. Kolaborasi pemberian diuretik (furosemid, manitol) sesuai indikasi.
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
• Resiko aspirasi
• Hambatan komunikasi verbal
• Konstipasi
• Resiko jatuh
• Inkontinensia urin
• Defisit perawatan diri
• Kerusakan integritas kulit
• Gangguan proses pikir
• Nyeri akut / kronis
Intervensi :
1. Manajemen nyeri (teknik relaksasi atau terapi modalitas lain)
2. Observasi nyeri
3. Anjurkan istirahat
4. Kolaborasi pemberian analgetik
• Dan lain-lain

Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan


A. Sistem Persarafan
1. Sistem saraf pusat : otak dan medula spinalis
2. Sistem saraf perifer
a. Somatis
b. Otonom : simpatis dan parasimpatis
B. Aktivitas Saraf
1. Menerima informasi (stimuli) dari lingkungan internal dan eksternal melalui jalur
sensori (aferent)
2. Menghubungkan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat
3. Memproses informasi yang diterima pada berbagai tingkat refleks (medula
spinalis) dan mengingatkan (otak yang lebih tinggi) untuk menentukan respon
yang sesuai dengan situasi
4. Menyalurkan informasi dengan cepat melalui berbagai jalur motorik (efferent) ke
organ tubuh untuk mengendalikan atau merubah tindakan.
C. Tengkorak
1. Kranium terbentuk oleh 8 buah bagian tulang yang dihubungakan oleh
serangkaian penghubung yang sangat kuat yang disebut sutura.
2. Lapisan dalam membentuk rongga yang dibagi menjadi:
a. Fosa anterior : berisi lobus frontalis
b. Fosa tengah : berisi lobus temporal, parietal dan oksipital
c. Fosa posterior : berisi tangkai otak dan cerebellum
D. Otak
1. Terdiri dari hemispare kanan dan kiri
2. Beratnya kira kira 3 pound (1.5 kg) dan dibagi secara kasar menjadi 3 bagian :
a. Cerebrum
● Hemispir cerebri kanan dan kiri terdiri dari 4 lobus utama yaitu
frontalis, parietal, temporal dan oksipital
● Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak, dibungkus oleh korteks
cerebral yang tebalnya kira-kira ¼ inci dan terdiri dari 14 milyar
neuron. Menerima dan menganalisa impuls, mengendalikan
gerakan volunter dan menyimpan semua pengetahuan dari impuls
yang diterima.
● Cerebrum bentuknya longitudinal dibagi dalam dua buah hemisper
kiri dan kanan.
b. Cerebellum
● Terletak dibawah cerebrum posterior besarnya seperlima
cerebrum.
● Mengendalikan otot kerangka yang mengatur koordinasi gerakan
keseimbangan dan menegakan tubuh. Bekerja bersama-sama
dengan cerebrum untuk koordinasi aktifitas otot dan menghasilkan
gerakan-gerakan terampil. Gerakan volunter bisa berlangsung terus
tanpa cerebellum, gerakanya lemah tidak ada koordinasi.
● Cerebelum menerima impuls sensori dan motorik dan dapat
mengetahui kesalahan sinergi otot dan memperbaiki pengendalian
otot dalam tubuh.
c. Batang otak

E. Fungsi Spesifik Otak


1. Cerebrum
a. Proses berpikir dan kesadaran
b. Penyimpanan dan memproses memori
c. Kontraksi otot
2. Cerebellum
a. Menghantarkan informasi sensori ke serebelum dan talamus
b. Pusat ketidaksadaran somatik dan motorik visera
3. Diencephalon
a. Thalamus : mengantarkan dan memproses informasi sensori
b. Hypotalamus : pusat kontrol emosi, fungsi otonom, produksi hormon
4. Mesencephalon
a. Memproses data visual dan auditori
b. Pembuatan respon refleks motorik somatik
c. Mempertahankan kesadaran
5. Pons
a. Memproses data visual dan auditori
b. Pembuatan respon refleks motorik somatik
c. Mempertahankan kesadaran
d. Pusat pneumotaksik (irama nafas)
e. Sambungan dengan medula, otak tengah dan cerebelum
f. Tempat keluarnya saraf kranial V, VI, VII, dan VIII
6. Medula oblongata
a. menghantarkan informasi sensori ke talamnus dan bagian lain batang otak
b. pusat regulasi fungsi viseral (kardiovaskuler, respirasi. dan aktivitas
digestif)
c. Pusat jantung
d. Vasomotor dan pernafasan
e. Pusat batuk, menelan dan kesedak (hiccuping)
f. Berperan dalam RAS (reticulat ctivating system)
g. Tempat keluarnya saraf kranial IX, X, XI, XII

F. Fungsi Spesifik Korteks Serebri


1. Area fungsi korteks serebri
a. Konseptualisasi
b. Abstrak
c. Membuat prakiraan
d. Kemampuan motorik
e. Kemampuan menuliskan kata-kata
2. Korteks parietalis
a. Integratif yang tertinggi dan mengkoordinasi pusat untuk persepsi dan
interpretasi sensori
b. Kemampuan mengetahui bagian tubuh kiri dan kanan
c. Gerakan motoris
3. Korteks temporal
a. Penyimpanan memori
b. Integrasi
c. Pendengaran
4. Korteks oksipital
a. Pusat penglihatan
b. Pengertian bahan tulisan

G. Medula Spinalis

1. Spinal Vertebre
a. Dibagi dalam lima daerah:
- Cervical (leher) C1-7
- Thoracic (dada) T1-12
- Lumbal (pinggang) L1-5
- Sacral (kelangkang) S1-5
- Coccygeal (tungging) C1
b. Tiap ruas tulang disebelah atas dan disebelah bawah dipisahkan oleh
kartilago dan jaringan ikat yang disebut discus vertebralis.
c. Lubang tulang vertebra terletak ditengah-tengah tulang belakang dan
merupakan kanalis vertebralis yang berisi medula spinalis dan selaput
meningen.

H. Sirkulasi Otak dan Medula Spinalis

I. Blood Brain Barier


Struktur membran yang secara primer berfungsi untuk melindungi otak dari bahan-bahan
kimia dalam darah
1. Terdiri dari sel-sel endotelial, yang tersusun sangat rapat di kapiler otak.
2. Normalnya bahan-bahan masuk ke dalam darah melalui kapiler masuk ke dalam
cairan lumbal atau melalui kapiler masuk ke cairan ekstraseluler.
3. Barier masih permeabel terhadap O2, CO2, air, sedikit permeabel terhadap
elektrolit tapi tidak permeabel terhadap asam basa, dan kebanyakan obat-obatan.
4. Fungsi ini dapat terjadi karena struktur nya mempunyai tight junction antara sel
endotel yang tidak permeabel terhadap molekul berukuran besar
J. Cairan Serebro Spinal (CSF)
1. Cairan cerebro spinal didapati dalam ventrikel-ventriel otak, didalam kanalis
sentralis medula spinalis dan di dalam ruangan-ruangan sub arachnoid.
2. Liquor bekerja sebagai bantalan pada sistem saraf dan menunjang bobot otak.
3. Hanya 125 sampai 150 ml saja yang bersirkulasi pada setiap saat. Setelah
bersirkulasi diseputar otak dan medula spinalis, cairan kembali ke otak dan
diabsorbsi di ruangan subarachnoid lewat subarachnoid vili. Kemudia CSF terus
masuk ke dalam sistem venous dan mengalir ke vena jugularis ke vena kava
superior dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik
4. Dalam keadaan normal terdapat sampai 8 limfosit/ml cairan CSF
5. Peningkatan jumlah sel-sel menunjukan adanya infeksi, seperti TBC atau infeksi
virus
K. Meningen
1. Selaput jaringan saraf pada otak dan medula spinalis
2. Selaput ini menunjang, melindungi da memberi makanan jaringan vital ini
3. Meningen terdiri dari
● Durameter: Selaput pembungkus paling luar
● Arachnoid : Selaput di bawah di bawah diameter dan menutup otak
sepenuhnya
● Piameter : Selaput meningen yang terdalam
4. Ada tiga ruang penting yang berhubungan dengan meningen
● Ekstradural ( ekstrema dari dura)
● Subdural (diantara dura dan arachnoid)
● Subarachnoid (diantara arachnoid dan piameter)
Meningitis adalah inflamasi selaput meningen dikarenakan virus, jamur atau parasit
L. Sistem Saraf Perifer
1. Merupakan saraf tunggal, yaitu saraf mototrik, sensorik, atau campuran (sensorik
dan mototrik).
2. Terdiri dari 2 pasang saraf kranial, membawa impuls dari saraf dan ke otak. 31
pasang saraf spinal, membawa impuls ke dan medula oblongata
3. Sistem saraf perifer yaitu saraf autonom dan somatis
M. Sistem Saraf Otonom
Bekerja saling berinteraksi satu dengan yang lain yang biasanya berlawanan untuk
mempertahankan keberlangsungan hemostatik tubuh.
Sistem kardiovaskuler, respirasi dan endokrin ada di bawah kendali saraf otonom
Terdiri dari 2 yaitu :
1. Sistem saraf simpati
Respon simpati adalah meningkatkan kecepatan jantung dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
2. Sistem saraf parasimpati
Mempertahankan dan memulihkan kembali fungsi pengaturan.
3. Fungsi Sistem Saraf Otonom
Asuhan Keperawatan Tumor Otak
A. Introduksi
Otak merupakan organ vital yang memiliki peran penting bagi tubuh yaitu
sebagai pengatur dan mengkoordinir proses berpikir, berbahasa, kesadaran, emosi
dan kepribadian, gerakan,perilaku, fungsi tubuh, hingga homeostasis yang
didalamnya terdapat tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan
hormonal, keseimbangan cairan, ingatan,aktivitas motorik dan lain-lain
Angka kejadian tumor otak masih terbilang cukup tinggi, di Amerika pada
tahun 2017 terdapat 23800 jumlah kasus kanker otak berdasarkan National Cancer
Institute USA pada tahun 2017. Jumlah kematian yang diperkirakan mencapai
4.3/100.000 pria dan wanita per tahun. Prevalensi tumor otak di Indonesia
menunjukkan peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk menjadi 1.79 per 1000
penduduk dari tahun 2013 hingga 2017.
B. Patofisiologi
Tumor otak adalah massa abnormal dari jaringan yang ada di dalam
kranium. Sel-sel akan tumbuh dan membelah dengan tidak dapat dikendalikan
oleh mekanisme yang mengontrol sel normal. Tumor otak dibagi kepada 2 jenis
yaitu primer dan sekunder. Tumor otak primer adalah tumor yang berasal dari
otak atau penyokong dari otak sedangkan tumor otak sekunder adalah tumor yang
bermetastasis dari area tubuh lain ke otak.
Otak berada di rongga tengkorak (intrakranial), tumor akan mendesak
ruang disekitarnya dan menyebabkan terjadinya ‘lesi desak ruang’ atau yang biasa
disebut Space Occupaying Lesions (SOL). terjadinya lesi desak ruang akan
menyebabkan tumor menekan dan menggeser jaringan otak yang normal. Ketika
jaringan otak normal tertekan, aliran darah akan terganggu dan terjadinya iskemia.
Tumor juga dapat mengiritasi jaringan sekitar sehingga mengakibatkan edema
serebral.
Rongga yang ada di intrakranial sangat kaku dan hanya terdapat sedikit
ruang untuk ekspansi dari organ intrakranial. Adanya tumor dan edema akan
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) secara progresif dan dapat
menyebabkan herniasi atau bergesernya otak.
Herniasi terjadi karena pergeseran dari kompartemen yang bertekanan
tinggi ke tekanan yang lebih rendah, misalnya dari lobus parietal atau oksipital ke
medula oblongata atau serebelum. Peningkatan tekanan intrakranial dapat
menyebabkan edema pupil. Herniasi juga dapat mengakibatkan kompressi batang
yang dapat menyebabkan kematian.
C. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul pada pasien dengan kanker otak tergantung


dari lokasi dan tingkat pertumbuhan tumor. Kombinasi gejala yang sering
ditemukan adalah peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala hebat
disertai muntah proyektil), defisit neurologis yang progresif, kejang,
penurunan fungsi kognitif. Pada glioma derajat rendah gejala yang biasa
ditemui adalah kejang, sementara glioma derajat tinggi lebih sering
menimbulkan gejala defisit neurologis progresif dan tekanan intrakranial
meningkat.

D. Gejala Umum (Tekanan Tinggi Intrakranial)


1. Penyebab peningkatan TTIK
● Bertambahnya massa dalam tengkorak
● Terbentuknya oedema sekitar tumor
● Tersumbatnya aliran cairan serebrospinal
● Fungsi motorik menurun
2. Tanda dan gejala TTIK
● Perubahan tingkat kesadaran
● Perubahan tanda - tanda vital
● Perubahan penglihatan
● Edema pupil
● Nyeri kepala
● Muntah proyektil
E. Tanda dan gejala lokal
● Gejala tumor pada lobus otak yang spesifik
● Lobus frontalis (gangguan kepribadian)
● Pra girus sentral (kejang)
● Lobus oksipital (gangguan penglihatan)
● Lobus temporal (halusinasi, kejang psikomotor)
● Lobus parietal (tidak mampu membedakan kanan dan kiri)
F. Pengkajian
1. Data Subjektif
● Apakah ada nyeri kepala
● Pemahaman pasien penyakitnya
● Perubahan kepribadian, kognitif (pertimbangan / keputusan)
● Paresthesia /anesthesia (kesemutan/mati rasa)
● Masalah penglihatan; hilang ketajaman dan diplopia (penglihatan ganda)
● Tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari
2. Data Objektif
● Kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale), apakah kurang dari 15
(E4V5M6)?
● Tanda vital
● Tanda-tanda TTIK
● Fungsi motorik
● Orientasi (waktu, tempat dan orang)
● Pupil; ukuran, kesamaan dan reaksi
● Pemeriksaan funduskopi
● Pemeriksaan saraf kranial
● Adanya Kejang?
● Gaya berjalan
● Nutrisi
● Apakah ada gangguan bicara

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Rontgen kepala
2. CT scan (Computed Tomography Scan)
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. EEG (Elektroencefalogram; pemeriksaan gelombang otak)
H. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi peningkatan tekanan intra kranial
2. Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan kompresi pada pusat pernafasan
3. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran lesi/tumor terhadap peka nyeri dalam
rongga intra kranial
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, kejang
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan motorik, menurunnya
tingkat kesadaran, kehilangan kontrol otot.
6. Gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan, asupan makanan
yg kurang, mual dan muntah
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan mis-interpretasi informasi
8. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit yang tidak pasti.
I. Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan klien dengan tumor otak adalah:
1. Mempertahankan TIK pada batas normal
2. Memaksimalkan fungsi neurologi
3. Terbebas dari rasa nyeri dan tidak nyaman
4. Mencegah terjadinya komplikasi
5. Terpenuhinya perawatan diri
J. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada fase akut :
1. Medis/kolaboratif
- Pembedahan (craniotomy)
- Pengobatan; radiotherapi, chemotherapi
2. Perawatan pre operatif: informasi tentang pembedahan, tipe operasi,
kondisi setelah operasi
3. Perawatan pasca operasi (setelah operasi):
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor status neurologi: tingkat kesadaran, fungsi kognitif, motorik
- Hindari tidur terlentang dan fleksi leher
- Perawatan luka operasi
4. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan (didapat dari hasil pengkajian)
5. Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan (didapat dari hasil pengkajian)
6. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang informasi
yang dibutuhkan
7. Dampingi pasien dan keluarga dalam menghadapi situasi kritis.
8. Lakukan mobilisasi bertahap, mulai dari pasif ke aktif
K. Evaluasi Keperawatan
Hasil/outcome yang diharapkan adalah:
1. Tidak terjadi komplikasi
2. Nyeri dapat dikendalikan/ dikontrol
3. Tidak terjadi kejang
4. Pemasukan nutrisi adekuat
5. Perawatan diri terpenuhi
6. TIK pada batas normal
7. Fungsi neurologi kembali normal: kognitif, motorik dan sensorik

ASKEP STROKE
A. Definisi
Stroke adalah gangguan pada pembuluh darah di otak yang mengakibatkan defisit fungsi
otak sebagian maupun total dan gejala menetap lebih dari 24 jam (WHO 2014). Stroke
menjadi penyebab ketiga kecatatan, dan penyebab kematian kedua hingga sekitar 6 juta
orang meninggal karena stroke (WHO 2010)

B. Stroke Berulang
stroke berulang dapat terjadi pada orang yang pernah stroke sebelumnya dan dampak
yang ditimbulkan akan lebih fatal dari serangan pertama karena kerusakan otak semakin
bertambah luasnya

C. Resiko stroke berulang


- setelah 30 hari paska serangan : 3 -10 %
- setelah 5 thnh paska serangan : 25 -40 %

D. Klasifikasi stroke
Stroke Iskemik

Trombosis Otak
● Penyebab stroke iskemik yg pertama adalah karena adanya trombosis di otak yang
disebabkan oleh aterosklerotik.
● Trombus sering timbul pada pembuluh darah besar seperti arteri karotis interna

Emboli Serebral
● Merupakan penyebab stroke kedua yang biasanya terjadi pada klien berusia muda
● Emboli bersumber dari gangguan jantung reumatik jantung, disertai stenosis
(penyempitan) dan fibrilasi atrial
E. Stroke Hemoragic

Pecahnya pembuluh darah


● perdarahan karena hipertensiintraserebral
● perdarahan subarachnoid
● aneurisma pecah
● malformasi arterivenous
● hipokoagulasi ( pembekuan darah yg rendah)

F. Faktor Risiko
Faktor yang tidak dapat dirubah
● Usia : tua lebih beresiko dari pada usia muda
● Penyakit Keturunan
● Ras /Etnis

Faktor yang d apat dirubah


● Gaya hidup : kebiasaan merokok, pola makan tidak sehat, obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, dan tingkat stres
● Gaya hidup sehat dapat mengurangi risiko stroke dan penyakit kardiovaskuler
lainnya sebesar 70 %%
G. Patofisiologi

● Stroke terjadi karena kurangnya oksigen dan nutrisi ke otak yang diakibatkan oleh
penyempitan bahkan pecahnya pembuluh darah di otak
● Otak kekurangan oksigen (dalam 3 - 10 menit) → terjadi anoksia → perubahan
metabolisme diotak → kematian sel dan kerusakan permanen
● perubahan perfusi otak → hipoksia /anoksia → menyebabkan iskemia otak
● Iskemia → iskemia dalam waktu yang lama → kematian sel permanen → terjadi infark
otak yang disertai edema otak

H. TRANSCIENT ISCHAEMIC ATTACK (TIA)

● Terjadi nya Iskemia sementara atau sesaat, disertai penurunan fungsi nuerologis dan
kembali normal dalam 24 jam
● Disfungsi neurologis bisa berupa hilang atau menurunnya fungsi motorik, sensori dan
perubahan kesadaran

I. PENGKAJIAN

Data Subjektif
● Pemahaman pasien tentang panyakit dan gejala
● Karakteristik serangan
● Sakit kepala
● Defisit sensori (penciuman,perabaan)
● Penglihatan: ketajaman, lebar pandang
● Psikologis
● Spiritual

Data objektif
● Tanda tanda vital
● perubahan tingkat kesadaran
● kekuatan motorik (kelemahan kontra lateral)
● gejala TTIK
● status respirasi
● Kemampuan menelan
● kemampuan bicara
● Perawatan diri
● Status nutrisi
● Status cairan
● Kemampuan Eliminasi

AFASIA
Afasia Adalah gangguan bahasa akibat ruskanya daerah pengendali berbicara.
● Afasia sensori (wernick’s aphasia)
● Afasia motorik (broca’s aphasia)
● Afasia global

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


● Rotgen kepala
● Lumbal pungsi
● CT scan
● MRI
● Angiografi

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
● Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun
● Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan area bicara dan kelemahan
otot
● Gangguan eliminasi urin / fekal berhubungan dengan terganggu persarafannya
● Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan pencegahan nya
● Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular (hemiplegi
hemiparese)
● Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan kemampuan menelan yg
terganggu
● Cemas berhubungan dengan ancaman , kondisi sakit dan perubahan kesehatan .
● Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi
● Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelmahan dan penurunan kesadaran

L. PLANNING

Tujuan asuhan keperawatan klien dengan sroke adalah


● Pernafasan normal
● Kebutuha nutrisi terpenuhi
● Kebutuhan cairan terpenuhi
● Cemas berkurang
● Dapat berkomunikasi verbal secara bertahap
● Eliminasi urin dan fekal tidak terganggu
● Kebuthan informasi terpenuhi
● Tidak cedera , tidak jatuh , tidak dekubitus dan tidak kontraktur sendi
● Perawatan diri terpenuhi

M. INTERVENSI

Fase Akut : Bila ada peningkatan tekanan intrakranial


● Posisi kepala lebih tinggi, leher tidak boleh tertekuk
● Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik untuk mengurangi edema serebral ;
furosemid dan manitol (mengurangi edem serebri)
● Bebaskan jalan nafas dan terapi oksigen
● Monitor Status neurologi : tingkat kesadaran , periksa GCS, cek orientasi klien
● Fungsi motorik : kelemahan otot, hindari cedera, jatuh, perlu bantuan aktivitas
● Nutrisi dan Cairan
- Melalui mulut /oral
- NGT Naso Gastric Tube)
- Cairan IV (intra vena/ infus)
● Aktivitas
- Mobilisasi dini
- Latihan pasif
- Latihan aktif
● Eliminasi
- Intake dan output tercatat
- Berikan pelunak feses untuk mencegah mengedan
- Kateter urin
- Bladder training
● Rehabilitasi
- Pencegahan komplikasi akibat tirah baring
- Meningkatkan kemampuan bicara otot
- Mengembalikan fungsi
● Dukungan psikologis dan spiritual

N. EVALUASI

Kriteria evaluasi pada dengan klien stroke:


● Oksigenasi terpenuhi
● Kebutuhan nutrisi terpenuhi
● Kebutuhan cairan terpenuhi
● Cemas berkurang
● Dapat berkomunikasi verbal
● Eliminasi urin dan fekal tidak terganggu
● Kebutuhan informasi terpenuhi
● Tidak terjadi cedera jatuh, dekubitus, dan kontraktur sendi
● Perawatan diri terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai