Anda di halaman 1dari 38

Ns.Siti Aisah, M.Kep,Sp.Kep.M.

RIWAYAT PEKERJAAN
▪ Clinical Care Manager Gedung A, RSUPN Dr.Cipto
Mangunkusumo
RIWAYAT PENDIDIKAN
▪ Akademi Keperawatan DEPKES RI Jakarta 1999
▪ Ners, S1 Keperawatan FIK Universitas Indonesia 2003
▪ Spesialis, S2 Keperawatan FIK Universitas Indonesia 2017
ORGANISASI
• Anggota PPNI
• Anggota HIPENI
NIRA : 317.30142375
Infeksi Susunan Saraf Pusat

Ns.Siti Aisah, M.Kep,Sp.Kep.M.B


Latar Belakang
▪ Di Amerika Serikat, meningitis bakteri mempengaruhi sekitar 3 dalam 100.000
orang setiap tahun, dan meningitis virus mempengaruhi sekitar 10 di 100.000.
▪ Di Indonesia, pada tahun 1987, tercatat 99 jamaah haji Indonesia yang
meninggal akibat meningitis, sementara sejak periode 1998-2005 tidak ada lagi
dilaporkan jamaah haji yang meninggal, setelah penggunaan vaksin.
▪ Meningitis adalah keadaan darurat neurologis yang membutuhkan
penanganan, diagnosis, dan manajemen yang cepat untuk mencegah
kematian dan cacat sisa neurologis. Pasien dengan demam, sakit kepala,
dan leher kaku harus dievaluasi untuk meningitis.
Review Anatomi Otak
Ensefalitis

Abses Otak

Meningitis
Patofisiologi
What’s Meningitis ?

➢ Radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula


spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer, 2001).
➢ Peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita, 2001)
➢ Merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan
oleh salah satu dari mikroorganisme Pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis
(virus)
Klasifikasi Meningitis
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa : adalah radang selaput otak araknoid dan piameter
yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya
adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta : adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter
yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain :
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa.
Etiologi
➢ Meningitis Bakterial,penyebabnya : Meningokokus (Neisseria
meningitides), Staphylococcus aureus, E. Coli, Klebsiella,
Pseudomonas
➢ Meningitis Jamur, penyebabnya : Cryptococcus. sering terjadi pada
orang dengan CD4 di bawah 100.
➢ Meningitis Virus, penyebabnya : Cytomegalovirus, Herpes Simplex,
Herpes Zoster,Haemophilus Influenzae .Gejalanya mirip dengan sakit
flu biasa, dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi
viral meningitis biasanya meningkat di musim panas karena pada saat
itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus.
Manifestasi Klinik

Trias Klinik yaitu demam, nyeri kepala hebat, kaku kuduk,


tidak jarang disertai kejang umum dan gangguan
kesadaran, Iritasi meningen lainnya juga ada diantaranya
tanda kernig dan brudzinski positif
Meningeal sign

➢ Kaku kuduk
➢ Brudzinski’s sign
➢ Kernig’s sign
Pemeriksaan Kaku Kuduk
Brudzinski’s Sign
Kernig’s sign
Faktor resiko terjadinya meningitis

1. Infeksi sistemik ;
diantaranya otitis media,pneumonia,sinusitis,fraktur
cranial,trauma otak, operasi spinal,AIDS
2. Trauma kepala ;
terjadi pada trauma kepala terbuka atau fraktur basis cranii
yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan
luar melalui othorrhea & rhinorhea
3. Kelainan anatomis, terjadi pd pasien post operasi
mastoid,saluran telinga tengah,operasi cranium
Komplikasi

1. Hidrosefalus
2. Edema dan herniasi serebri
3. Kejang
4. Gangguan mental
5. Attention deficit disorder
6. Cerebral palsy
Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium :
• Analisa cairan otak melalui
Lumbal Pungsi
• DPL,GD,Elektrolit
• Kultur darah,urine
2. MRI / Ct Scan kepala
3. Thorax foto/sinus
Perbandingan karakter CSS pada jenis
meningitis
Normal Bakteri al Viral TB Fu ng al
Makroskopik Jernih, tak Keruh Je rn i h/ opalescent Je r n ih / opalescent Je rn ih
be rw ar na
Tekanan Normal Meningkat Norma l atau Meningkat Norm al atau
meningkat meningkat
Sel 0-5/mm3 100-60.000/mm3 5-100/mm3 5-1000/mm3 20-500/mm3
Ne u t ro fil Tak ada >80 % <50% <50 % <50 %
Glukosa 75 % gluk os a da rah Re n da h (< 4 0 % Normal Re n dah (<5 0 % Re n da h (<8 0 %
gluk osa da rah ) gluko sa dara h) gluko sa dara h)
Protein <0,4 g/L 1-5 g/L >0,4-0,9 g/L 1-5 g/L 0,5-5 g/L
Lainnya Gram po sitif <90 %; PCR kultur positif Kultu r positif 50- Gram negatif;
kultu r po sitif <80%; <50% 80% kultur positif 25-
kultur darah positif 50%
<60 %
Manajemen Algoritma Meningitis
Defisit neurologik fokal, riwayat kejang, riwayat penyakit neurologis dengan massa intrakranial

Tidak Ya

Kultur darah dan pungsi Kultur darah CITO


lumbal CITO

Dexamethasone + terapi Dexamethasone + terapi


antibiotik empirik antibiotik empirik

Hasil analisis CSS sesuai MB C T sca n k epala: k on train dik asi


p u ngsi lu m bal tak ad a

Pewarnaan Gram dan kultur


CSS Pungsi lumbal

Dexamethasone + terapi
antibiotik spesifik
Ensefalitis

➢ Radang pada jaringan otak yang disebabkan oleh virus,


bakteri, fungi atau parasit.
➢ Ensefalitis viral : sering
➢ Meningoencepalitis?
Manifestasi Klinis

Secara umum gejala berupa trias ensefalitis ;


1.Demam
2.Kejang
3.Kesadaran menurun
Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala infeksi umum, dan
tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan
progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.Tanda-tanda deficit neurologist
tergantung pada lokasi dan luas abses
➢ Pemeriksaan penunjang antara lain : pemeriksaan cairan
serebrospinal.
➢ Penatalaksaan sesuai dengan penyebab antara lain ;
pemberian antibiotik,antifungi,antiparasit,antivirus dan
pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik-
antipiretik serta antikonvulsi.
Pengkajian
1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
• Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
• Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan
nadi berat, taikardi, disritmia.
• Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
• Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa
kering.
• Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
• Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma,
delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis,
kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif,
rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun.
• Nyeri
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
• Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
Askep Meningitis

Diagnosa Keperawatan yang sering muncul pada Askep


Meningitis antara lain :
1. Hipertemia b/d proses penyakit infeksi (D.0130)
2. Resiko Perfusi Serebral Tidak efektif (D.0017)
3. Nyeri Akut b/d agen pencedera Fisiologis /Inflamasi (D.0077)
4. Penurunan kapasitas adaptif Intrakranial (D.0066)
5. Gangguan Mobilitas fisik (D.0054)
6. Ansietas (D.0080)
7. Gangguan Persepsi sensori (D.0085)
Askep Meningitis
No Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Hipertemia b/d Termoregulasi a. Manajemen hipertermia (I.15506)
proses penyakit membaik • Identifkasi penyebab hipertermi
infeksi (D.0130) (L.14134) • Monitor suhu tubuh
• Monitor haluaran urine
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
• Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
• Anjurkan tirah baring
• Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
No Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Hipertemia b/d Termoregulasi b. Regulasi Temperatur (I.14578)
proses penyakit membaik • Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan
infeksi (D.0130) (L.14134) nadi
• Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan
hipertermia
• Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
• Gunakan kasur pendingin, water circulating blanket,
ice pack atau jellpad dan intravascular cooling
catherization untuk menurunkan suhu
• Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
• Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu
No Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
2 Resiko Perfusi Perfusi Serebral a. Manajemen peningkatan tekanan intrakranial (I.06198)
Serebral Tidak efektif meningkat • Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
(D.0017) (L.02014) gangguan metabolisme, edema serebral)
• Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun)
• Monitor MAP (Mean Arterial Pressure), Monitor ICP (Intra
Cranial Pressure), jika tersedia
• Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
• Monitor status neurologis
• Monitor intake dan output cairan
• Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
• Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
• Berikan posisi semi fowler
• Hindari maneuver Valsava, Cegah terjadinya kejang
• Hindari pemberian cairan IV hipotonik
• Pertahankan suhu tubuh normal
• Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
• Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
• Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
No Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
2 Resiko Perfusi Perfusi Serebral b. Pemantauan tekanan intrakranial (I.06198)
Serebral Tidak efektif meningkat • Observasi penyebab peningkatan TIK
(D.0017) (L.02014) • Monitor peningkatan TD
• Monitor penurunan tingkat kesadaran
• Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon
pupil
• Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik
drainase cairan serebrospinal
• Pertahankan posisi kepala dan leher netral
No Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
3 Nyeri Akut b/d agen Tingkat nyeri a. Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera Fisiologis menurun (L.08066) • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
/Inflamasi (D.0077) intensitas nyeri,skala nyeri dan respon nyeri non verbal
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengetahuan, keyakinan tentang nyeri, serta
pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
No Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
3 Nyeri Akut b/d agen Tingkat nyeri b. Pemberian Analgetik (I.08243)
pencedera Fisiologis menurun • Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda,
/Inflamasi (D.0077) (L.08066) kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
• Identifikasi riwayat alergi obat
• Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika,
non-narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan
nyeri
• Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
• Monitor efektifitas analgesik
• Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
• Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
• Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
• Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
• Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
• Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
Terapi Meningitis
A. Terapi meningitis bacterial
➢ Terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus sawar darah otak,
contohnya rifampicin, chloramphenicol, dan quinolones (konsentrasi serum
sekitar 30%-50%), terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan
hasil kultur.
➢ Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta unit diberikan
secara intravena setiap 2 jam.
➢ Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta unit/hari, anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg diberikan 4 juta unit/hari.
Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300 - 400 mg/KgBB/hari untuk
dewasa dan 100 - 200 mg/KgBB/ untuk anak-anak. Untuk pasien yang alergi
terhadap penicillin, dapat diberikan sampai 5 hari bebas panas.
B. Terapi meningitis TB
diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu kemudian penurunan
dosis (tapering-off) selama 8 minggu sehingga pemberian prednison
keseluruhan tidak lebih dari 2bulan.
C. Terapi meningitis viral
diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8jam, dosis
pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat diulang tiap 12 jam diberi
antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya ketika di diagnosis herpetic
meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam
D. Terapi meningitis jamur
Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur,dapat digunakan : Flukonazol,
obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus. Jika pasien intoleran dengan flukonazol
dapat digunakan dengan amfoterisin B dan kapsul flusitosin,efek samping pada
amfoterisin B, dapat diatasi dengan pemberian ibuprofen setengah jam sebelum
amfoterisin B dipakai.
Terapi suportive
➢ memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit dan oksigenasi.
Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit diberikan
dengan pemberian secara intravena dan dipertahankan pada dosis yang
cukup untuk memperpanjang clotting time dan partial thromboplastin
time menjadi 2 atau 3 kali nilainormal.
➢ Untuk mengontrol kejang diberikan antikonvulsan, contohnya Fenitoin 5
mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
➢ Jika demam diberikan Antipiretika :parasetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis
➢ Pada edem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau
corticosteroid, bila didapatkan tanda awaldari impending herniasi.
Outcome Terapi
➢ Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran
infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
➢ Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
➢ Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
➢ Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengantepat.
➢ Tampak rileks, ansietas berkurang
Referensi
Hersi K, Gonzalez FJ, Kondamudi NP, et al. 2021. Meningitis (Nursing).Treasure Island
(FL)StatPearls Publishing.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568762
Shikha S Vasudeva.2021. Meningitis.Med Scape.
Emedicine.https://emedicine.medscape.com/article/232915-overview
John E. Greenlee. 2020. Overview Of Meningitis. MSD Manual Professional Version.
https://www.msdmanuals.com/professional/neurologic-
disorders/meningitis/overview-of-meningitis
Arefa Cassoobhoy. 2020. Meningitis. Web MD.

Anda mungkin juga menyukai