Anda di halaman 1dari 42

Laporan Kasus

Abses Otak
Pembimbing :
dr. Jeane Novita Abas, Sp.S, M.Kes

Oleh :
dr. Virginia F. Liempepas
Internsip Angkatan VI
RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. IY
• Umur : 23 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : Desa Motolohu, kec.
Randangan
• Pekerjaan : Guru
• Status: Belum menikah
• Masuk RS : 12 April 2019
Anamnesis
Keluhan Utama
• Nyeri kepala

Riwayat Penyakit Sekarang


• Nyeri kepala hilang timbul ± 2 bulan
• Mual, muntah dan badan terasa lemah
• Demam hilang timbul kurang lebih 1 bulan
• Penglihatan ganda ± 1 minggu
• Tidak ada riwayat batuk lama, BAB dan BAK biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Keluhan Serupa : tidak pernah sebelumnya
• Infeksi telinga: riwayat keluar cairan dari telinga saat usia 8
bulan
• Transfusi Darah : disangkal
• Transplantasi Organ : disangkal
• Pemakaian Obat Suntik : disangkal
• Hipertensi : disangkal
• Diabetes : disangkal
 
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada keluhan serupa di keluarga OS.
PEMERIKSAAN FISIK

Status
Generalis

Status
Neurologis
Status Generalis
• KU : Tampak sakit sedang
• GCS : E4V5M6
• Tanda Vital:
TD: 110/80 mmHg
HR : 90 x/m
RR: 22 x/m
SB : 37.1 oC
SpO2 : 99%
Kepala :
Mata : conj. anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), tampak eksoftalmus

Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran kel.tiroid (-), Limfadenopati


Thoraks : (-)
Inspeksi : Simetris (+), retraksi (-)
Palpasi : Pengembangan paru & vocal fremitus ka=ki
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Pulmo : vasikular +/+ , wh -/-, Rhoni -/-
Cor : S1 > S2 Reguler, bising(-)
Abdomen :
Inspeksi : cekung, simetris.
Auskultasi : Bising Usus (N),
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepar dan Lien ttb

Ekstremitas :
Akral hangat (+/+), nadi teraba kuat, perfusi <2detik, Edema (-/-)
Tanda rangsang meningeal
- Kaku kuduk : (-)
- Kernig : (-)
- Brudzinski I : (-)

Nervus Kranialis
• N. I (olfaktorius) : tidak dievaluasi (pasien tidak
ada keluhan gangguan penciuman)

• N. II (optikus)
Tajam penglihatan :
- Visus : kesan menurun
- Melihat double
Lapangan penglihatan: normal
N. III (okulomotorius), N. IV (trokhlearis), N. VI
(abdusen)

• Pupil : isokor kanan=kiri, 3mm-3mm


• Refleks cahaya langsung : +/+
• Ref. cahaya tdk langsung : +/+
• Pergerakan bola mata

• Nystagmus: -/-
• Exophtalmus : kesan +/+
• N. V (trigeminus): dalam batas normal
• N. VII (fasialis) : dalam batas normal
• N. VIII (vestibule-kokhlearis): tidak
dievaluasi
• N. IX (glosofaringeus) : tidak dievaluasi
• N. X (vagus) : tidak ada gangguan
menelan
• N.XI (aksesorius) : dalam batas normal
• N. XII (hipoglosus) : dalam batas normal
Pemeriksaan Motorik, Refleks

• Kekuatan otot :

• Refleks Fisiologis :

• Sensibilitas :
Pemeriksaan Penunjang
Parameter 12/04/19

Hemoglobin 11,6 g/dL

Leukosit 8.000/uL

Trombosit 300.000/uL

Hematokrit 34,0%

Natrium 129 mEg/l

Kalium 4,0 mEg/l

Chlorida 95 mEg/l

SGOT 10 U/L

SGPT 22 U/L

GDS 91 mg/dl
Diagnosa Kerja

Cephalgia kronik
et causa susp.
SOL intrakranial
Cephalgia
kronik adalah
nyeri kepala
yang terjadi Tumor dan abses serebral
lebih dari tiga merupakan contoh dari space
bulan, yang occupying lesion yang
mengalami menimbulkan nyeri kepala
pertambahan oleh karena terjadinya
dalam derajat kompresi jaringan otak
berat, frekuensi, terhadap tengkorak sehingga
dan durasinya meningkatkan tekanan
serta dapat intrakranial.
disertai
munculnya Nyeri kepala hilang timbul
defisit danUntuk diagnosis
semakin memberatpasti SOL
neurologis yang intrakranial dibutuhkan
Mual, muntah
lain selain nyeri pemeriksaan penunjang :
Penglihatan ganda
kepala. CT Scan Kepala atau MRI
CT-Scan Kepala

12 April 2019
(tanpa Kontras) 
Kesan :
Multiple lesi di lobus
parietalis dextra serta di
lobus frontalis sinistra,
disertai perifokal oedema
mengarah ke multiple
abscess cerebri
CT-Scan Kepala
Kontras
18 April 2019
 (dengan Kontras)
Kesan :
Sesuai gambaran multiple
abses cerebri bilateral
dominant dextra
Diagnosa

Abses Otak
Abses otak merupakan infeksi dalam parenkim otak, yang dapat
disebabkan oleh berbagai macam organisme, baik bakteri, fungi,
protozoa maupun parasit.2

Abses otak memiliki area fokus infeksi di dalam parenkim otak,


biasanya mengandung nanah dan dikelilingi kapsul yang tebal.3

Abses otak jarang terjadi di negara maju tetapi merupakan masalah


yang signifikan di negara berkembang.

Lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada perempuan dengan


perbandingan 3:1 yang umumnya masih usia produktif yaitu sekitar 20-
50 tahun.4

Di Indonesia belum ada data pasti, namun di Amerika Serikat dilaporkan


sekitar 1500-2500 kasus abses serebri per tahun. Prevalensi
diperkirakan 0,3-1,3 per 100.000 orang/tahun.
Etiologi & Faktor Resiko
• fokus infeksi di sekitar otak (infeksi telinga tengah,
Perkontinuit
sinusitis, mastoiditis, infeksi gigi)
atum (25- • secara langsung seperti trauma kepala dan
50%) operasi kraniotomi

• infeksi paru sistemik (empyema, abses paru,


Hematogen
X-Foto Thorax : bronkiektas, pneumonia)
Cor dan Pulmo
(15-30%)
normal
• endokarditis bakterial akut dan subakut dan pada
(Tuberculoma -) penyakit jantung bawaan.

• penderita penyakit immunologik seperti HIV-AIDS


• Immunocompetent : kemoterapi/steroid jangka pangjang
Lain-lain • 20-37% penyebab abses otak tidak diketahui
(cryptogenic)
Gejala Klinis
• gejala infeksi seperti  Demam
demam, malaise, anoreksia  Malaise, anoreksia
• peningkatan tekanan
 Muntah
intrakranial (muntah, sakit
kepala)  Sakit kepala
• Gejala neurologik (kejang,  Kejang
parese nervus, anisocoria,  Parese nervus III dan VI
papiledema) OS
• Defisit neurologis fokal
 Kejang
sesuai area peradangan
 Papil edema
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap :
Leukosit 8000/uL
leukositosis dan LED LED ↑ 62mm/jam
meningkat (30-60%)
Jarang dilakukan dan
kontraindikasi jika ada
• Lumbal pungsi peningkatan TIK

• Kultur darah Hasil Negative

• Radiologi
Confirmed Abses Otak
– Ct-Scan
– MRI
Parameter 12/04/19 15/04/19 19/04/19 20/04/19 27/4/19 03/5/19

Hemoglobin 11,6 g/dL   11,5      

Leukosit 8.000/uL   7.700      

Trombosit 300.000/uL   217.000      

Hematokrit 34,0%   34,8      

Natrium 129 mEg/l         126

Kalium 4,0 mEg/l         4,1

Chlorida 95 mEg/l         90

SGOT 10 U/L          

SGPT 22 U/L          

GDS 91 mg/dl          

LED (mm/jam)   62   29    

Anti-Toxoplasma       Negatif    

Anti-Rubella IgG       Positif    

Anti-Rubella IgM       Negatif    

Anti-CMV IgG       Positif    

Anti-CMV IgM       Negatif    

Kultur darah         Negatif  


TRANSMISI

• Dari Ibu ke Janin


Virus DNA untai ganda • (AS : Setiap tahun sekitar 750 bayi lahir dengan CMV
kongenital)
dan merupakan Vertikal
anggota Herpesviridae
family.
• Dari orang ke orang
Setidaknya 60% dari • Virus CMV dapat ditemukan di dalam
populasi AS telah darah, urin, cairan semen, sekret
terpapar CMV, dengan serviks, saliva, air susu ibu, dan organ
prevalensi lebih dari 90%
Horizontal yang ditransplantasi.
pada kelompok berisiko
tinggi (misalnya, bayi
yang belum lahir yang
ibunya terinfeksi CMV
selama kehamilan, orang
dengan HIV dan
homoseksual).
Sebagian besar orang terpapar CMV selama hidup mereka. Jika
seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang sehat, maka
dia tidak akan mengalami masalah kesehatan.

CMV biasanya menyebabkan infeksi tanpa gejala atau


menghasilkan gejala seperti flu; setelah itu, tetap laten
sepanjang hidup dan dapat aktif kembali. Penyakit CMV yang
signifikan secara klinis sering berkembang pada pasien yang
terinfeksi HIV, transplantasi organ, serta pada mereka yang
menerima steroid dosis tinggi, atau obat imunosupresan.
Lower CD4 cell counts, are
associated with a greater risk
of developing both common Pada orang dewasa, HIV jelas merupakan
and opportunistic infections
penyebab paling umum dari
due to bacteria,
mycobacteria, viruses, fungi limfositopenia CD4
and parasites

CD4 83
tetapi penyebab lain, seperti infeksi,
Anti-HIV Non- penyakit autoimun, terapi
imunosupresif, limfoma, pneumonia,
reaktif tuberculosis, sepsis, dan bentuk
idiopatik perlu dipertimbangkan.

Idiopathic CD4
lymphocytopenia (ICL)
adalah kondisi langka
yang ditandai dengan
defisit yang tidak dapat
dijelaskan dari sel T
CD4
Penyakit CMV simtomatik pada individu dengan gangguan
sistem imun, infeksi primer atau reaktivasi virus laten dapat
menyebabkan infeksi oportunistik dari berbagai sistem organ
seperti pneumonia, hepatitis, ensefalitis, mielitis, kolitis, uveitis,
retinitis, dan neuropati.

ENSEFALITIS RETINITIS
Ensefalitis CMV merupakan manifestasi klinis yang timbul akibat infeksi CMV
terhadap sistem saraf. Insidens ensefalitis CMV jauh lebih tinggi pada pasien
dengan CD4 < 50 sel/μL.

Gejala klinis yang timbul dari ensefalitis CMV adalah :


- penurunan ataupun gangguan kesadaran yang
bersifat akut dan berprogresi dengan cepat.
- Demam dan sakit kepala
- Kejang
- paresis nervus kranial terutama nervus okulomotor
dan fasial.
Retinitis CMV adalah penyakit
progresif yang lambat, membutuhkan Penglihatan ganda
beberapa minggu hingga berbulan- Mata berkabut
bulan untuk melibatkan seluruh retina.
Penglihatan kabur
Gejala yang biasanya timbul adalah
pengaburan visual sementara,
ketidaksamaan visual, nyeri, fotofobia,
Konsul Mata
pandangan berkabut, dan akhirnya Visus OD/OS : 3/60
mengarah ke skotoma dan, mungkin, Pupil mid-dilatasi
kebutaan total.
Edema papil
Prinsip Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan terhadap
efek massa (abses dan edema)
yang dapat mengancam jiwa
• Terapi antibiotik
• Terapi bedah saraf (aspirasi
atau eksisi)
• Pengobatan terhadap infeksi
primer
• Pencegahan kejang
• Neurorehabilitasi
Tatalaksana
• IVFD RL + farbion 1 amp 20 tpm
• IVFD NaCl 3% 8 tpm
• Ceftriaxone 2gr/12jam iv
• Metronidazole 500mg/8jam iv drips
• Ranitidine 50mg/12jam iv
• Dexamethazone 5mg/6jam iv
• Phenytoin 100mg/12 jam po
• Asam folat 1tab/24jam po
• Flunarizine 10mg/12 jam po jika pusing
• Kapsul campur/12jam po
• Paracetamol 500mg/8jam po
• Valganciclovyr 500 mg 4tab/6jam po
• Acyclovir 800mg 3x1 tab
Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis yang
tepat dan pemilihan antibiotik didasarkan pada pathogenesis
dan organisme yang memungkinkan terjadinya abses.

Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat digunakan kombinasi


dari sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole. Pada
pasien ini digunakan antibiotik ceftriaxone dan metronidazole.

Antibiotik terpilih dapat digunakan ketika hasil kultur


dan tes sentivitas telah tersedia.
Pada pasien juga diberikan
dexamethasone 3 x 1 ampul IV.
Steroid dianggap mengurangi
tekanan intrakranial dengan
mengurangi edema melalui sifat
anti-inflamasinya.

Beberapa ahli bedah saraf


menganjurkan evakuasi lengkap
abses, sementara yang lain
menganjurkan aspirasi berulang.
Obat pilihan untuk pengobatan penyakit
CMV adalah gansiklovir intravena,
walaupun valgansiklovir dapat
digunakan untuk pengobatan CMV
nonsevere pada kasus-kasus tertentu.

Dosis Gansiklovir 5 mg/kg IV setiap 12


jam selama 14-21 hari, kemudian
dilanjutkan terapi pemeliharaan
Valgansiklovir 900 mg per oral 2
kali/hari. Terapi pemeliharaan biasanya
diberikan selama 3-6 minggu jika terjadi
perbaikan imunitas. Penghentian terapi
pemeliharaan jika hitung CD4 > 100
sel/mm3 selama 3-6 bulan setelah
pemberian ARV.
Diagnosa Akhir

Abses Otak
Infeksi CMV
dan Infeksi Rubella
Pasien direncanakan untuk Ct-scan ulang untuk melihat progresivitas
penyakit, tapi pada hari ke-28 perawatan, kondisi pasien mengalami
perburukan. Pasien mengalami penurunan kesadaran dan SpO2 menurun,
mengindikasikan ancaman gagal napas kemudian pasien meninggal.

Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah komplikasi yang mengancam


jiwa seperti herniasi atau ruptur abses intraventrikular. Herniasi otak sering
sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial dari edema periabscess
yang mendalam. Pecahnya abses ke ventrikel atau ruang subaraknoid adalah
komplikasi yang sering mematikan. Tingkat mortalitas di antara pasien
immunocompromised lebih tinggi, meskipun terapi bedah dan medis yang
tepat.
Daftar Pustaka
• Naomi George. Brain Abscess in Emergency Medicine. 18 Mei 2017 (diakses 5 Juli 2019).
Tersedia di : https://emedicine.medscape.com/article/781021-overview#showall
• Itzhak Brook. Brain Abscess. 27 Oktober 2017 (diakses 1 Juli 2019). Tersedia di : https://
reference.medscape.com/article/212946-overview#showall 
• Craig H, Smith D. Cerebral abscess (summary). 30 Mei 2014 (diakses 1 Juli 2019). Tersedia di :
https://radiopaedia.org/articles/cerebral-abscess-summary
• Britt, Richard H. Brain Abscess. Journal Of Neurosurgery. 1985;3.
• Vicci du P, Gaillard F. Brain Abscess. 15 November 2015 (diakses 19 Juni 2019). Tersedia di :
https://radiopaedia.org/articles/brain-abscess-1
• Hakim A A. Abses Otak. Majalah Kedokteran Nusantara. Desember 2005;38:324-7.
• Kauser Akhter. Cytomegalovirus (CMV). 5 Mei 2018 (diakses 10 Juli 2019). Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/215702-overview#a1
• Bayu Pratama. Infeksi Cytomegalovirus Kongenital. Jurnal Kesehatan Melayu. April 2018;1.
• Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi
Sitomegalovirus pada HIV. 2016.
• Siska S, Zam Z. Space Occupying Lession (SOL). Journal Medula Unila. Januari 2017;7.
• Curr Opin Rheumatol. Idiopathic CD4 lymphocytopenia. 2006 Jul;18(4):389-95.
• Hale Y, Cunningham C H. Idiopathic CD4 lymphocytopenia. NCBI. Oktober 2017;119(4).
Gejala klinis berdasarkan lokasi abses
Brainstem abscess Facial weakness, headache, fever, vomiting,
dysphagia, and hemiparesis, hypothalamic
dysfunction
Cerebellar abscess nystagmus, ataxia, vomiting, or dysmetria

Occipital abscess  neck rigidity

Temporal lobe Headache, ipsilateral aphasia (if in the dominant


abscess hemisphere), and visual defects

Frontal abscess Headache, inattention, drowsiness, mental status


deterioration, motor speech disorder, hemiparesis
with unilateral motor signs, and grand mal seizures
Panduan Terapi AB
Congenital heart disease Third-generation cephalosporin with metronidazole or ampicillin-sulbactam

Post VP-Shunt Vancomycin dan ceptazidine


Otitis media, sinusitis, atau Combination of metronidazole or ampicillin-sulbactam plus a third-generation
mastoiditis cephalosporin

Dental infection Penicillin plus metronidazole or amoxicillin-sulbactam


Pulmonary infections Penicillin plus metronidazole and a sulfonamide (for Nocardia infections

Endocarditis Vancomycin plus gentamicin


Intravenous drug abuse Nafcillin or vancomycin plus cefepime or ceftazidime
Penetrating trauma Vancomycin plus a third-generation cephalosporin
Postsurgical Vancomycin, plus cefepime or ceftazidime, or meropenem
Neonates third-generation cephalosporin and ampicillin
No predisposing condition or Metronidazole, vancomycin, or a third-generation or fourth-generation cephalosporin
the immunocompromised

Anda mungkin juga menyukai