Anda di halaman 1dari 29

Analisis Hubung Singkat

Lesnanto Multa Putranto


Analisis Hubung Singkat
 Salah satu penyebab gangguan hubung
singkat adalah kegagalan isolasi
 Kegagalan isolasi ini dapat terjadi karena
– Petir
– Kabel yang terhubung singkat karena angin
– Hewan atau tumbuhan yang kontak dengan
kabel
– Polutan pada isolasi
Jenis – Jenis Hubung Singkat

1. Hubung Singkat Simetris


• Hubung Singkat Tiga Fasa
2. Hubung Singkat Asimetris
• Hubung Singkat Satu Fasa(L-G)
• Hubung Singkat Antar Fasa(L-L)
• Hubung Singkat Dua Fasa ke tanah(DLG)

3
Peta Kepadatan Petir

Units are Lightning Flashes per square km per year; Florida is


top location in the US; very few on the West Coast, or HI, AK. This
is an important consideration when talking about electric reliability!
Source:
Manfaat dari Analisis Hubung
Singkat
 Fault currents cause equipment damage due
to both thermal and mechanical processes
 Goal of fault analysis is to determine the
magnitudes of the currents present during
the fault
– need to determine the maximum current to
insure devices can survive the fault
– need to determine the maximum current the
circuit breakers (CBs) need to interrupt to
correctly size the CBs
Komponen Simetris
Komponen Urutan Positif
Komponen Urutan Negatif
Komponen Urutan Nol
Komponen Simetris
Fundamentals of symmetrical components
Komponen Asimetris dapat diurai menjadi komponen
urutan positif, komponen urutan negatif dan komponen
urutan nol yang seimbang
I c(1) I b( 2 )

Ia
(1 )
I a( 2 ) I a( 0 ) ( 0 )
Ib
I b(1) Ic ( 2)
I c( 0 )

Komponen Urutan Komponen Urutan Komponen Urutan


Positif Negatif Nol
Komponen Urutan Positif
Komponen Urutan Positif
Arah rotasi sama dengan urutan fase original

I a1  I a10  I a1
I b1  I a1240  a 2 I a1
I c1  I a1120  aI a1

a  1120  0.5  j 0.866


a 2  1240  0.5  j 0.866
a 3  1360  1  j 0

1  a  a2  0
Komponen Urutan Negatif dan Nol
Komponen Urutan Negatif
Urutan fasenya berlawanan dengan urutan originalnya

I a2  I a2 0  I a2
I b2  I a2 120  aI a2
I c2  I a2 240  a 2 I a2

Komponen Urutan Nol


Tidak ada pergeseran fase

I a0  I b0  I c0
Komponen Asimetris

Komponen asimetris Ia, Ib, and Ic dapat ditulis sebagai berikut

I a  I a0  I a1  I a2
I b  I b0  I b1  I b2
I c  I c0  I c1  I c2

Persamaan persamaannya dapat ditampilkan dalam bentuk:

I a  I a0  I a1  I a2
I b  I a0  a 2 I a1  aI a2
I c  I a0  aI a1  a 2 I a2
Komponen Asimetris(2)
 I a  1 1 1   I a0 
 I   1 a 2 a   I a1 
 b   
 I c  1 a a   I a2 
2

I abc  AI 012
a I 012
a
 A I
1 abc

1 1 1 1 1 1
1 1
A  1 a 2 a A  1 a
1
a2  A 1  A *
  3  3
1 a a 
2
1 a 2 a 

Matrix A = SCTM, Symmetrical components transformation matrix


Komponen Asimetris(3)

Ia  1 1 1  I a 
0

 I 1   1 1 a a2  Ib 
 a 3  
 I a2  1 a 2 a   I c 

1
Ia  (Ia  Ib  Ic )
0

3
1
I a  ( I a  aI b  a 2 I c )
1

3
1
I a  ( I a  a 2 I b  aI c )
2

3
Komponen Asimetris(4)

Transformasi Tegangan

1
Va  (Va  Vb  Vc )
0

Va  Va0  Va1  Va2 3


1
Vb  Vb0  Vb1  Vb2 Va  (Va  aVb  a 2Vc )
1

3
Vc  Vc0  Vc1  Vc2 1
Va  (Va  a 2Vb  aVc )
2

V abc  AV a012 Va012  A 1V abc


Komponen Asimetris(5)

Daya Semu
abc T abc *
S ( 3 )  V I
 AV a012  AI 012  T *
a
T *
 Va012 A T A *I 012
a


S( 3 )  3 V 012T 012*
I 
* * *
 3Va0 I 0a  3Va1I1a  3Va2 I 2a
Perhitungan Hubung Singkat
Simetris
Perhitungan Arus Hubung Singkat
Menggunakan Zbus

• Menggunakan metode titik atau KCL lebih


aplikatif
• Tegangan awal (Prefault) dihitung
menggunakan load flow
Perhitungan Arus Hubung
Singkat Menggunakan Zbus

Tipikal Jaringan Listrik

i k

Si Sk Zf
Perhitungan Arus Hubung
Singkat Menggunakan Zbus (2)
Tegangan Prefault Awal
V1 (0) 
  
 
Vbus (0)  Vk (0)
 
  
Vn (0) 

Beban pada Jaringan dapat diasumsikan sebagai impedansi konstan


dengan menghitungnya menggunakan persamaan sbb
2
Vi (0)
Z iL 
S L*
Perhitungan Arus Hubung
Singkat Menggunakan Zbus (3)
• Perubahan pada tegangan akibat fault ekuivalen dengan
tegangan di bus yang disebabkan oleh tegangan Vk(0) dengan
sumber tegangan yang lain di hubungsingkatkan (Thevenin)

• Beban direpresentasikan dengan impedans konstan

i k

Vth  Vk (0)
I k (F )
Zi Zi Zf
Perhitungan Arus Hubung
Singkat Menggunakan Zbus (4)
Drop/Beda Tegangan dalam Analisis Perhitungan Hubung Singkat
direpresentasikan sebagai berikut

 V1 
 
 
Vbus  Vk 
 
  
Vn 

Tegangan bus dapat dihitung berdasarkan prinsip superposisi di


bawah ini

Vbus ( F )  Vbus (0)  Vbus


Perhitungan Arus Hubung
Singkat Menggunakan Zbus (5)
Dengan KCL, persamaan jaringannya dapat dinyatakan sebagai
berikut
I bus  Ybus Vbus
m
Yii   yij , ji
j 0

Yij  Y ji   yij

Berdasarkan Konsep persamaan KCL arus yang masuk ke setiap


bus = 0 kecuali pada Bus yang mengalami Fault.
i k

Vth  Vk (0)
I k (F )
Zi Zi Zf
Perhitungan Arus Hubung
Singkat Menggunakan Zbus (6)

 0   y11  y1k  y1n   V1 


           
    
 I k ( F )   yk 1  ykk  ykn  Vk 
    
           
 0   yn1  ynk  ynn  Vn 

Arus yang meninggalkan Bus

Or I bus ( F )  Ybus Vbus

Penyelesaian untuk Vbus ( F )  Z bus I bus ( F )


ΔVbus
Perhitungan Arus Hubung
Singkat Menggunakan Zbus (6)
Dari persamaan : Vbus ( F )  Vbus (0)  Vbus
Vbus ( F )  Z bus I bus ( F )
Vektor tegangan bus pada saat terjadi hubung singkat adalah

Vbus ( F )  Vbus (0)  Z bus I bus ( F )

V1( F )  V1( 0 )   Z11  Z1k  Z1n   0 


              
       
Vk ( F )  Vk ( 0 )   Z k 1  Z kk  Z kn   I k ( F )
       
               
Vn ( F ) Vn ( 0 )  Z n1  Z nk  Z nn   0 
2. Review of Fault Calculation

Karena hanya ada sebuah elemen ke k yang tidak bernilai nol (1)

Vk ( F )  Vk (0)  Z kk I k ( F )

persamaan tegangan di titik gangguan adalah (2)

Vk ( F )  Z f I k ( F )
Dari kedua persamaan tersebut besarnya arus Hubung Singkat
dapat dicari sbb

Vk (0)
Ik (F ) 
Z kk  Z f
2. Review of Fault Calculation
Tegangan di bus lain akibat pengaruh hubung singkat dapat
dihitung menggunakan persamaan:

Vi ( F )  Vi (0)  Z ik I k ( F )
Dengan mensubstitusi Ik maka persamaan menjadi sbb:

Z ik
Vi ( F )  Vi (0)  Vk (0)
Z kk  Z f

Arus di setiap saluran , menggunakan tegangan pada bus i and j


dengan impedance zij

Vi ( F )  V j ( F )
I ij ( F ) 
zij
2. Review of Fault Calculation
Example 9.2 (Hadi Saadat)
• Base MVA 100 MVA

j 0 .1 j 0.2 •Semua Generator beroperasi


pada nilai tegangan nominalnya
j 0 .1 j 0.2 • Kapasitansi diabaikan dan
1 2 sistem tanpa beban
j 0.8
• Tentukan besarnya arus
j 0.4 j 0 .4 hubung singkat pada Bus 3, dan
pada saluran jika hubung singkat
3 tiga fasa terjadi dengan Zf = 0.16
pu terjadi pada 3
2. Review of Fault Calculation

 j 5 .0  j 2 .5
1 2
 j1.25
 j 2 .5  j 2 .5

3
Vth  V3 (0)
I3 ( F )
Z f  j 0.16
2. Review of Fault Calculation
Example 9.2 (Hadi Saadat)

 j8.75 j1.25 j 2.5 


Ybus   j1.25  j 6.25 j 2.5 
 
 j 2.5 j 2.5  j 5.0

 j 0.16 j 0.08 j 0.12


Z bus   j 0.08 j 0.24 j 0.16
 
 j 0.12 j 0.16 j 0.34

V3 (0) 1.0
I3 (F )     j 2.0 pu
Z 33  Z f j 0.34  j 0.16
2. Review of Fault Calculation

V1 ( F )  V1 (0)  Z13 I 3 ( F )  1.0  ( j 0.12)( j 2.0)  0.76 pu


V2 ( F )  V2 (0)  Z 23 I 3 ( F )  1.0  ( j 0.16)( j 2.0)  0.68 pu
V3 ( F )  V3 (0)  Z 33 I 3 ( F )  1.0  ( j 0.34)( j 2.0)  0.32 pu

V1 ( F )  V2 ( F ) 0.76  0.68
I12 ( F )     j 0.1 pu
z12 j 0.8
V1 ( F )  V3 ( F ) 0.76  0.32
I13 ( F )     j1.1 pu
z13 j 0.4
V2 ( F )  V3 ( F ) 0.68  0.32
I 23 ( F )     j 0.9 pu
z 23 j 0.4

Anda mungkin juga menyukai