Anda di halaman 1dari 46

KEGIATAN KOORDINASI

RENCANA PENGEMBANGAN
KAWASAN INDUSTRI
DI KABUPATEN PEMALANG
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
01 Pendahuluan

Rencana Pengembangan Kawasan Industri


Agenda Kegiatan
01 Pendahuluan
Latabelakang, maksud tujuan, landsan hukum, ruanglingkup perlunya
penyusunan dokumen kelengkapan pengembangaan kawasan industri di
Kabupaten Pemalang

02 Review Regulasi dan Pustaka

Kagiatan Kawasan Industri dan Regulasi Terkait pengebangan Kawasan


Industri

03 Sekilas Profil Wilayah

Sekilas pandang profil wilayah Kabupaten Pemalang dan Rencana Alokasi


wilayah pengembangan Kawasan Industri

04 Metodologi

Metodologi kegiatan rencana penyiapan dokumen pengembangan KI


(dokumen studi kelayakan dan Masterplan Kawasan Industri)
Kawasan Industri
Introduction
Pendahuluan
Pengembangan Kawasan Industri Kabupaten Pemalang

Latar Belakang

1. Peningkatan daya saing industri secara berkelanjutan


membentuk landasan ekonomi yang kuat berupa stabilitas
ekonomi makro, iklim usaha dan investasi yang sehat
2. Seiring meningkatnya kebutuhan ruang dan lahan untuk
pengembangan kegiatan industri dan berkembangnya kegiatan
industri serta bertumbuhnya arus investasi yang masuk ke Jawa
Tengah dan secara khususnya di wilayah Kabupaten Pemalang,
menjadi instrumen pengerak perekonomian daerah baik pada
skala lokal, regional dan nasional.
3. Dengan adanya Kawasan Industri diharapkan industri di wilayah
tersebut lebih tertata dan terintegrasi , terutama industri yang
menghasilkan limbah didorong untuk masuk ke Kawasan
Industri.
4. Salah satu bagian kelengkapan dokumen sbg syarat dalam
pembangunan kawasan industri adalah tersedianya persyaratan
dokumen perencanaan kawasan (studi kelayakan, masterplan
kawasan industri, kajian lingkungan dan detail enggenering
design (DED) kawasan Industri
Maksud dan Tujuan

Menyusun studi kelayakan


pembangunan kawasan industri dan
Masterplan Kawasan Industri di
Kabupaten Pemalang sesuai
pedoman yang berlaku.

Lingkup

Rencana Pengembangan Kawasan


Industri di wilayah Kabupaten Pemalang

Industrial area
development plan
Dasar Hukum
Undang-undang Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian

Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Peraturan Menteri Perindustrian RI Permen Perindustrian Nomor 5
Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Nomor 14 Nomor 35//M-IND/PER/3/2010 Tahun 2014
142 Tahun 2015 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri tentang Pedoman tentang tata
tentang kawasan industri;. tentang Rencana Induk Pasal 3 yang menyatakan bahwa dalam cara pemberian izin usaha
Pengembangan Industri pembangunan Kawasan Industri mencakup kawasan industri dan izin
Nasional (RIPIN); aspek perencanaan, aspek pembangunan dan perluasan kawasan industri.
aspek pengelolaan. Dalam aspek perencanaan
salah satu tahap yang harus dilalui adalah
melakukan penyusunan master plan
Lingkup Materi
01 Penyiapan Dokumen Studi Kelayakan KI:
• Kesesuaian dengan dokumen Rencana Tata Ruang
• Identifikasi kondisi fisik alam lokasi
• Identifikasi kondisi ekonomi ( potensi SDA, SDM dan
industri;)
• Menganalisis kelayakan teknis pembangunan kawasan
industri berdasarkan pedoman teknis pembangunan
kawasan industri;
• Menganalisis kelayakan lingkungan, sosial ekonomi dan
finansial
• Memberikan rekomendasi pembangunan kawasan
industri
•.
Lingkup Materi
01 • Kebijakan Industri nasional, provinsi dan Kabupaten,
Penyiapan Dokumen Masterplan KI:

Kebijakan Tata Ruang Wilayah , Rencana Sektoral dan


RPJM Kabupaten.
• Gambaran Kondisi Wilayah Perencanaan
• Analisis Kelayakan Lokasi Kawasan Industri
• Analisis Penataan Pola Ruang dan Struktur Kawasan
• Merencanakan zoning
• Analisis Kebutuhan Kawasan
• Menyusun Site plan kawasan
• Menyusun Kelayakan Ekonomi Finansial
• Menyusun konsep pengelolaan Kelembagaan
• Menyusun rencana program pengembangan
02 Regulasi dan
Pustaka

Rencana Pengembangan Kawasan Industri


Pemahaman Kawasan Industri
Defenisi Prinsip Impact
Kawasan Industri Prinsip Dampak positif KI
Pengembangan KI

defenisi prinsip Dampak


Dalam Peraturan  Kesesuaian Tata Ruang.  Memacu Pertumbuhan
Pemerintah Nomor 142 kawasan industri harus Ekonomi.
tahun 2015 tentang sesuai dan mengacu kepada  Kemudahan dalam hal
kawasan industri, pasal 1 ketentuan yang ditetapkan penyediaan sarana
ayat 4 menyatakan : oleh RTR yang infrastruktur
kawasan industri adalah bersangkutan  Membuka lapangan
kawasan tempat  Ketersediaan Prasarana pekerjaaan baru
pemusatan kegiatan dan Sarana.  Peningkatan kualitas
industri yang dilengkapi mempersyaratkan dukungan SDM
dengan sarana dan ketersediaan prasarana dan  Pengelolaan lingkungan
prasarana penunjang sarana yang memadai  Menekan laju Urbanisasi,
yang dikembangkan dan  Ramah Lingkungan. krn umumnya lokasi kws
dikelola oleh perusahaan Ramah lingkungan, berada diluar kota
kawasan industri yang  Efisiensi. Sbg landasan
telah memiliki izin usaha pokok dalam pengembangan
kawasan industri. KI
.  Keamanan dan
Kenyamanan Berusaha.
Situasi dan kondisi
keamanan yang stabil
Rencana Infographic Style
Pembangunan Industri Nasional

RPJPN 2005-2025

Penentuan arah kebijakan industri nasional jangka panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007). Dalam
jangka panjang, pembangunan industri harus memberikan sumbangan sebagai berikut :
1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahtraan masyarakat,
2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya
masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa,
3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan
manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era
globalisasi/ liberalisasi ekonomi dunia dan
4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga
eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tentram bagi
masyarakat.
Visi Rencana Pembangunan
Industri Nasional
Pembangunan Industri Nasional adalah Indonesia Menjadi Negara Industri
Tangguh. Industri Tangguh bercirikan: LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET,
•struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan; CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT.
•industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global; dan visi misi
•industri yang berbasis inovasi dan teknologi. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, pembangunan industri nasional mengemban misi sebagai
berikut:
• meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;
• memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;
• meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau;
• menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan
industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat;
• membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
• meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional; dan
• meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
Rencana Pembangunan
Industri Nasional
Sasaran Pembangunan Industri Tahun
2015-2035
Sasaran pembangunan Industri

Place Your Picture Here


Tahapan pembangunan Industri Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Pemalang 2018 -2038
Struktur Ruang Wilayah
Kecamatan Pemalang masuk Dalam Sub Wilayah Pengembangan (SWP) I dengan
pusat Kws.Kota Pemalang , meliputi Kec.Pemalang, Kec.Taman dan Kec.Petarukan

Sistem Perkotaan
Wilayah Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri masuk kedalamn sistem
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kawasan Perkotaan Pemalang
Lokasi berada Kecamatan Pemalang , Desa Kramat dan Desa Surajaya . Sebagian
Place Your Picture Here Bantar Mulya.

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama


Jalan nasional :
Jalan Tol-Pejagan –Pemalang – Batang yang melalui wilayah Kec.Pemalang
Jalan Kolektor Primer yang melintasi Kec.Pemalang
Terminal Tipe A di Kec.Pemalang
Peningkatan Jaringan KA (rel ganda) Jkt-Cirebon-Tegal-Semarang. yg melalui Kec.Pemalang
Stasiun KA Pemalang
Pelabuhan Pengumpan Regional di Kec.Pemalang
Pengembangan Jaringan listrik SUTET,SUTT dan SKTT yg melayani wilayah Kec.Pemalang
UPJ Pemalang
Sumber air permukaan sungai WSPemali-Comal
Embung Mengori, Kec.Pemalang
Pengembangan air bersih perkotaan Pemalang
Place Your Picture Here
Place Your Picture Here
Place Your Picture Here
03 Profil Wilayah
Kabupaten
Pemalang

Rencana Pengembangan Kawasan Industri


Profil Geografis.
Wilayah Kabupaten Pemalang secara geografis terletak
pada 109º17’ 30’– 109º40’ 30’ Bujur Timur (BT)
dan 8º52’ 30’ – 7º20’ 11’ Lintang Selatan (LS).
Luas wilayah kabupaten ini ialah sebesar
111.530 km.

Sebelah Utara :Laut


No Jawa Kecamatan Luas Lahan (Km2)
Sebelah Timur :Kabupaten
1 Moga Pekalongan 41,4
Sebelah Selatan :Kabu.Purbalingga
2 Warungpring dan Kab. 26,31
3 Pulosari 87,52
Banyumas
4 Belik 124,54
Sebelah Barat :Kabupaten Tegal
5 Watukumpul 129,02
6 Bodeh 85,98
7 Bantarbolang 139,19
Kabupaten Pemalang terbagi kedalam
8 Randudongkal 14
90,32
kecamatan dan 222 kelurahan/desa 101,93
9 Pemalang
10 Taman 67,41
11 Petarukan 81,29
12 Ampelgading 53,3
13 Comal 26,54
14 Ulujami 60,55
Jumlah 1.115,30
Profil Wilayah
Geografis
Kabupaten Pemalang secara geografis terletak pada
01
109º17’ 30’– 109º40’ 30’ Bujur Timur (BT) dan 8º52’
30’ – 7º20’ 11’ Lintang Selatan (LS). Luas wilayah
kabupaten ini ialah sebesar 111.530 km. Batas Wilayah
. Sebelah Utara :Laut Jawa
02
Sebelah Timur :Kab.Pekalongan
Sebelah Selatan :Kab.Purbalingga dan Kab.
Banyumas Administrasi
Sebelah Barat :Kabupaten Tegal Kabupaten Pemalang terbagi
No Kecamatan Luas Lahan (Km2) 03
kedalam 14 kecamatan dan 222
1 Moga 41,4 kelurahan/desa
2 Warungpring 26,31
3 Pulosari 87,52
4 Belik 124,54
5 Watukumpul 129,02
6 Bodeh 85,98
7 Bantarbolang 139,19
8 Randudongkal 90,32
9 Pemalang 101,93
10 Taman 67,41
11 Petarukan 81,29
12 Ampelgading 53,3
13 Comal 26,54
14 Ulujami 60,55
Jumlah 1.115,30
Content Here Content Here
Kondisi Fisik
• Daerah dataran pantai: daerah ini memiliki ketinggian rata-rata
antara 1-5 meter diatas permukaan air laut (dpl); meliputi 17
desa dan 1 kelurahan yang terletak di bagian utara yang
termasuk kawasan pantai.
• Daerah dataran rendah: daerah ini memiliki ketinggian rata-
rata antara 6-15 meter dpl yang meliputi 69 desa dan 10
kelurahan di bagian selatan dari wilayah pantai.
Ketinggian Wilayah Menurut Kecamatan • Daerah dataran tinggi: daerah ini memiliki ketinggian rata-
Di Kabupaten Pemalang
rata antara 16 – 212 meter dpl yang meliputi 76 desa, terletak
No Kecamatan
Ketinggian Wilayah di bagian tengah dan selatan.
(mdpl)
• Daerah pegunungan: terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Moga 497
2. Warungpring 213
• a. Daerah dengan ketinggian antara 213 – 924
3. Pulosari 914 meter diatas permukaan laut, meliputi 39 desa yang
4. Belik 738 terletak dibagian selatan.
5. Watukumpul 559 • b. Daerah berketinggian 925 meter diatas permukaan
6. Bodeh 15 laut yang terletak di bagian selatan. Daerah ini meliputi
7. Bantarbolang 34
10 desa dan berbatasan langsung dengan Kabupaten
8. Randudongkal 212
9. Pemalang 6
Purbalingga.
10. Taman 6
11. Petarukan 8
12. Ampelgading 13
13. Comal 9
14. Ulujami 6
Kependudukan
Jumlah Penduduk Kabupaten Pemalang berdasarkan hasil registrasi
penduduk tahun 2020 (KDA Tahun 2020) berjumlah sekitar 1.305.668
jiwa, terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 645.991 jiwa dan jenis
kelamin perempuan sebanyak 659.677 jiwa yang tesebar didelapan
kecamatan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan
Pemalang yaitu sebanyak 179.089 jiwa dan yang terkecil terdapat di
Kecamatan Warung pring yaitu sebanyak 39.311 jiwa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah


1. Moga 31 757 32 269 64 026
2. Warungpring 19 381 19 930 39 311
3. Pulosari 28 026 28 479 56 505
4. Belik 52 960 52 543 105 503
5. Watukumpul 32 511 32 828 65 349
6. Bodeh 27 383 27 772 55 155
7. Bantarbolang 35 076 37 784 72 860
8. Randudongkal 48 111 50 669 98 780
9. Pemalang 88 610 90 479 179 089
10. Taman 80 896 82 256 163 152
11. Petarukan 73 277 74 891 148 268
12. Ampelgading 33 031 34 101 67 132
13. Comal 44 557 45 053 89 610
14. Ulujami 50 315 50 613 100 928
Jumlah 645 991 659 677 1 305 668
Berdasarkan hasil Sakernas 2019, dari 962.100 penduduk
usia 15 tahun ke atas (usia kerja) terdapat 636.373
penduduk yang tergolong Angkatan Kerja sekitar 66,14
persen (TPAK = 66,14).
No Sektor Jumlah Prosentase
1. Pertanian 125 218 21,04
2. Pertambangandan penggalian 3 113 0,52
Gambar 3.8. Prosentase Angkatan Kerja
Kabupaten Pemalang Tahun 2018-2019 3. Industri 111 259 18,7
4. Listrik dan gas 291 0,05
5. Pengadaan Air 2050 0,34
6. Konstruksi 51 299 8,62
7. Perdagangan 124 230 20,88
8. Transportasi 24 701 4,15
9. Akomodasi 55 448 9,32
10. Informasi danKomunikasi 1 911 0,32
11. Jasa Keuangan 11 159 1,88
12. Real Estate 0 0
13. Jasa Perusahaan 8 217 1,38
14. Administrasi Pemerintahan 20 141
15. Jasa Pendidikan 23 828 3,38
16. Jasa Kesehatan 7 777 4
17. Jasa Lainnya 24 377 1,31
Total 595.019 4,1
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Urutan kedua adalah sektor Industri Pengolahan dengan sumbangan sebesar 21,98 persen.
Sumbangan terbesar ketiga diberikan oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor yaitu 15,41 persen, kemudian disusul oleh sektor Jasa Pendidikan
memberikan sumbangan 6,07 persen, sementara sektor lainnya memberikan sumbangan di
bawah 5 persen.
.

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha


Di Kab. Pemalang Tahun 2019
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan merupakan sektor yang sangat dominan dalam
perekonomian Pemalang serta mampu memberikan sumbangan nilai tambah yang cukup
besar bagi perekonomian Kabupaten Pemalang. Pada sektor tersebut sangat besar
pengaruhnya dalam penciptaan nilai tambah PDRB Kabupaten Pemalang. Peranannya mulai
mendominasi sejak tahun 2010 dan terus meningkat sampai tahun 2019, dimana sektor
Pertanian sumbangannya pada tahun 2019 mencapai 25,42 persen.

 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Pemalang dan JawaTengah


 Tahun 2015-2019
Deliniasi Kawasan Awal

Jalur Jalan TOL

Rencana lokasi kawasan Industri

Place Your Picture Here

Rencana Gerbang
lokasi kawasan Industri
Deliniasi
Kawasan Awal
04 Metodologi

Rencana Pengembangan Kawasan Industri


Metode Pendekatan
 3 (tiga) pendekatan perencanaan sejalan dengan perkembangan pemahaman akan perencanaan,
yaitu :
 Pendekatan rasional menyeluruh atau rational comprehensive approach, mencakup
pertimbangan perencanaan yang luas, dimana dalam pertimbangan luas tersebut tercakup
berbagai unsur atau subsistem yang membentuk sistem secara menyeluruh
 Pendekatan Perencanaan Terpilah atau Disjointed Incremental Planning Approach, yaitu
merupakan tanggapan dari ketidakefektifan perencanaan dengan pendekatan rasional
menyeluruh.
 Pendekatan Terpilah Berdasarkan Pertimbangan Menyeluruh atau Mixed Scanning Planning
Approach atau Third Approach (Amitai Etzioni), merupakan kombinasi antara pendekatan
rasional menyeluruh dengan pendekatan terpilah.
 Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan Dan Berwawasan Lingkungan

 Metoda analisis yang digunakan adalah dengan melakukan analisis regional, analisis fisik dasar
maupun infrastruktur, analisis proyeksi atau pertumbuhan, analisis hirarki bagian wilayah
kecamatan. Analisis tersebut digunakan untuk memperkirakan kebutuhan ruang dan prasarana serta
menentukan ketersediaan ruang dan hirarki serta fungsi masing-masing bagian wilayah.
A. REVIEW RTRW/RDTR, REGULASI DAN PROFIL KABUPATEN/KOTA EKSISTING

CHECK / SURVEY INSTANSI DAN LAPANGAN


A. LEVEL KABUPATEN / KOTA
1. Aspek geografis dan fisik dasar
2. Aspek guna lahan dan kepemilikan tanah
3. Kondisi PDRB
4. Kondisi SDM (Tingkat Pendidikan, Mata Pencaharian)
DOKUMEN 5. Teknologi (Pusat Inovasi, BLK, Balai- Balai Litbang)
RTRW/RDTR 6. Pelabuhan, Bandara, Stasiun Kereta Api
KABUPATEN/ KOTA 7. PLN, Gas
8. PDAM
DOKUMEN RPJMD 9. Telekomunikasi
B. LEVEL KPI (Kondisi dan Ketersediaan Infrastruktur Dasar)
KEBIJAKAN DAERAH 1. Ketersediaan Lahan
LAINNYA 2. Aksesibilitas (jalan/ sungai/ laut)
3. Jaringan Listrik / Gardu
4. Jaringan Distribusi PDAM / PAB
5. Jaringan Telekomunikasi SUB
6. Sungai (sumber / badan perairan)
7. Ada/ Tidak Program-Program K/L dalam penyediaan infrastruktur dasar
SUPPLY
8. Dsb. SIDE

ASPEK REGULASI DAN KEBIJAKAN


A. INDUSTRI
1. UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
• Ps 14 Perwilayahan Industri (Percepatan, penyebaran & pemerataan +
pemanfaatan Sumber Daya Wilayah)
• Ps 62 Infrastruktur Industri
• Ps 63 Prakarsa Pemerintah
• Ps 106 Kewajiban Lokasi Industri
2. RIPIN (PP 14 Tahun 2015)
B. TATA RUANG 32
1.UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
2. PP No. 13 Tahun 2017 (ttg perubahan atas PP No. 26/2008 ttg RTWN)
3. Perda RTRW/RDTR Masing-masing Kabupaten/Kota
C. Dsb
B. IDENTIFIKASI & PROYEKSI PERTUMBUHAN POTENSI INDUSTRI PRIORITAS UNTUK SETIAP KPI
DI KABUPATEN/KOTA DALAM WPPI UNTUK 5 S/D 20 TAHUN
REVIEW HASIL STUDI MASTERPLAN SETIAP ADA Perlu 1. Karakteristik sifat
WPPI DAFTAR Pendalaman industri
• Ada/Tidak Daftar Industri yang diprioritaskan INDUSTRI kepada jenis a. Skala industri
dikembangkan di setiap WPPI dengan industri dengan Besar & Sedang
1. Recheck apakah kedalamannya berupa: kedalaman: melakukan /Kecil
a. Kelompok industri (sesuai dengan RIPIN hlm. • Kelompok cross check b. Orientasi lokasi
136 & 139) industri terhadap (raw material /
b. Jenis-jenis industri seperti pada Tabel 3.2 • Potensi SDA footloose)
RIPIN (Hlm. 22 s/d 47) yang digali OR • Aliran Barang c. Pengecualian
berdasarkan potensi SDA setempat dengan • Trend existing lokasi sesuai
menerapkan 6 indikator kriteria pemilihan • Jenis- • Out of the box Pasal 106 (3 &4)
industri prioritas Tabel 3.1 RIPIN hlm. 29 s/d 31 jenis
UU No. 3/2014
industri
d. Bagaimana pola
prioritas
persebaran
VARIABEL PEMILIHAN industri yang ada
DAFTAR
1. Potensi SDA Daerah Kabupaten/Kota (KPI or acak)
PANJANG
- Pertanian
JENIS- SUB
- Pertambangan
JENIS
- Perkebunan DEMAN
INDUSTRI
- Perikanan D
TIDAK ADA DAFTAR POTENSIA
- Kehutanan SIDE
INDUSTRI L
- Dsb. 2. Karakteristik internal
(KBLI 5
2. Trend Industri Existing kebutuhan industri
Digits)
3. Alitran Barang dari dan ke Wilayah Studi (Literatur)
4. Pemikiran Out of the Box - Lahan
a. Locational Advantage - Air
b. Usul Pasar/Pakar - Energi
c. Usul Pejabat Kompeten - SDM
d. Produk-produk yang banyak - Poluted
dipasarkan di wilayah studi - Bangkitan Traffic
(a s/d d wawancara dan overview) - Sifat-sifat produk
VS (bulky, heavy or light,
RIPIN Halaman 136 & 139 + 33 s/d 47 padat / curah)
- Dsb. 33
C. ANALISIS SUPPLY VS DEMAND & PROYEKSI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI

Struktur dan
Pertumbuhan Sektor Penetapan
SUB SUPPLY SIDE Industri Setiap • SKENARIO
Kabupaten/Kota di • ASUMSI
WPPI
ADA / TIDAK
KENDALA-KENDALA
LOKASI DI MASING-
MASING KPI MODEL-MODEL
1. Lahan Terbatas EKONOMI DAN
2. Rawan Gempa PENGEMBANG
3. Berdekatan dengan AN WILAYAH
Permukiman (rawan
terhadap
pencemaran) OUPUT AKHIR
4. Ketersediaan Air
Terbatas PELUANG
1. Jenis dan Peluang
5. Tingkat Aksesibilitas JENIS INDUSTRI PERTUMBUHAN Pertumbuhan Industri
kurang lancar ANALISIS PROSPEKTIF DI SETIAP INDUSTRI setiap KPI
6. Dsb. SUPPLY SETIAP KPI PROSPEKTIF DI 2. Bentuk-Bentuk Lokasi
VS KABUPATEN/ SETIAP KPI Pengembangan di Setiap
KOTA DALAM KABUPATEN/KOTA KPI (: Non KI/ KI/ Sentra
DEMAND SETIAP WPPI DALAM WPPI
SUB DEMAND SIDE IKM)
JENIS & 3. Master Plan KI
KARAKTERISTIK 4. Feasibility Study KI
INTERNAL SETIAP
INDUSTRI POTENSIAL
SETIAP WPPI (PER
KABUPATEN/KOTA)

34
Metode Pendekatan
Jenis Data Data Sumber Teknik Pengumpulan
Kualitatif  RTRW Provinsi Jawa Tengah, RTRW Pemerintah Pusat (Kemenperin, Wawancara, observasi, survey
Kabupaten Pemalang Kemen PU, BKPM, Kemen LH & primer
 Karakteristik wilayah dan topografi Kehutanan, Kemen ATR, dll)
tanah dilokasi kawasan industri Pemerintah Daerah (Bappeda,
 Karakteristik industri lokal Disperindag, BKPMD, Pengelola
KI, Pengusaha Industri, Akademisi
dan sebagainya
Kuantitatif  Karakteristik wilayah dan topografi BPS atau instansi terkait yang Survey instansional, survey
(Statistik) tanah dilokasi kawasan industri mengeluarkan data statistik, primer
 Kebutuhan infrastruktur Pengelola KI
 Indikator-indikator finansial kawasan
industri
Spasial  Karakteristik wilayah dan topografi Instansi terkait yang memiliki (BIG, Survey instansional, survey
tanah dilokasi kawasan industri Bappeda, Kemen ATR, dsb) primer (pengukuran lahan)
 Tata guna lahan, vegetasi, iklim, sifat
fisik dan kimiawi tanah, profil fisik
kawasan industri, sistem drainase dan
kondisi jaringan utilitas misalnya
pasokan air bersih, listrik dan
telekomunikasi
Alur Studi Kelayakan Kawasan Industri
PENYUSUNAN STUDI
KELAYAKAN KAWASAN
INDUSTRI

PENENTUAN KRITERIA IDENTIFIKASI RENCANA


KAWASAN INDUSTRI LOKASI KEGIATAN KAWASAN
INDUSTRI

KRIYTERIA
ASPEK TEKNIS KONDISI KETERSEDIAAN
KONDISI FISIK SARANA & PRASARANA KONDISI SOSIAL & EKONOMI
KRIYTERIA
WILAYAH
TEKNIS

KRIYTERIA
SOSIAL
ANALISIS PENENTUAN LOKASI

KRIYTERIA
LINGKUNGAN

TIDAK LAYAK
KRIYTERIA KONDISI KETERSEDIAAN
ASPEK FINANSIAL KONDISI FISIK SARANA & PRASARANA KONDISI SOSIAL & EKONOMI
WILAYAH
KRIYTERIA
ASPEK
EKPONOMI
TEKNIS

KRIYTERIA PROSES PEMBOBOTAN


FINANSIAL ALTERNATIF LOKASI

LAYAK

LOKASI TERPILIH

KELAYAKAN KAWASAN
ANALISIS KELAYAKAN
INDUSTRI KABUPATEN
EKONOMI DAN FINANSIAL
PEMALANG

TAHAP SELANJUTNYA
PENYUSUNAN MASTERPLAN
DAN DED
Alur Masterplan Kawasan Industri
TAHAPAN PEKERJAAN FINALISASI
PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA TINJAUAN DAN ANALISIS KELAYAKAN
REKOMENDASI

PENGUMPULAN DATA
PENGUMPULAN DATA
SKUNDER PERENCANAAN TINJAUAN & ANALISIS
SKUNDER PERENCANAAN
SPATIAL RTRW PROV JAWA KEBIJAKAN SPATIAL WILAYAH
SPATIAL RTRW PROV JAWA
BARAT, RTRW KAB STUDI THD KAWASAN
TENGAH, RTRW KABUPATEN
INDRAMAYU, RTRW KAB INDUSTRI
PEMALANG
GARUT

PENGUMPULAN DATA
PENGUMPULAN DATA
SKUNDER PERENCANAAN TINJAUAN & ANALISIS ISU STRATEGIS KEBIJAKAN
SKUNDER PERENCANAAN
INVENTARISASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJPD PROV KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGAN KAWASAN
PEMBANGUNAN RPJPD PROV
PEMERINTAH PERIHAL JAWA BARAT, RPJPD KAB WILAYAH STUDI THD INDUSTRI DI WILAYAH STUDI
JAWA TENGAH, RPJPD KAB
KAWASAN INDUSTRI INDRAMAYU, RPJPD KAB KAWASAN STUDI
PEMALANG
GARUT

PEMAHAMAN
INVENTARISASI KEBIJAKAN PENGUMPULAN DATA TINJAUAN & ANALISIS
KERANGKA ACUAN
PEMERINTAH DAERAH INITIAL FINDING/ RISET SKUNDER DATA KEBIJAKAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
(KAK) ANALISIS KELAYAKAN
PROVINSI
JAWA BARAT,
JAWA TENGAH,
KAB DISAIN
DISAINFSKAWASAN
KAWASAN KAWASAN INDUSTRI DI WILAYH STUDI
INDRAMAYU,
KABUPATEN PEMALANG
KAB GARUT INDUSTRI
INDUSTRI
PEMALANG KEBIJAKAN DIWILAYAH STUDI

PEMANTAPAN
MOBILISASI TENAGA
AHLI
JADWAL RENCANA
KERJA INVENTARISASI KEBIJAKAN
INVENTARISASI KEBIJAKAN
SPATIAL RTRW PROV JAWA
SPATIAL RTRW PROV JAWA RENCANA IDENTIFIKASI
BARAT, RTRW KAB IDENTIFIKASI KONDISI
TENGAH, RTRW KAB DATA SKUNDER &
INDRAMAYU & RTRW KAB GEOGRAFIS, DAN TINJAUAN & ANALISIS KONDISI
PEMALANG PRIMRER
GARUT ADMINISTRASI WILAYAH KEWILAYAAN WILAYAH STUDI
PEMANTAPAN
STUDI POTENSI WILAYAH, SOSIAL
METODOLOGI
DAN KEPENDUDUKAN DI
INVENTARISASI WILAYAH STUDI
KEBUTUHAN DATA KESIMPULAN DAN
TINJAUAN & ANALISIS SOSIAL FINANSIAL ANALISIS
SKUNDER, PETA DAN IDENTIFIKASI DEMOGRAFI REKOMENDASI STUDI
& KEPENDUDUKAN DI PENGEMBANGAN KAWASAN
STUDI TERDAHULU DAN SOSIAL WILAYAH STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN
WILAYAH STUDI INUSTRI PEMALANG
KAWASAN
KAWASAN
INUSTRI
INUSTRI
PEMALANG
PRODUK KEGIATAN
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI STUDI
IDENTIFIKASI KONDISI FISIK TINJAUAN & ANALISIS POTENSI FISIK SUMBERDAYA ANALISIS KELAYAKAN
KELAYAKAN PENGEMBANGAN
DAN SUMBER DAYA ALAM KONDISI FISIK, LINGKUNGAN ALAM DAN LINGKUNGAN DI KESESUAIANLAHAN DI
KAWASAN INUSTRI PEMALANG
WILAYAH STUDI WILAYAH STUDI WILAYAH STUDI WILAYAH STUDI

ESTIMASI
LAND DEVELOPMENT COST
IDENTIFIKASI KONDISI TINJAUAN & ANALISIS ANALISIS KELAYAKAN ASUMSI DAN SCENARIO
KONDISI DAN POTENSI
EKONOMI WILAYAH POTENSI EKONOMI WILAYAH EKONOMI DI WILAYAH STUDI
EKONOMI DI WILAYAH STUDI
WILAYAH STUDI STUDI

IDENTIFIKASI TRANSPORTASI TINJAUAN & ANALISIS KONDISI DAN POTENSI ANALISIS KELAYAKAN
& INFRASTRUKTUR WILAYAH INFRASTRUKTUR WILAYAH DI INFRASTRUKTUR WILAYAH DI INFRATRUKTUR WILAYAH DI
WILAYAH STUDI WILAYAH STUDI WILAYAH STUDI WILAYAH STUDI
MENYUSUN KEBUTUHAN
MENYUSUN KEBUTUHAN RUANG
RUANG/TAPAK

Kerangka Penyusunan Studi Kelayakan


Kawasan Industri Pemalang
DELINIASI WILAYAH DI MENYUSUN ZONASI KAWASAN/
MENYUSUN BASIC DESAIN MENYUSUN ZONASI KAWASAN
WILAYAH STUDI BLOK PLAN

MENYUSUN KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR
LAPORAN
FGD FGD KONSEP LAPORAN
LAPORAN
PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR
ANTARA
AKHIR

. METODOLOGI - KONSEP KELAYAKAN KEBIJAKAN


- PENGUMPULAN DATA
. JADWAL & RENCANA KERJA - KONSEP KELAYAKAN KESESUAIAN LAHAN - KESIMPULAN & REKOMENDASI
MATERI/SUBTANSI PRIMER - TINJAUAN & ANALISIS
. RISET DESAIN - KONSEP KELAYAKAN EKONOMI - BASIC DESAIN
LAPORAN - PENGUMPULAN DATA - LAPORAN ANTARA
- RENCANA SURVEI - KONSEP KELAYAKAN INFRASTRUKTUR WILAYAH - LAPORAN AKHIR
SKUNDER
- LAPORAN PENDAHULUAN - KONSEP BASIC PLAN
Kerangka Penyusunan Masterplan
Kawasan Industri
Metode Pendekatan

Analisis aspek-aspek kajian yang minimal haru ada :


 Analisis peruntukan lahan kawasan industri yg mengacu pada dok tata ruang
 Identifikasi dan analisis aspek fisik lokasi kawasan industri;
 Identifikasi dan analisis aspek ekonomi, sumberdaya alam, SDM dan potensi pengembangan
industri;
 Menganalisis kelayakan teknis pembangunan kawasan industri
 Menganalisis kelayakan lingkungan, sosial, ekonomi dan finansial pembangunan kawasan
industri;
 Rekomendasi pembangunan kawasan industri
Pedoman Teknis Kawasan Industri
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 35/M-IND/PER/3/2010
Ruang lingkup Masterplan Kawasan Industri, antara lain :
1. Analisis dan Penataan Struktur Ruang
2. Penetapan Pola Ruang
• Penataan zoning/Kaveling
• Penataan tapak (site plan)
3. Perencanaan Prasarana dan Sarana Kawasan Industri
4. Tahapan Pengembangan

Pendekatan Pembangunan Industri di Indonesia


1. Pendekatan ekonomi yang digunakan untuk perencanaan kawasan industri
adalah pendekatan ekonomi makro dan pendekatan ekonomi lokal.
2. Pendekatan sosial yang dimaksud adalah menempatkan pembangunan
industri sebagai salah satu alat untuk pembangunan sosial bagi masyarakat
3. Pendekatan lingkungan bertujuan untuk melakukan pembangunan yang
berkelanjutan, artinya pembangunan yang dilakukan, dalam hal ini
pembangunan kawasan industri dilakukan untuk meningkatkan ekonomi
daerah dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan
Pendekatan Green Industry/Eco Industry
Pendekatan Ekologi industri merupakan pendekatan dengan multi disiplin ilmu yang membahas
masalah sistem industri, ektivitas ekonomi, dan hubungannya yang fundamental dengan alam.
Tujuan ekologi industri adalah untuk memajukan dan melaksanakan konsep – konsep
pembangunan berkelanjutan, baik secara global, regional, ataupun pada tingkat lokal, dengan
mencoba menemukan antara kebutuhan generasi sekarang dengan generasi yang akan datang.

3 prinsip kunci pembangunan yang berkelanjutan yang menjadi tujuan ekologi industri, yaitu :
1. Penggunaan Sumber Daya Alam Yang Berkelanjutan
2. Menjamin Mutu/Kualitas Hidup Masyarakat Sekitar
3. Memelihara Kelangsungan Hidup Ekologi Sistem Alami (Environmental Equity)
Muatan Rencana Komponen Kriteria Indikator

Kawasan Industri Muatan


Teknik
Rencana
yang harus
Standar :
Rencana Teknik Prasarana
Besaran ;
 Jaringan jalan primer dan sekunder terdiri
dimiliki oleh Lingkungan dari badan jalan, trotoar dan saluran air
Kawasan Iindustri hujan
 Lebar jaringan primer dan sekunder
sekurangnya 20 meter
 Ketentuan radius, tempat pertemuan
jalan harus mengikuti standar
perencanaan geomtri jalan
Rencana Teknik Jaringan Primer  Jaringan primer dan sekunder harus
dan Sekunder Darinase mempunyai daya tampung yang cukup
 Bisa dilakukan dengan sistem terbuka
maupun tertutup
 Memperhatikan elevasi dasar saluran atau
sungai yang ada untuk mengevaluasi
kapasitas sistem drainase
Rencana Pengelolaan Air  System pembuangan air limbah harus
Limbah mempunyai daya tampung yang cukup
 Bisa membuat system septic tank dan
bidang resapan bersama (terpadu) jika
untuk tiap rumah tidak memungkinkan
dengan jarang antara septic tank dan
resapan minimum 10 meter
Rencana Persampahan  Dalam pemilihan tempat perlu
memperhatikan faktor ; bau,
pengendalian penyebaran penyakit,
pengendalian kebakaran sampah dan
menjaga estetika lingkungan
 Alternatif system pengelolaan ; control
landfill, sanitary landfill
Rencana Utilitas Umum  Air bersih ; perlu memperhatikan sumber
air bersih, kebutuhan air bersih, kualitas
air bersih dan teknologi pengolahan air
bersih jika diperlukan
 Kran kebakaran ; perlu dipasang di
Kawasan Agroindustri dan komersial
kawasan, penempatan setiap 100 meter
untuk daerah komersial dan 200 meter
daerah perumahan
 Listrik ; sumber listrik dari jaringan PLN
dan sumber daya yang diusahakan
sendiri, jarang tinang rata-rata 40 meter
 Telepon ; jaringan telepon terintegrasi
dengan jaringan telepon regional
Struktur Pola Penggunaan Lahan Kawasan Industri
Struktur
Jenis
No Penggunaan Keterangan
Penggunaan
(%)
1 Kapling Industri Maksimal 70 % Setiap kapling harus mengikuti ketentuan BCR sesuai
dengan Perda setempat (60:40)

2 Jalan dan Sarana 8 12 % 1. Untuk tercapainya aksesibilitas di mana ada


jalan primer dan sekunder (skala pelayanan)
2. Tekanan gandar primer sebaiknya minumal 8
ton dan sekunder minimal 5 ton
3. Perkerasan jalan minimal 7 m
3 Ruang Terbuka Minimal 10 % Dapat berupa jalur hijau (green belt), taman dan
Hijau primer
4 Fasilitas Penunjang 6-12 % Dapat berupa kantin, gues house, tempat ibadah,
fasilitas olah raga, PMK, WWTP, GL Rumah Telkom dsb

Alokasi Peruntukkan Lahan Kawasan Industri


Luas Lahan Dapat Dijual (Maksimum 70 %) Jalan dan Ruang
Kapling Kapling Kapling Sarana Terbuka
Luas Kawasan Penunjang Hujau
Industri Komersial Perumahan
Industri (Ha) Lainnya (%)
(%) (%) (%)
Sesuai
10 - 20 65-70 Maks 10 Maks 10 Min 10
Kebutuhan
Sesuai
>20 - 50 65-70 Maks 10 Maks 10 Min 10
Kebutuhan
Sesuai
>50 - 100 60-70 Maks 12,5 Maks 15 Min 10
Kebutuhan
Sesuai
>100 - 200 50-70 Maks 15 Maks 20 Min 10
Kebutuhan
Sesuai
>200 - 500 45-70 Maks 17,5 10-25 Min 10
Kebutuhan
Sesuai
> 500 40-70 Maks 20 10-30 Min 10
Kebutuhan
Standar Kebutuhan
No Teknis Pelayanan Kapasitas Pelayanan Keterangan
1 Luas Lahan per Unit Usaha 0,3 - Ha 1) Rerata Industri manufaktur butuh lahan 1,34 Ha

Utilitas dan sarana 2) Perbandingan lebar :panjang 2:3 atau 1:2


dengan lebar minimum 18 m diluar GSB
3) Ketentuan KDB, KLB, GSJ & GSB disesuaikan
prasarana pendukung 2 Jaringan Jalan Jalan Utama
dengan Perda yang bersangkutan
2 jalur satu arah dengan lebar perkerasan 2 x 7 m
aktivitas industri atau 1 jalur 2 arah dengan lebar perkerasan
minimum 8 m
Jalan Lingkar 2 arah dengan lebar perkerasan minimum 7 m
3 Saluran Drainase Sesuai Debit Ditempatkan dikiri, kanan jalan utama dan jalan
lingkungan
4 Saluran Severage Sesuai Debit Saluran tertutup yang terpisan dari saluran
drainase
5 Air Bersih 0,55-0,75 l/det/ha Air bersih dapat bersumber dari PDAM maupun air
tanah yang dikelola sendiri oleh pengelola KL,
sesuai dengan peraturan yang berlaku

6 Listrik 0,5 - 0,2 MVA/Ha Bersumber dari Listrik PLN maupun Listrik Swasta
7 Telekomunikasi 4-5 SST/Ha 1. Termasuk faximile/telex
2. Telepon umum 1 SST/10 Ha
8 Kapasitas Kelola IPAL Standar Ifluent Kualitas parameter limbah cair yang berbeda di
atas standar influent yang ditetapkan wajib dikelola
terlebih dahulu oleh pabrik yang bersangkutan

BOD : 400-600 mg1


COD : 600-800 mg1
TSS : 400-600 mg1
pH : 4-10
9 Tenaga Kerja 90-110 TK/Ha
10 Kebutuhan Hunian 1,5 TK/unit hunian Hunian dapat berupa
1. Rumah Hunian
2. Mess/Domitori Karyawan
11 Bangkitan Transportasi Eksport = 3,5 TEUs/Ha/ton Belum termasuh angkutan buruh dan karyawan
Eksport = 3,0 TEUs/Ha/ton
12 Prasarana dan Sarana 1 bak sampah/kapling Perkiraan limbah padat yang dihasilkan adalah :4
Sampah (padat) m3/Ha/Hari
1 armada sampah/20 Ha
1 unit TPS/20 Ha
13 Kebutuhan Fasilitas Sesuai kebutuhan dengan 1. Dalam fasilitas komersial ini diperlukan
Komersial maksimum 20% luas lahan adanya suatu trade center sebagai tempat
untuk promosi dan pemasaran kawasan serta
produk-produk yang dihasilkan di dalam
kawasan
2. Kantor perijinan 1 atap
Matur Suwun
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai