Anda di halaman 1dari 41

INTERAKSI ANTIGEN –

ANTIBODI dan
IMMUNODIAGNOSTIK
- Sangat spesifik.
- Reaksi Ag-Ab ini menjadi dasar uji serologi untuk identifikasi
adanya Ag atau Ab.
- Kadang2 bisa terjadi reaksi silang ⭢ keterbatasan uji serologi.
- Mikroorganisme dan sel2 tubuh mempunyai banyak Ag
yang bervariasi ⭢ menginduksi antisera yang berisi
macam2 Ab
(polyclonal).
- Monoclonal Ab akan mengidentifikasi Ag yang spesifik.
- Monoclonal Ab adalah amat sangat spesifik untuk 1 macam
Ag.
Mengapa dilakukan uji serologi ?
1. Untuk mendiagnosa penyakit infeksi :
- Bila m.o. tsb tidak dapat dikultur (syphilis, hepatitis).
- Bila m.o. tsb terlalu berbahaya utk dikultur (rickettsial).
- Bila teknik kulturnya belum memungkinkan (HIV, EBV).
- Bila m.o. tsb memerlukan waktu lama utk
tumbuh (Mycoplasma).
2. Untuk mendiagnosa autoimmune diseases.
3. Untuk menentukan golongan darah, faktor Rhesus,
HLA type.
Tujuan uji serologi : untuk deteksi Ag atau Ab
secara kuantitatif.

Harus disiapkan Ag atau Ab yang murni


untuk dapat mendeteksi Ag atau Ab tertentu.

Harus ada kontrol positif dan negatif untuk


hasil yang lebih tepat.
Interaksi Ag-Ab dapat dibagi dalam 3 kategori :
1. Primer
yaitu suatu kejadian pengikatan molekul antigen
dengan molekul antibodi
🡒 tidak dapat dilihat
2. Sekunder
Interaksi Ag-Ab di sini dapat dilihat melalui
reaksi2 seperti presipitasi, aglutinasi, ELISA, dll
3. Tersier
Merupakan ekspresi biologik dari interaksi Ag-
Ab yang dapat berguna/menguntungkan atau
merusak/merugikan
INTERAKSI Ag – Ab IN VIVO :

1. Opsonisasi
2. Aktivasi sel yang dimediasi oleh Fc reseptor
3. Aktivasi komplemen jalur klasik dan alternatif
4. Netralisasi toxin
5. dll
Bahan yang akan
ditentukan : Konsentrasi
- Tinggi ⭢
PRESIPITASI
- Sedang ⭢ AGLUTINASI
- Rendah ⭢ PEM. LABEL :
1941 :
Imunofluoresen
ce
1960 : RIA
1971 : ELISA
IMUNOPRESIPITASI
Ab + Ag spesifik ⭢ kompleks tak larut
(presipitat) dipengaruhi :
- pH : netral 6 – 7,5 (terbaik)
- Suhu
- Perbandingan Ag – Ab (harus seimbang)
• Ag berlebih ⭢ Lattice formation negatif
•Ab berlebih ⭢ Lattice formation negatif
TUJUAN Precipitation Reaction :
# Untuk mendeteksi adanya Ag / Ab dalam sampel #

PRINSIP Precipitation Reaction :


•Setiap Ab mempunyai minimum 2 Ag binding site.
•Semua Ag mempunyai multiple sites untuk mengikat Ab.
•Ag dan Ab harus berada dalam keadaan “Optimum

proportion” supaya dapat mencapai “Zone of equivalent”.


Ada 3 macam reaksi presipitasi :
1. Presipitation in solution.
2. Presipitation in agar.
3. Presipitation in agar with an
electric field.
(Immunoelectrophoresis)
RADIAL IMMUNODIFFUSION :
DOUBLE IMMUNODIFFUSION OUCHTERLONY :
IMMUNOELECTROPHORESIS

Tujuan : untuk memisahkan molekul2, protein, asam nukleat dgn


aliran listrik dlm gel menurut ukuran & muatan
listriknya.

Prinsip : * media berupa agarose / polyacrylamide gel


* diletakkan pada buffered solution
* stained with coomassie blue utk protein,
ethidium bromide (fluorescent dye) utk nucleic
acid, atau radioactively labeled
AGLUTINASI
2 tahap : a. Fab menangkap Ag
b. Pembentukan Lattice

lg M (Pentamer) ⭢ lebih mudah aglutinasi dibandingkan lg G atau lg


A

- PROZONE / POSTZONE PHENOMENA :


tjd aglutinasi tidak lengkap
misal : - pengenceran serum terlalu rendah
- kadar Ag terlalu tinggi
Ab berlebih = Ab excess = Prozone phenomenon
Ag berlebih = Ag excess = Postzone
phenomenon Seimbang = zona equivalence
MACAM REAKSI
AGLUTINASI
A. Aglutinasi Direk :: Ag berupa partikel berikatan dg
Ab contoh : Slide agglutination
B. Aglutinasi Indirek (Aglutinasi Pasif)
- Ag/Ab larut dilekatkan/dicoating pada carrier,yg berupa suatu partikel
untuk mendeteksi Ab/Ag tertentu dalam sampel.
Carrier : erythrosit, latex microsphere, bentonit

Contoh2 Indirect Agglutination :


1. Hemagglutination (mis : blood typing, Rhesus factor)
2. Indirect hemagglutination
Misal : RBC domba di coated dg Treponema pallidum Ag, bila
ditambah antiserum yg mengandung anti Treponema pallidum akan tjd
aglutinasi.
PRESIPITAS VS AGLUTINASI
I Molekul yang larut
-Ag adl. - Ag berupa partikel tidak larut
(SOLUBLE) yang besar (INSOLUBLE), contoh :
bakteri,
erythrosit,atau partikel inert yg
dicoated dg Ag (latex,bentonit,dll)

- Kisi yang terbentuk harus cukup -Relatifbutuh lebih sedikit molekul Ab


besar agar agregat dapat dilihat untuk membentuk agregat yang dapat
dilihat

- Perlu lebih banyak Ab - Lebih sensitif untuk deteksi Ab

-Zat yang bereaksi (Reaktan) harus


optimal
COMPLEMENT FIXATION TEST :
IMUNOFLUORESENCE (Fluorescent Antibody
technique)
-1941 COONS ⭢ Ab dilabel fluoresen untuk menentukan lokalisasi
Ag dalam jaringan.
- Fluoresen ada 2 macam :
• Rhodamine : merah
• Fluorescein Isothiocyanate : hijau
(FITC)
Akan berpendar di bawah sinar UV
dg mikroskop fluorescent.

- Ada 2 macam metode :


• Direk Imunofluoresen (DFA) utk
mengidentifikasi adanya Ag.
• Indirek Imunofluoresen (IFA) utk
mengidentifikasi adanya Ab.
FA technique digunakan utk diagnosa infeksi2 virus dan penyakit2 parasit
tertentu.
ELISA (Enzym Linked Immunosorbent
-Assay)
menentukan Ab / Ag dalam
sampel
- kwantitatif (titer)
- Kwalitatif

Macam tes ELISA :


1. Label pada Ag
- kompetitif ELISA

2. Label pada Ab :
- Double Ab sandwich ELISA

3. Label pada Antiglobulin :


- Indirect ELISA (penentuan
Ab)
IMMUNOFIXATION (IMMUNOBLOTTING) :

- Serum referensi dipisahkan melalui elektroforesis dan


dicat.
- Sumuran yang lainnya diisi dengan serum yang akan
diperiksa, yang diduga mengandung antisera
tertuju, kemudian dilihat yang mana yang bereaksi
terhadap protein yang ada di serum referensi
tersebut.
WESTERN BLOT TECHNIQUE :
Tujuan :
Untuk mengidentifikasi protein2 dalam sampel.

Teknik ini biasa digunakan dalam penelitian, terutama utk virus.


Penggunaannya dlm klinik terutama utk mengidentifikasi
antibodi HIV dalam serum / plasma penderita.
Karena biaya yg dibutuhkan mahal & pengerjaannya yg
memerlukan ketrampilan khusus drpd uji serologi yg lain, maka
teknik ini hanya digunakan utk konfirmasi hasil dari sampel yg
telah diuji saring
/screening menggunakan ELISA & menunjukkan hasil yg positif.

Anda mungkin juga menyukai