Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Kebahasaan
Teks Cerita
Sejarah
XII MIA/IIS
Perbandingan Teks Cerita Sejarah dan Novel Sejarah
No Teks Cerita Sejarah Novel Sejarah
1. Cerita merupakan fakta dan benar-benar terjadi. Cerita merupakan hasil imajinatif atau rekaan penulis.
2. Penulis cerita terikat pada suatu keharusan, yaitu bagaimana Penulis bebas untuk menciptakan cerita dengan imajinasinya
sesuatu sebenarnya terjadi di masa lampau, artinya cerita mengenai apa, kapan, siapa, dan dimananya cerita.
tidak dapat ditambah-tambah atau direka.
3. Hubungan antara fakta dalam cerita sejarah perlu Faktor perekayasaan pengaranglah yang mewujudkan cerita
direkonstruksi. Penulis perlu menunjukkan bahwa yang ada sebagai suatu kebulatan atau koherensi.
sekarang dapat dilacak eksistensinya di masa lampau. Hal itu
berguna sebagai bukti atau saksi dari apa yang direkonstruksi
mengenai kejadian di masa lalu.
4. Penulis sangat terikat mengenai fakta apa, siapa, kapan, dan Penulis tidak terikat pada fakta-fakta sejarah mengenai apa,
dimana peristiwa sejarah terjadi. siapa, kapan, dan dimana. Semuanya merupakan fiksi tanpa
ada kaitannya dengan fakta sejarah tertentu. Begitu juga dngan
peristiwanya tidak diperlukan bukti atau saksi sejarah.
5. Pelaku, kondisi, dan situasi hidup masyarakat harus sesuai Pelaku, kondisi, dan situasi hidup masyarakat adalah hasil
dengan kenyataan yang terjadi. imajinasi.
Kaidah/Ciri Kebahasaan
Menggunakan pronomina atau kata
01 ganti
04 Frasa Verba
Kaidah/Ciri Kebahasaan
Menggunakan kata keterangan (tempat,
05 waktu, dan sifat)
Pronomina penanya adalah kata ganti yang digunakan untuk bertanya. Dari segi
maknanya, yang ditanyakan dapat mengenai orang, barang, pilihan, sebab, waktu, tempat,
cara, dan jumlah atau urutan
Misalnya: apa, kapan, mengapa, siapa, bagaimana, berapa, di mana, ke mana.
Siapa tokoh yang mencetuskan lahirnya Boedi Utomo?
Bagaimana Ia dapat menentang perintah Raja.
Bagaimanapun Jansen merupakan anak dari kedua orang tuanya.
Siapa sangka Devin ternyata merupakan keturunan dari Raja Cirebon.
Kalimat yang menyatakan peristiwa
masa lampau
Contoh:
Sultan Hasanuddin wafat pada tahun 1570 dan digantikan putranya
Maulana Yusuf. Ia berhasil mengalahkan Kerajaan Sunda yang
masih menganut agama Hindu. Sejak itulah, Islam berkembang di
Jawa Barat. Adapun, rakyat yang tidak mengikuti ajaran Islam
menyingkir ke daerah pedalaman dan mengikuti kepercayaan asal
mereka.
Frasa Verba
Frasa (dua kata) yang unsur intinya berupa kata kerja, sedangkan unsur
lainnya merupakan keterangan.
Misalnya: sedang berunding, bekerja keras
Contoh:
Belanda sedang berunding di Benteng Sao Paulo.
Kata Keterangan
Teks cerita sejarah juga menggunakan fungsi keterangan tempat
dan waktu (frasa adverbial). Hal tersebut sesuai dengan teks
cerita sejarah sebagai teks naratif yang selalu menghadirkan
latar, penokohan, dan alur.
Contoh:
Kerajaan yang bercorak Islam pertama di Sulawesi berdiri di
daerah Makassar. Ada dua kerajaan di sana: Kerajaan Gowa
dan Kerajaan Tallo. Raja Gowa bernama Daeng Manrabia. Ia
bergelar Sultan Alauddin. Raja Tallo bernama Karaeng
Matoaya. Ia bergelar Sultan Abdullah. Pada Abad ke-17,
kedua raja tersebut sudah memeluk agama Islam.
Selain keterangan tempat dan waktu, dalam teks cerita sejarah
terdapat keterangan sifat (frasa adjektiva).
Misalnya: baik-baik, sangat gagah, sangat besar, sangat gelisah,
tidak sakit, sangat berani, gadis kecil,
Contoh:
Awalnya Portugis datang baik-baik untuk melakukan
perdangangan dengan Kerajaan Ternate.
Raja menentang Portugis dengan sangat berani.
Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal adalah kata hubungan yang berkenaan
dengan urutan waktu baik dalam kalimat maupun antarkalimat.
Misalnya: kemudian, lalu, setelah.
Contoh:
Pangeran Hadiwijoyo dinobatkan sebagai Raja Pajang oleh
Sunan Giri. Salah seorang menantunya, yaitu Ki Gede
Pamanahan dihadiahi daerah Mataram. Daerah Mataram pun
kemudian berkembang dengan pesat. Putra Ki Gede Pamanahan,
Panembahan Senopati, menjadi seorang panglima perang yang
disegani. Ia kemudian meneruskan kekuasaan ayahnya di
Mataram.
Konjungsi Kausalitas
Konjungsi kausalitas adalah kata penghubung yang menyatakan sebab
akibat.
Misalnya: karena, sebab, karena itu, oleh karena itu.
Contoh:
1. Kerajaan Mataram pun menghormatinya karena di kerajaan Islam
itu berperan pula seorang wali, yakni Syeikh Syarif Hidayatullah
atau Sunan Gunung Jati.
2. Karena itu, kedudukan sultan diserahkan kepada Pangeran
Sabakingking atau yang bergelar Sultan Maulana Hasanuddin.
3. Karena perselisihan dalam keluarga, pada abad ke-17, sultan
Cirebon pecah menjadi dua, yakni Kasepuhan dan Kanoman.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua pola
kalimat atau dua klausa.
Contoh:
Gubernur Portugis De Mesquita menangkap dan menawan
Sultan Hairun
Ketika usia Sunan Gunung Jati Sudah menua, Kesultanan
Cirebon diserahkan kepada putranya Pangeran Muhammad
Arifin.
1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa
atau lebih yang berhubungan secara koordinatif. Klausa yang ada di
dalam kalimat majemuk setara memiliki kedudukan setara.
Kata Pengubungnya: dan, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi,
sedangkan, melainkan, sebaliknya, bahkan, malahan.
Contoh:
- Gubernur Portugis De Mesquita menangkap dan menawan
Sultan Hairun.
2. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa atau lebih
yang berhubungan secara subordinatif atau kedudukan klausa yang membangunnya
tidak setara atau dengan kata lain klausa yang satu merupakan bagian dari klausa
lainnya.
Kata penghubungnya: Saat, ketika, semenjak, agar, supaya, meskipun, seandainya,
jika, apabila, sebab, karena, bahwa.
Contoh :
1. Raja rajin bersemedi agar ia memperoleh ilmu kesaktiannya.
2. Ketika usia Sunan Gunung Jati Sudah menua, Kesultanan Cirebon diserahkan
kepada putranya Pangeran Muhammad Arifin.
Kisi-kisi PH 2