Anda di halaman 1dari 28

PERTEMUAN KE 11

AKUTANSI BAHAN
BAKU
WASINININGSIH S.E.M.Ak
1.Mengenali Dua Aspek Dasar C
Pengendalian Bahan Baku O
2.Prosedur Pemesanan Bahan
N
Baku
3.Metode Penentuan Persediaan T
akhir (Bahan Baku) E
4.Bahan Sisa, Produk Rusak dan
N
Produk Cacat
T
PENGENDALIAN BAHAN BAKU
• Limited access (akses terbatas)
Hanya pegawai tertentu yang diperbolehkan
untuk masuk ke area gudang.
• Segregation of duties (pemisahan tugas)
Pembagian tugas pekerja bisa meminimalisir
kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan
aset.
• Accuracy in recording (keakuratan pencatatan)
Sistem pengendalian bahan baku akan efektif,
dengan syarat pencatatan transaksi pembelian
dan pengeluaran bahan baku dilakukan secara
akurat.
CONTROLLING INVESTASI BAHAN
BAKU
• Mengatur kualitas bahan baku mentah yang
tepat merupakan salah satu objek paling
penting dari pengendalian bahan baku
• Suatu persediaan memiliki ukuran yang
cukup dan beragam harus ada pengaturan
agar operasi kegiatan usaha bisa efisien
• Manajemen harus mempertimbangkan
kebutuhan modal kerja lainnya dalam
menentukan tingkat persediaan.
• Dibutuhkan perencanaan dan pengendalian
yang cukup
ORDER POINT

Order Point adalah saat atau


titik dimana pemesanan harus
diadakan sehingga kedatangan atau
penerimaan bahan tepat pada
waktunya dimana jumlah
persediaan sama dengan safety
stock.
ECONOMIC ORDER QUANTITY
(EOQ)

Economic order quantity


(EOQ) adalah jumlah pemesanan
paling ekonomis, yaitu jumlah
pembelian barang yang dapat
meminimalkan jumlah biaya
pemeliharaan barang dari gudang dan
biaya pemesanan setiap tahun.
UNSUR BIAYA YANG MEMBENTUK HARGA
POKOK BAHAN BAKU

Harga pokok bahan baku


terdiri dari harga beli (harga yang tercantum
dalam faktur pembelian) ditambah dengan
biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku
tersebut dalam keadaan siap untuk diolah
(biaya overhead pabrik).
Dalam membeli bahan baku, perusahaan
juga mengeluarkan uang untuk biaya
angkutan. Perlakuan biaya angkutan dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Biaya angkutan diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok bahan baku yang
dibeli.
b. Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai
tambahan bahan baku yang di beli, namun
diperlakukan sebagai unsur biaya overhead
pabrik.
Metode penentuan persediaan akhir

FIFO (FIRST IN FIRST OUT)

Mengasumsikan persediaan yang


digunakan diambil dari persediaan
yang paling awal masuk gudang.
Persediaan yang digunakan dinilai
dengan harga persediaan yang lebih
dulu masuk.
CONTOH
Dengan menggunakan metode penentuan persediaan FIFO,
maka perhitungannya adalah sbb:
LIFO (LAST-IN,FIRST-OUT)

Mengasumsikan persediaan yang


digunakan diambil dari persediaan
yang paling akhir masuk gudang.
Persediaan digunakan dinilai
dengan harga persediaan yang
paling akhir masuk.
Berdasarkan contoh soal pada slide sebelumnya, kita akan
menghitung persediaan dengan metode LIFO,maka
perhitungannya adalah sbb:
Rata-Rata bergerak (Moving Average)

Mengasumsikan persediaan yang


digunakan diambil dari campuran
persediaan di gudang dari pembelian
yang lebih awal dan yang lebih akhir.
Persediaan yang digunakan dinilai dengan
harga rata-rata saldo persediaan saat
pengeluaran.
Berdasarkan contoh soal pada slide sebelumnya, kita akan
menghitung persediaan dengan Metode Rata-Rata
Bergerak (Moving Average),maka perhitungannya adalah sbb:
SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS)
Sisa bahan adalah sisa bahan yang sudah tidak bisa
digunakan untuk membuat barang jadi yang terjadi karena sifat alami
proses produksi. Bentuk bahan sisa sama dengan bentuk bahan, hanya
berbeda ukuran.
Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa
bahan itu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya tidak
dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualan.

Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Jika bahan terjual dengan tidak mengetahui market value, jurnalnya:


Tetapi jika harga jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat
jumlah dan harga jual sisa bahan tersebut dalam kartu
persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh
Bagian produksi ke Bagian Gudang.
PRODUK RUSAK (SPOILED
GOODS)
Produk rusak adalah produk yang tidak
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang
secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi
produk baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan,
karena produk rusak telah menyerap biaya bahan,
biaya kerja dan biaya overhead pabrik.

Perlakuan terhadap produk rusak tergantung dari sifat dan sebab


terjadinya:
1. Jika karena sulitnya pengerjaan pesanan atau faktor luar
biasa lainnya, harga pokok produk rusak dibebankan sebagai
tambahan harga pokok produk.
2. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi, maka
kerugian yang timbul dibebankan kepada produksi secara
keseluruhan
Contoh
PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)

Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi


standar mutu yang telah ditentukan. Tapi jika perusahaan
mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat
disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.

Jika produk cacat bukan merupakan suatu hal yang terjadi


dalam proses produksi, tapi karena karakteristik pengerjaan,
maka biaya pengerjaan kembali dibebankan sebagai tambahan
biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
Jika produk cacat merupakan suatu hal yang biasa terjadi
dalam proses pengerjaan produk, maka biaya pengerjaan
dibebankan kepada seluruh produksi dengan cara
memperhitungkan biaya pengerjaan tersebut ke dalam tarif
biaya overhead pabrik.
Contoh
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai