Anda di halaman 1dari 36

QUALITY ASSURANCE

NS. Indragaffar
Quality Assurance / menjaga mutu
Quality assurance, yaitu membandingkan antara
standart yang telah ditetapkan dengan hasil
yang dicapai dengan menilai, memantau atau
mengatur pelayanan yang berorientasi pada
klien meliputi aspek struktur, proses dan
outcome
(Nurachmah, 2001).
Struktur adalah :
* Kewajaran, Kuantitas, Efisien
• sarana fisik,
• perlengkapan dan peralatan organisasi
• manajemen,
• keuangan,
• SDM dan sumber daya yang lain.
Proses adalah :
* Relevansi, Efektifitas
• kegiatan dokter,
• kegiatan perawatan,
• kegiatan administrasi pasien
• Out come adalah :
* Hasil segera, Hasil jangka panjang
– out come jangka pendek meliputi sembuh dari
sakit, cacat dan lain-lain.
– Out come jangka panjang meliputi kemugkinan-
kemungkinan kambuh, kemungkinan sembuh di
masa datang.
Aspek Mutu
• Aspek klinis
• Aspek efisiensi dan efektifitas
• Aspek keselamatan pasien
• Aspek kepuasan pasien
1. Aspek klinis
1. Angka infeki nosokomial
2. Angka kematian rumah sakit
3. Kasus kelainan neurology yang timbul selama
pasien dirawat
4. Timbulnya dekubitus selama perawatan
5. Indikasi operasi tidak tepat
6. Salah yang dioperasi
7. Kesalahan teknik operasi
8. Komplikasi pembedahan
Lantj. Aspek klinis
9. Perbedaan antara diagosa pra bedah dengan
penemuan patologi anatomi pasca bedah
10. Operasi ulang untuk menanggulangi penyulit
11. Infeksi pasca bedah
12. Kematian karena operasi
13. Reaksi obat
14. Komplikasi pengobatan intravena
15. Reaksi transfusi
16. Angka Section Caesar yang tidak wajar tingginya
17. Angka kematian ibu melahirkan
2. Aspek efisiensi dan efektifitas
Pelayanan yang murah, tepat guna, tak ada diagnosa dan terapi berlebihan

• Pasien menunggu terlalu lama di kamar operasi, kamar


rontgen dan lain-lain sebelum ditolong
• persiapan dikamar bedah, kamar bersalin tidak baik
• Masalah dengan logistik kamar bedah, ruang perawatan,
kamar bersalin
• Masalah pemakaian obat
• Masalah lamanya pasien dirawat
• Masalah dengan prasarana (listrik, air, instalasi gas
• Masalah teknis dengan alat-alat dan perlengkapan;
• Masalah dengan sumber daya manusia
• Prosedur administrasi yang rumit
3. Aspek Keselamatan Pasien
• Pasien terjatuh dari tempat tidur, dikamar mandi, toilet
• Pasien diberi obat yang salah
• Pasien lupa diberi obat
• Tidak ada alat atau obat emergency ketika dibutuhkan
• Tidak dilakukan cross match pada pasien yang ditranfusi
• Tidak ada oksigen ketika dibutuhkan
• Infeksi nasokomial
• Section pump yang tidak berfungsi dengan baik
• Alat anesthesia tidak berfungsi baik
• Alat pemadam kebakaran tidak tersedia
• Tidak ada rencana penanggulangan bencana
4. Askep kepuasan pasien :
kenyamanan, keramahan dan kecepatan pel.

• Jumlah keluhan dari pasien dan keluarga


• Hasil penilaian dengan kusioener atau survay
tentang derajat kepuasan pasien
• Kritik dalam kolom surat pembaca /koran
• Pengaduan mal praktek
• Laporan dari staf medik dan perawatan
tentang kepuasan pasien
Mutu Yang Baik
• Tersedia dan terjangkau
• Tepat kebutuhan
• Tepat sumber daya
• Tepat standart / etika profesi
• Wajar dan aman
• Mutu memuaskan bagi pasien yang dilayani
Pentingnya Quality Assurance
• Bagi rumah sakit
• Bagi pasien
• Bagi tim kesehatan
• Bagi pemerintah
Bagi Rumah Sakit

• Persaingan antar rumah sakit memerlukan


pelayanan bermutu agar mampu bertahan,
• kemajuan teknologi yang canggih memerlukan
pemilihan yang tepat dan rasional antara
mutu pelayanan dan biaya.
Bagi Pasien
• Pasien semakin kritis,
• mengerti akan hak mendapat pelayanan yang
aman dan memuaskan.
• hak memilih, maka mutu pelayanan akan
merupakan salah satu sebab dipilihnya rumah
sakit tertentu
Bagi tim pelayanan kesehatan

• standart profesi yang telah ditentukan


• asumsi dan tuntutan hukum yang semakin
gencar
• kesembuhan pasien tidak hanya oleh obat,
tetapi juga oleh factor lain yang terkait
Bagi Pemerintah

• Pemerintah berusaha atas standart minimal


pelanggaran maka pemantauan mutu yang
baik akan bermanfaat dalam memutuskan
salah benarnya tindakan
Kualitas Pelayanan Keperawatan

• pengelolaan asuhan keperawatan secara


professional yang memfokuskan pada
kebutuhan pasien dan keluarganya (klien)
dengan intervensi yang melandaskan pada
ilmu keperawatan
Komponen kualitas pel. Kep sd/ pemberian
proses keperawatan :
• Terlihat sikap caring ketika memberikan
asuhan keperawatan kepada klien
• Hubungan perawat-klien yang terapeutik shg
efektifitas intervensi meningkat
• Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
klien, karena rangkaian kegiatan keperawatan
diorientasikan kepada klien
• Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain.

• pengendalian manajemen adalah proses untuk
memastikan bahwa aktivitas sebenamya sesuai
dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian
penampilan,
• langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian / pengontrolan meliputi :
– Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur
prestasi kerja
– Melakukan pengukuran prestasi kerja
– Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
– Mengambil tindakan korektif
• Peralatan atau instrumen dipilih untuk
mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan
standar yang telah ditetapkan
• Audit merupakan penilaian pekerjaan yang
telah dilakukan.
• Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu
– Audit struktur
– Audit proses
– Audit hasil
Audit Struktur
• berfokus pada sumber daya manusia,
• lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik,
peralatan,
• organisasi,
• kebijakan,
• SOP
• rekam medik
Standar dan indikator diukur dengan
menggunakan cek list
Audit proses
• merupakan pengukuran pelaksanaan
pelayanan keperawatan untuk menemukan
apakah standar keperawatan tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat:
– Restropektif adalah audit dengan menelaah
dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan.
– Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan
keperawatan sedang berlangsung.
– Peer review adalah umpan balik sesama anggota
tim terhadap pelaksanaan kegiatan
Audit hasil
• adalah audit produk kerja yang dapat berupa :
– Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien
dan kepuasan.
– Kondisi SDM dapat berupa efektivitas dan efisiensi
serta kepuasan.
– indikator mutu umum dapat berupa BOR, ALOS,
TOI, Angka infeksi nosokomial (NI), angka
dekubitus dan sebagainya
Indikator mutu umum :

• Penghitungan lama hari rawat ( BOR )


• Penghitungan rata-rata lama di rawat
( ALOS )
• Penghitungan lama tempat tidur tidak
terisi ( TOI )
Indikator mutu rumah sakit :
• Penghitungan pasien dengan decubitus
• Penghitungan pasien infeksi saluran kemih
• Penghitungan pasien infeksi luka operasi
• Penghitungan pasien infeksi luka infus
Kondisi Pasien
• Audit dokumentasi asuhan keperawatan
• Survey masalah baru
• Kepuasan pasien dan keluarga
• Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
Kondisi SDM
• Kepuasan tenaga kesehatan : perawat, dokter
• Penilaian kinerja perawat
BOR
(Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

• Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian


tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
• Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
• Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI, 2005).
Rumus :
BOR =
(Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat
tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%
AVLOS (Average Length of Stay =
Rata-rata lamanya pasien dirawat)
• adalah rata-rata lama rawat seorang pasien Depkes RI
(2005).
• Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut.
• Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes, 2005), Rumus :
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)
TOI
(Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
• adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnyaDepkes RI (2005) .
• Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur.
• Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari
perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +mati)
BTO
(Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

• adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada


satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Depkes RI
(2005)
• Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-
rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
BTO =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah
tempat tidur
NDR (Net Death Rate)
• adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.
Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit. Depkes RI (2005)
Rumus :
NDR =
(Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien
keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
GDR (Gross Death Rate)
• adalah angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar. Depkes RI (2005)
Rumus :
GDR =
( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah
pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai