Anda di halaman 1dari 32

INFEKSI

NOSOKOMIAL

VERA BAHAR
PENDAHULUAN
 Infeksi yang muncul selama seseorang
tersebut dirawat di rumah sakit dan
mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial
 ‘Infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang
terdapat dalam sarana kesehatan.
 Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah
sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi.
 Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun akibat
infeksi nosokomial.
 Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah
sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat – 1,4
juta infeksi setiap tahun.
 Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit
di DKI Jakarta, pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8
persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru
selama dirawat.
 Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh WHO
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari
14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia
Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi
nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%.
 Secara umum infeksi nasokomial adalah
infeksi yang didapatkan penderita selama
berada di Rumah sakit.
 Infeksi nosokomial sukar diatasi karena
sebagai penyebabnya adalah
mikroorganisme/bakteri yang sudah resisten
terhadap antibiotik.
 Bila terjadi infeksi nosokomial, maka akan
terjadi penderitaan yang berkepanjangan
serta pemborosan waktu serta pengeluaran
biaya yang bertambah tinggi kadang-kadang
kualitas hidup penderita akan menurun.
 Infeksi nosokomial disamping
berbahaya bagi penderita, juga
berbahaya bagi lingkungan baik selama
dirawat di rumah sakit ataupun di luar
rumah sakit setelah berobat jalan.
 Dengan pengendalian infeksi
nosokomial akan menghemat biaya dan
waktu yang terbuang.
KRITERIA INFEKSI NOSOKOMIAL

 Infeksi nosokomial disebut juga Hospital


Acquired Infection apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak
dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.
Pada waktu penderita mulai dirawat tidak
dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
Tanda-tanda infeksi tersebut baru muncul
sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai
dirawat.
Infeksi tersebut bukan merupakan
sisa (residual) infeksi sebelumnya.
Bila pada saat mulai dirawat di RS
sudah ada tanda-tanda infeksi,
tetapi terbukti bahwa infeksi didapat
penderita pada perawatan
sebelumnya dan belum pernah di
laporkan sebagai infeksi
nosokomial.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
 Terdiri atas 2 bagian besar ;
Faktor Endogen :
○ Umur
○ Seks
○ Penyakit penyerta
○ Daya tahan tubuh
○ Kondisi lokal
Faktor Eksogen :
○ Lama penderita dirawat
○ Kelompok yang merawat
○ Alat medis
○ lingkungan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMUNGKINKAN
TERJADI INFEKSI NOSOKOMIAL

 Faktor diri pasien sendiri


 Faktor petugas/perawat
 Faktor pasien lain yang dirawat bersamaan
 Faktor keluarga pasien yang datang
berkunjung
 Faktor peralatan yang dipakai di ruang
perawatan / poliklinik
 Faktor makanan
 Faktor lingkungan
Rantai penularan
 Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi
Nosokomial
Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam
mikroorganisme selama ia rawat di
rumah sakit. Kemungkinan terjadinya
infeksi tergantung pada:
• karakteristik mikroorganisme,
• resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
• tingkat virulensi,
• dan banyaknya materi infeksius.
 Semua mikroorganisme termasuk bakteri,
virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini
dapat disebabkan oleh mikroorganisme
yang didapat dari orang lain (cross infection)
atau disebabkan oleh flora normal dari
pasien itu sendiri (endogenous infection).
 Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah
sakit ini lebih disebabkan karena faktor
eksternal, yaitu penyakit yang
penyebarannya melalui makanan dan udara
dan benda atau bahan-bahan yang tidak
steril.
1. Bakteri
 Bakteri dapat ditemukan sebagai flora
normal dalam tubuh manusia yang sehat.
Keberadaan bakteri disini sangat penting
dalam melindungi tubuh dari datangnya
bakteri patogen. Tetapi pada beberapa
kasus dapat menyebabkan infeksi jika
manusia tersebut mempunyai toleransi
yang rendah terhadap mikroorganisme.
Contohnya; Escherichia coli paling banyak
dijumpai penyebab infeksi saluran kemih.
 Bakteri patogen lebih berbahaya dan
menyebabkan infeksi baik secara
sporadik maupun endemik. Contoh :
• Anaerobik Gram-positif, Clostridium
gangren
• Bakteri gram-positif: Staphylococcus
aureus yang menjadi parasit di kulit dan
hidung gangguan pada paru, tulang,
jantung dan infeksi pembuluh darah
serta seringkali resisten terhadap
antibiotika.
 Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae,
contohnya Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas
seringkali ditemukan di air dan
penampungan air infeksi di saluran
pencernaan dan pasien yang dirawat.
Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab
sekitar setengah dari semua infeksi di
rumah sakit.
• Serratia marcescens infeksi serius
pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum
2. Virus
o Banyak kemungkinan infeksi nosokomial
disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk
virus hepatitis B dan C dengan media penularan
dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.
o Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan
enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan
ke mulut atau melalui rute faecal-oral.
o Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian
jarum suntik, dan transfusi darah. Virus lain yang
sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes
simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga
dapat ditularkan
3. Parasit dan Jamur
 Beberapa parasit seperti Giardia lamblia
dapat menular dengan mudah ke orang
dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur
dan parasit dapat timbul selama pemberian
obat antibiotika bakteri dan obat
immunosupresan, contohnya infeksi dari
Candida albicans, Aspergillus spp,
Cryptococcus neoformans,
Cryptosporidium.
 Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi
tingkat toleransi dan respon tubuh pasien
dalam hal ini adalah:
• Umur
• status imunitas penderita
• penyakit yang diderita
• Obesitas dan malnutrisi
• Orang yang menggunakan obat-obatan
immunosupresan dan steroid
• Intervensi yang dilakukan pada tubuh
untuk melakukan diagnosa dan terapi
 Resistensi Antibiotika
Penggunaan antibiotika yang terus-
menerus ini justru meningkatkan
multipikasi dan penyebaran strain yang
resistan. Penyebab utamanya karena:
• Penggunaan antibiotika yang tidak
sesuai dan tidak terkontrol
• Dosis antibiotika yang tidak optimal
• Terapi dan pengobatan menggunakan
antibiotika yang terlalu singkat
• Kesalahan diagnosa
 Faktor alat
 Dari suatu penelitian klinis, infeksi
nosokomial terutama disebabkan
infeksi dari kateter urin, infeksi
jarum infus, infeksi saluran nafas,
infeksi kulit, infeksi dari luka
operasi dan septikemia
 Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa
gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi
tersebut berupa:
 Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan
sekitar insersi kanula
 Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana
mestinya tanpa dapat dideteksi adanya gangguan lain
 Plebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri
sepanjang vena
 Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang
pembuluh vena yang menghambat aliran infus
 Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan
mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam
pembuluh darah
 Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
 Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi
kanul
PENCEGAHAN TERJADINYA
INFEKSI NOSOKOMIAL
 Pencegahan dari infeksi nosokomial ini
diperlukan suatu rencana yang
terintegrasi, monitoring dan
program yang termasuk:• Membatasi
transmisi organisme dari atau antar
pasien dengan cara mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan, tindakan
septik dan aseptik, sterilisasi dan
disinfektan.
 Mengontrol resiko penularan dari
lingkungan.• Melindungi pasien dengan
penggunaan antibiotika yang adekuat,
nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.•
Membatasi resiko infeksi endogen
dengan meminimalkan prosedur invasif.
• Pengawasan infeksi, identifikasi
penyakit dan mengontrol penyebarannya
.
 DEKONTAMINASI TANGAN
Transmisi penyakit melalui tangan dapat
diminimalisasi dengan menjaga higiene dari
tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit
dilakukan dengan benar, karena banyaknya
alasan seperti kurangnya peralatan, alergi
produk pencuci tangan, sedikitnya
pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan
waktu mencuci tangan yang lama.
Selain itu, penggunaan sarung tangan sangat
dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau
pemeriksaan pada pasien dengan
penyakit-penyakit infeksi.
 Hal yang perlu diingat adalah:
Memakai sarung tangan ketika akan
mengambil atau menyentuh darah,
cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin
, membran mukosa dan bahan yang
kita anggap telah terkontaminasi, dan
segera mencuci tangan setelah
melepas sarung tangan.
 Instrumen yang sering digunakan Rumah
Sakit
Untuk mencegah penyebaran penyakit
melalui jarum suntik maka diperlukan:
• Pengurangan penyuntikan yang kurang
diperlukan
• Pergunakan jarum steril
• Penggunaan alat suntik yang disposabel.
 Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit
yang ditularkan melalui udara. Begitupun
dengan pasien yang menderita infeksi saluran
nafas, mereka harus menggunakan masker
saat keluar dari kamar penderita.
Sarung tangan, sebaiknya digunakan
terutama ketika menyentuh darah, cairan
tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan
harus selalu diganti untuk tiap pasiennya.
Setelah membalut luka atau terkena benda
yang kotor, sarung tangan harus segera
diganti.
Baju khusus juga harus dipakai untuk
melindungi kulit dan pakaian selama kita
melakukan suatu tindakan untuk mencegah
percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses
 Mencegah penularan dari lingkungan
rumah sakit
Pembersihan yang rutin sangat penting
untuk meyakinkan bahwa rumah sakit
sangat bersih dan benar-benar bersih dari
debu, minyak dan kotoran
Pengaturan udara yang baik sukar
dilakukan di banyak fasilitas kesehatan.
Usahakan adanya pemakaian penyaring
udara, terutama bagi penderita dengan
status imun yang rendah atau bagi penderita
yang dapat menyebarkan penyakit melalui
udara.
 Perbaiki ketahanan tubuh
 Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang
patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara
mutualistik yang ikut membantu dalam proses
fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh
melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga
keseimbangan di antara populasi jasad renik
komensal pada umumnya.
 Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh
orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik
oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga
dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan
tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan
demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis
pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa
harus menggunakan antibiotika.
 Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga
dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat
diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya
tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan
kontaminasi berat. Penularan yang
melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV.
Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi
rendah seperti leukimia dan pengguna obat
immunosupresan juga perlu diisolasi agar
terhindar dari infeksi.
 Ruang isolasi ini harus selalu tertutup
dengan ventilasi udara selalu menuju
keluar. Sebaiknya satu pasien berada
dalam satu ruang isolasi, tetapi bila
sedang terjadi kejadian luar biasa dan
penderita melebihi kapasitas, beberapa
pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-
apa selama mereka menderita penyakit
yang sama
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai