Anda di halaman 1dari 60

UKURAN GEJALA PUSAT DAN

UKURAN LETAK
Ukuran gejala pusat
Rata-rata atau rata-rata hitung
Rata-rata ukur
Rata-rata harmonik
Modus
Ukuran letak
Median
Kwartil
Desil
Persil
Rata-rata hitung
Simbul rata-rata untuk sampel ialah (baca: eks garis)
sedangkan rata-rata populasi simbul µ (baca : mu). Jadi
adalah statistik sedangkan µ adalah parameter untuk
menyatakan rata-rata. Rumus untuk rata-rata
adalah :

x1  x2  .....  xn x i
x atau x  i 1
n n
Atau lebih sederhana ditulis

x
 x i

n
n
Dengan Ʃxi singkatan dari  x yang berarti jumlah
i
i 1
semua harga x yang ada dalam kumpulan itu
Jika ada lima mahasiswa mendapat nilai 70, enam
mendapat nilai 69, tiga mendapat 45 dan masing-
masing seorang mendapat nilai 80 dan 56 maka
lebih baik data itu ditulis sebagai berikut :
xi menyatakan nilai ujian dan
fi menyatakan frekuensi untuk nilai
Xi fi xi yang bersesuain
70 5 misalnya : f1 = 5 untuk x170, f2, = 6
69 6
45 3 untuk x2 = 69 dan seterusnya
80 1
56 1
Untuk data berbentuk demikian, rumus rata-ratanya
adalah :

x
 fx i i

f i

Ialah jumlah hasil kali antara frekuensi dan nilai data


dibagi oleh jumlah frekuensi
Contoh 1

Untuk contoh di muka, dianjurkan dibuat tebel penolong seperti berikut :


Dari tabel didapat
Ʃfi = 16
Xi fi fiXi Ʃfi Xi = 1035
70 5 350
Sehingga
69 6 414
45 3 135 x
 f x i i
atau
80 1 80  f i
56 1 56
Jumlah 16 1035
1035
x  64,6
16

Nilai rata – rata ujian stasttika untuk ke-16 mahasiswa itu adalah 64,6
Contoh 2BARANG DISIMPAN RUSAK %
Data berikut merupakan daftar barang yang disimpan di gudang, diantaranya terdapat yang rusak.
A 100 96
(Untuk menyingkat, judul daftar setiap tabel tidak lagi dituliskan 96
B 200
DAFTAR IV (1)
92 46
C 160 80 50
D 80 60 75
JUMLAH 540 328 -
Jika rata – rata mengenai persen barang
yang rusak dihitung dengan Rumus IV
(1), maka
96  46  50  75
x %  66,75%
4

tetapi barang rusak ada 328 dari 540. Ini


berarti 328
 x100%  60,07%
540
Hasil ini didapat dengan menggunakan Rumus sebagai berikut.

Dalam tabel disamping ini Xi =


persen yang rusak, fi= banyak
barang. Dari tabel dan Rumus
Xi(%) fi fiXi
IV (2) Didapat
96 100 96 x
 f x i i
X 100%
46 200 92  f i

75 160 80
75 80 60
328
Jumlah 540 328 
540
X 100 %
 60,07%

Rata – rata terdapat 60,07% barang yang rusak.


Selanjutnya kita juga dapat menunjukkan rata-rata gabungan,
yaitu rata-rata dari beberapa sub sampel lalu dijadikan satu.
Kalau ada k buah sub sampel masing-masing dengan keadaan
berikut:

Sub sampel 1 : berurutan dengan n1 rata-rata x1

Sub sampel 2 : berurutan dengan n2 rata-rata x2

……………………………………………………………
Sub sampel k : berukuran dengan nk rata-rata xk
Maka rata-rata gabungan dari k buah sub sampel itu
dihitung dengan :
x 
n x
i i

n i
Contoh
Tiga sub sampul masing – masing berukuran 10,6 dan 8
sedangkan rata-ratanya masing – masing 1 45,118 dan
162

Adalah salah jika rata – rata gabungan dihitung dengan


Rumus IV(1) ialah
145  118  162
x 141,7
3

Yang benar, harus dihitung dengan Rumus IV(3) adalah


(10)(145)  (6)(118 )  (8)(162)
x  143,9
10  6  8
Untuk data yang telah disusun dalam
daftar distribusi frekuensi, rata-ratanya
dihitung dengan Rumus
x
 f x
i i

f i

Hanya disini Xi = tanda kelas interval dan fi


= frekuensi yang sesuai dengan tanda
kelas Xi
Contoh
Marilah kita hitung rata-rata untuk nilai ujian statistika yang
terdapat dalam Daftar II(1) halaman 45. Untuk keperluan ini kita
buat tabel berikut :

NILAI UJIAN FREK TANDA KEL PRODUK


fi Xi fiXi
31-40 1 35,5 35,5
41-50 2 45,5 91,0
51-60 5 55,5 277,5
61-70 15 65,5 982,5
71-80 25 75,5 1.887,5
81-90 20 85,5 1.710,0
91-100 12 95,5 1.146,0

JUMLAH 80 - 6.130,0
f i  80

Dari tabel diatas didapat : dan


fX
i i  6130,0

Dari
x
6130rumus
,0
 76,62
diatas memberikan:
80

rata-rata nilai ujianf statistika 76,62


i
Cara kedua untuk menghitung rata-rata dari data dalam
daftar distribusi frekuensi ialah dengan cara sandi atau
cara singkat.
Untuk ini ambil salah satu tanda kelas, namakan x0. Untuk
harga ini x0 ini diberi sandi c = 0. Tanda kelas yang lebih
kecil dari x0
berturut-turut diberi harga-harga sandi c = -1, c = -2, c = -3,
dan seterusnya. Tanda kelas yang lebih besar dari x0
berturut-turut mempunyai harga-harga sandi c = +1, c =
+2, c = +3 dan seterusnya. Dengan ini semua jika p =
panjang kelas interval yang sama besarnya, maka rata-rata
dihitung oleh :
  f i ci 
x  x0  p 
  f 
 i 
CONTOH
Untuk data nilai ujian 80 mahasiswa, kita perlu
menyusun tabel berikut

Nilai Ujian Fi Xi Ci Fi ci
31-40 1 35,5 -4 -4
41-50 2 45,5 -3 -6
51-60 5 55,5 -2 -10
61-70 15 65,5 -1 -15
71-80 25 75,5 0 0
81-90 20 85,5 1 20
91-100 12 95,5 2 24
Jumlah 80 - - 9
Telah diambil x0 = 75,5 dan nilai sandi c = 0 telah di
berikan untuk ini. Harga-harga c = -1, c = -2, c = -3 dan
c = -4 telah diberikan berturut-turut untuk tanda-
tanda kelas 64,5;55,5;45,5 dan 35,5. tanda kelas yang
lebihbesar dari x0 = 75,5 berturut-turut diberi harga c =
1 dan c = 2. kerena p = 10, maka dengan rumus IV (5),
dengan Ʃfi ci = 9 didapat.

 9 
x  75,5  (10)    76,62
 80 
Rata-rata ukur
Jika perbandingan tiap dua data beruntun tetap atau
hampir tetap, rata-rata ukur lebih baik dipakai daripada
rata-rata hitung, apabila dikehendaki rata-ratanya.
Untuk data bernilai x1,x2….., xn maka rata-rata ukur U
didefinisikan sebagai

U  n x1.x2 .x3 .....xn


Yaitu akar pangkat n dari produk (x1,x2, x3.,xn )
Contoh 1
Rata-rata ukur untuk data x1 = 2, x2 = 4 dan x3 = 8 adalah
U  3 2 48  4
Untuk bilangan-bilangan bernilai besar,lebih baik
digunakan logaritma

 log xi
log U 

Yakni logaritma rata-rata ukur U sama dengan jumlah
logaritma tiap data dibagi oleh banyak data. Rata-rata
ukur U akan didapat dengan jalan mencari kembali
logaritmanya.
Contoh :
Sekedar menunjukkan penggunaan rumsu IV (7), kita ambil x1 = 2,x2 = 4
dan x3 = 8.
Maka log 2 = 0,3010; log 4 = 0,6021; dan log 8 = 0,9031.

log 2  log 4  log


log U 
3
0,3010  0,6021  0,9031
atau log U   0,6021
3

Sehingga, setelah dicari kembali dari daftar logaritma,


rata-rata ukur U = 4
Untuk fenomena yang bersifat tumbuh dengan
syarat-syarat tertentu, seperti pertumbuhan
penduduk, bakteri dan lain – lain, sering
digunakan rumus yang mirip rata-rata ukur ialah :
t
 x 
pt  P0  
1  100 
 
dengan pt = Keadaan awal atau permulaan
p0 = keadaan akhir
x = rata-rata pertumbuhan setiap
satuan waktu
t = satuan waktu yang digunakan
Contoh

Penduduk Indonesia pada akhir tahun


1946 ada 60 juta sedangkan akhir tahun
1956 mencapai 78 juta. Untuk
menentukan laju rata-rata
pertumbuhan penduduk tiap tahun kita
pakai Rumus IV(8) dengan t = 10,p0 = 60
p
dan t = 78 
10
x 
78  60 
1  100 
maka didapat  
 x 
atau log 78  log 60  10 log 1  

 100 
 x 
atau 1,8921 1,7782  (10). log 1  

 100 
 x 
menghasilk an 1    1,0267 
  x  2,67
 100 

Laju rata-rata pertumbuhan = 2,76% tiap tahun


Untuk data yang telah disusun dalam daftar
distribusi frekuensi rata- rata ukurnya dihitung
dengan rumus:
  f log x 
i i
log U 
f i

Denganxi seperti biasa menyatakan tanda kelas f i =


frekuensi yang sesuai denganxi dan rata-rata ukur U
dicari kembali dari log U.
Contoh
Untuk data dalam Daftar III (1) tentang nilai
ujian 80 mahasiswa, kita bentuk tabel
berikut.

Nilai Ujian fi Xi LogXi filogXi


(1) (2) (3) (4) (5)
31-40 1 35,5 1,5502 1,5502
41-50 2 45,5 1,6580 3,3160
51-60 5 55,5 1,7443 8,7215
61-70 15 65,5 1,8162 27,2430
71-80 25 75,5 1,8779 46,9475
81-90 20 85,5 1,9320 38,6400
91-100 12 95,5 1,9800 23,7600
JUMLAH 80 - - 150,1782
  f log x   150,1782 dan  f
i i i  80
Kolom (3) adalah tanda kelas, kolom(4) merupakan logaritma dari kolom (3) dan kolom (5) menyatakan hasil
150,1782
kali antara kolom (2) dan kolom(4). Didapat
log U   1,8772
80
yang menghasilk an U  75,37
Nilai Ujian itu mempunyai rata-rata ukur 75,37
x1 , x2 , x3 ,....., xn

RATA-RATA HARMONIK n
IV (10
Untuk ).........H  dalam sebuah sampel berukuran n,
data
1
  x 
maka rata-rata harmonik ditentukan oleh :
 i
n
atau lengkap H 
1 1 1
  ... 
x1 x2 xn
Contoh
Rata-rata harmonik untuk kumpulan data: 3, 5, 6,6, 7, 10, 12
dengan n = 7 ialah

7
H  5,87
1 1 1 1 1 1 1
     
3 5 6 6 7 10 12
Contoh. 2
Si A bepergian pulang pergi. Waktu pergi ia melakukan
kecepatan 10 km/jam sedangkan waktu kembalinya 20
km/jam. Berapakah rata-rata kecepatan pulang-pergi?
1
10  20km / jam 15 km / jam
2
Ini salah, karena jika panjang jalan 100 km, maka untuk
pergi diperlukan waktu 10 jam dan kembali 5 jam.
Pulang pergi perlu waktu 15 jam dan menempuh
200 km. Rata-rata kecepatan jadinya
200 1
km / jam  13 km / jam
15 3
Hasil ini tiada lain daripada rata-rata harmonik

2 40 1
H   13
1 1 3 3

10 20
Untuk data dalam daftar ditribusi frekuensi ,
maka rata-rata harmonik dihitung dengan rumus
denganxi = tanda kelas interval dan f i = frekuensi
yang sesuai dengan tanda kelas xi

H
 f i

f / x 
i i
Contoh
Jika untuk nilai ujian dalam Daftar III(1) dihitung
rata-rata harmoniknya, maka tabel berikut
diperlukan

Nilai Ujian fi Xi fi/Xi


(1) (2) (3) (4)
31-40 1 35,5 0,0282
41-50 2 45,5 0,0440
51-60 5 55,5 0,0901
61-70 15 65,5 0,2290
71-80 25 75,5 0,3311
81-90 20 85,5 0,2339
91-100 12 95,5 0,1256
JUMLAH 80 - 1,0819
Kolom (3) merupakan tanda kelas dan kolom (4) adalah
hasil bagi kolom (2) oleh kolom (3). Dari tabel didapat   f x 
i i

1,0819 dan  f
i
= 80, sehingga dengan rumus diperoleh
180
H  73,94
1,0819
Rata-rata harmonik untuk nilai ujian itu = 73,94
Hubungan H, U, x

Untuk data dalam Daftar telah didapat x = 76,62; U = 75,37


dan H = 73,94. Ternyata terdapat H<U< x
Secara umum berlaku :

H U  x
Modus
Untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi
atau paling banyak terdapat digunakan ukuran modus
disingkat Mo. Ukuran ini juga dalam keadaan tidak
disadari sering dipakai untuk menentukan “Rata-rata”
data kualitatif. Jika kita dengar atau baca: kebanyakan
kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit malaria,
pada umumnya kecelakaan lalu lintas karena
kecerobohan pengemudi, maka ini tiada lain masing –
masing merupakan modus penyebab kematian dan
kecelakaan lalu lintas.
Modus untuk data kualitatif ditentukan dengan jalan menentukan frekuensi
terbanyak di antara data itu.
Contoh : Terdapat sampel dengan nilai-nilai data:
12, 34, 14, 34, 28, 34, 34, 28, 14. dalam tabel dapat disusun seperti dibawah
ini.
Frekuensi terbanyak,
ialah f = 4, terjadi Xi fi
untuk data bernilai 34. 12 1
Maka modus Mo = 34. 14 2
20 2
34 4
Jika data kuantitatif telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi,
modusnya dapat ditentukan dengan rumus :
b1
Mo  b  p ( )
b1  b2
Dengan b = batas bawah kelas modal, ialah
kelas interval dengan frekuensi
terbanyak
p = panjang kelas modal
b1 = frekuensi kelas modal dikurangi
frekuensi kelas interval dengan tanda
kelas yang lebih kecil sebelum tanda
kelas modal.
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi
frekuensi kelas interval dengan tanda
kelas yang lebih besar sesudah tanda
kelas modal
Contoh :
1) Kelas modal = kelas kelima NILAI F1
2) b = 70,5 UJIAN
31-40 1
3) b1 = 25 – 15 = 10 41-50 2
51-60 5
4) b2 = 25 – 20 = 5 61-70 15
71-80 25
81-90 20
5) p = 10 10 91-100 12
Mo = 70,5 + (10) ( )
10  5 Jumlah 80

Mo = 77,17
Contoh :
Modus dibanding dengan ukuran lainnya, tidak tunggal
adanya. Ini berarti sekumpulan data bisa mempunyai
dari sebuah modus.
Xi Fi
75 8 Dapat dilihat ada 8 data masing-
60
92
7
8
masing bernilai 75 dan 92. ini
64 7 menyatakan bahwa modusnya
35 2
ada dua ialah 75 dan 92.
Median

Median menentukan letak data setelah data itu


disusun, menurut uratan nilainya. Kalau nilai median
sama dengan Me, maka 50% dari data harga-harganya
paling tinggi sama dengan Me sedangkan 50% lagi
harga-harganya paling rendah sama dengan Me.

Jika banyak data ganjil, maka median Me, setalah data


disusun menurut nilainya, merupakan data paling
tengah.
Contoh:
Sampel dengan data : 4, 12, 5, 7, 8, 10, 10, setelah disusun menurut
nilainya menjadi : 4, 5, 7, 8, 10, 10, 12, data paling tengah bernilai
8 Jadi Me = 8

Untuk sampel berukuran genap, setelah data disusun menurut


urutan nilainya, mediannya sama dengan rata-rata hitung dua
data tengah.
Contoh :

Diberikan sampel dengan data 12, 7, 8, 14, 16, 19, 10, 8, Setelah
disusun menurut nilainya menjadi : 7, 8, 8, 10, 12, 14, 16, 19, Data
tengahnya ialah 10 dan 12, sehingga median Me = ½ (10+12) = 11
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi
frekuensi, mediannya dihitung dengan rumus :
1 nF
Me  b  p ( 2 )
f

Dengan b= batas bawah kelas median, ialah kelas


dimana median akan terletak,
p= panjang kelas median
n= ukuran sampel atau banyak data
F= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas
lebih kecil dari tanda kelas median
f= frekuensi kelas median
Contoh :
Jika nilai ujian 80 mahasiswa akan dihitung mediannya, dengan
menggunakan daftar berikut kita tempuh hal dibawah ini :

Nilai Ujian fi Setelah dari seluruh data ada 40 buah. Jadi


31-40 1
median akan terletak di kelas interval kelima,
41-50 2 kerena sampai dengan ini jumlah frekuensi
51-60 5 sudah lebih dari 40.
61-70 15
71-80 25 Dari kelas median ini didapat :
81-90 20 B=70,5; p = 10; dan f = 25
91-100 12
Adapun F = 1+2+5+15=23, sehingga
Jumlah 80 40  23
Me  70,5  (10)( )  77,3
25
Dari data tentang nilai ujian 80 mahasiswa, telah
didapat rata-rata = 76,62, modus
x Mo = 77,17 dan
median Me = 77,3. Kita lihat bahwa harga-harga
statistik tersebut berlainan. Ketiga nilai yakni; rata-
rata, median, dan modus akan sama bila kurva
halusnya simetrik. Untuk fenomena dengan kurva
halus positif dan negatif, hubungan empirik yang
berikut dapat diandalkan!

Rata-rata – Mo = 3(Rata-rata-Me)
Dalam grafik, kedudukan ketiga nilai tersebut
dapat dilihat di bawah ini:

Gambar A untuk kurva positif dan B untuk yang negatif


Kuartil

Jika sekupulan data dibagi menjadi empat bagian


yang sama banyak, sesudah disusun menurut
urutan nilainya, maka bilangan pembaginya
disebut kuartil. Ada tiga buah kuartil, ialah kuartil
pertama, kuartil kedua dan kuartil ketiga yang
masing-masing disingkat dengan K1, K2, dan K3.
Pemberian nama ini dimulai dari nilai kuartil
paling kecil. Untuk menentukan nilai kuartil
caranya dalah :
1) Susun data menurut urutan nilainya
2) Tentukan letak kuartil
3) Tentukan nilai kuartil
Letak kuartil ke i, diberi lambang Ki, ditentukan oleh
rumus

i (n  1)
Letak Ki = data ke
4
Dengan i = 1,2,3
Sampel dengan data 75, 82, 66, 57, 64, 56, 92, 94, 86, 52, 60, 70, setelah
disusun menjadi : 52, 56,57, 60, 64, 66, 70, 75, 82, 86, 92, 94.

12  1
Letak K1 = data ke = data ke -3 ¼ , yaitu
4
antara data ke -3 dan data ke -4 seperempat jauh dari data ke-3.
Nilai K1 = data ke-3 + ¼ (data ke-4 – data ke-3
K1 = 57 + ¼ (60 -57) = 57 ¼

Letak K3= data ke 3(data


12 ke
1) -9 ¼ . Dengan
4
cara seperti di atas nilai
K3 dapat ditentukan ialah :
K3 = data ke-9 + ¾ (data ke -10 – data ke -9)
K3 = 82 + ( ¾ ) (86 – 82) = 85
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi,
kuartil Ki (i=1,2,3) dihitung dengan rumus :

 in 
 F 
K i  b  p 4 
 f 
 
 
Dengan i = 1,2,3

Dengan b = batas bawah kelas K1 ialah kelas


interval dimana Ki akan terletak.
p = panjang kelas Ki
F = jumlah frekuensi dengan tanda
kelas lebih kecil dari tanda kelas Ki
f = frekuensi kelas Ki
Contoh :
Kembali pada hasil ujian 80 mahasiswa seperti dalam
tabel di bawah ini : maka untuk menentukan kuartil
ketiga K3, kita perlu ¾ x 80 = 60 data. Dengan demikian
K3 terletak dalam kelas interval keenam, dan kelas ini
merupakan kelas K3 dari kelas K3 ini didapatlah b =
80,5; p = 10; f = 20 dan F = 1+2+5+15+25=48 dengan i = 3
dan n = 80, dari rumus IV (17) diperoleh :

 3  80 
  48 
K 3  80,5  10 4 
 20 
 
 
K 3  86,5
Nilai Ujian Fi
31-40 1
41-50 2
51-60 5
61-70 15
71-80 25
81-90 20
91-100 12

Jumlah 80

Ini berarti ada 75% mahasiswa yang


mendapat nilai ujian paling tinggi 86,5
sedangkan 25% lagi mendapat nilai paling
rendah 86,5
Desil
Jika kumpulan data itu dibagi menjadi 10 bagian yang
sama, maka didapat sembilan pembagi dan tiap
pembagi dinamakan desil. Kerenanya ada sembilan
buah desil, ialah desil pertama, desil kedua,……desil
kesembilan yang disingkat dengan D1, D2, ……D9 ini
dapat ditentukan dengan jalan :
1) Susun data menurut urutan nilainya
2) Tetentukan letak desil
3) Tentukan nilai desil
Letak desil ke i, diberi lambang Di, ditentukan oleh
rumus i (n  1)
Letak Di  data ke
10
IV (18)…………………… dengan i  1,2,.....9
Contoh :
Untuk data yang telah disusun dalam contoh terdahulu, ialah
: 50, 56, 57, 60, 64, 68, 70, 75, 82,

86, 92, 94, maka letak D7 = data ke 7(12  1) data ke-9,1


10

Nilai D7 = data ke-9 + (0,1)(data ke-10 – data ke-9) atau D7 =


82 + (0,1)(86-82)=84,4
Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, nilai Di (i =
1,2,…..9) dihitung dengan rumus :
 in 
  F 
Di  b  p  10 
 f 
 
 
dengan i  1, 2,......9

Dengan
b = batas bawah kelas Di ialah kelas interval diman Di akan terletak,
P = panjang kelas Di
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas Di
f = frekuensi kelas Di
Contoh :
Jika diminta D3 untuk 80 nilai ujian statistika, maka
kita perlu 30% x 80 = 24 data. Dapat dilihat bahwa
kelas D3 berimpit dengan kelas interval ke-4 karenanya
b=60,5; p = 10; f= 15 dan F = 1+2+5=8. dengna i = 3 dan
n=80, maka dari rumus IV (18) didapat :
 2  80 
 8
D3  60,5  (10) 10   71,2
 15 
 
 

Ada 70% dari mahasiswa paling sedikit mendapat nilai


ujian 71,2 dan 30% lagi mendapat nilia paling besar 71,2
Persentil
Sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang
sama akan menghasilkan 99 pembagi yang berturut-
turut dinamakan persentil pertama, persentil kedua,
….persentil ke 99. simbul yang digunakan berturut-
turut P1, P2, ….P99
Karena cara perhitungannya sama seperti perhitungan
desil, maka disini hanya diberikan rumus-rumusnya
saja. Letak persentil Pi (i=1,2,….99) untuk sekumpulan
data ditentukan oleh

i (n  1)
Letak Pi  data ke
100
dengan i  1,2,.....99
Sedangkan nilai Pi untuk data dalam daftar distribusi frekuensi
dihitung dengan :
 in 
  F 
Pi  b  p 100 
 f 
 
 
dengan i  1, 2, .....99
Dengan b = batas bawah kelas Pi, ialah kelas
interval dimana Pi terletak
P = panjang kelas Pi
F = jumlah frekuensi dengan tanda
kelas lebih kecil dari tanda kelas Pi
f = frekuensi kelas Pi

Anda mungkin juga menyukai