Anda di halaman 1dari 58

FIRE

FIRE DETECTOR
DETECTOR
&
&
ALARM
ALARM SYSTEM
SYSTEM

PETRO
PETRO CHINA,
CHINA, BP,
BP, CNOOC,
CNOOC, CONOCO,
CONOCO, UNOCAL,
UNOCAL, TOTAL,
TOTAL,
CALTEX,
CALTEX, VICO,
VICO, MEDCO,
MEDCO, PT.
PT. PERTAMINA
PERTAMINA etc.
etc.
1
API :
• SUATU REAKSI KIMIA YANG
DIIKUTI OLEH PENGELUARAN
CAHAYA DAN PANAS

ADI / HSE / 2005 2


PROSES KEBAKARAN

BAHAN PADAT
BAHAN CAIR
GAS + OKSIGEN + PANAS KEBAKARAN

BENTUK UAP

ADI / HSE / 2005 3


API

k ar

Ok
Ba

sig
n
ha

en
Ba

Panas

ADI / HSE / 2005 4


PERBEDAAN POKOK

API : KEBAKARAN :

- DI BUTUHKAN - TIDAK
- BERGUNA DIBUTUHKAN
- DAPAT DI ATUR - MERUGIKAN
- TIDAK DPT.
DIATUR

ADI / HSE / 2005 5


API
ALKANA Cn H 2n + 2

Cn H 2n + 2 + O2 CO2 + H2O + Energi

NB.
BILA RUAS KIRI KOMPLEK MAKA RUAS KANAN
SEMAKIN KOMPLEK

ADI / HSE / 2005 6


KEBAKARAN

SUATU PERISTIWA ATAU KEJADIAN


TIMBULNYA API YANG TIDAK
DIKEHENDAKI ATAU TIDAK
DIHARAPKAN YANG MEMPUNYAI
POTENSI MERUSAK ATAU MERUGIKAN

ADI / HSE / 2005 7


FIRE
FIRE DETECTOR
DETECTOR

SUATU
SUATU ALAT
ALAT YANG
YANG DI
DI RENCANAKAN
RENCANAKAN
UNTUK
UNTUK MEMBERIKAN
MEMBERIKAN RESPON
RESPON DAN
DAN
MENGIRIMKAN
MENGIRIMKAN SINYAL
SINYAL KE
KE SISTEM
SISTEM
KOMUNIKASI
KOMUNIKASI APABILA
APABILA TERJADI
TERJADI
SUATU
SUATU KEBAKARAN
KEBAKARAN

ADI / HSE / 2005 8


ALARM SISTEM / RELEASING
DEVICE

SUATU ALAT YANG DI GUNAKAN


UNTUK MEMBERIKAN ISYARAT
KARENA ADANYA KEBAKARAN
(MENGAKTIFKAN ALAT PEMADAM API
DISAMPING MEMBERIKAN TANDA
BAHAYA BAGI PENGHUNI DLM.
MELAKSANAKAN EVAKUASI &
MEMANGGIL PETUGAS P.K.)
ADI / HSE / 2005 9
MACAM-MACAM ISYARAT
MACAM-MACAM ISYARAT

1.
1. LAMPU
LAMPU
2.
2. SUARA
SUARA
3.
3. SIRINE
SIRINE
4.
4. MUSIK
MUSIK (( KHUSUS
KHUSUS ))
5.
5. KENTONGAN
KENTONGAN

ADI / HSE / 2005 10


FUNGSI SISTEM PENDETEKSIAN
 SISTEM PENDETEKSIAN KEBAKARAN YANG BAIK
BEKERJA MULAI TERJADINYA KEBAKARAN SECARA
DINI SEHINGGA SEMUA PENGHUNI DAPAT
DIEVAKUASI & PEMADAMAN KEBAKARAN DAPAT
SEGERA DIMULAI BAIK SECARA OTOMATIS ATAU
MANUAL.

 MAKIN AWAL KEBAKARAN TERDETEKSI, MAKIN


BANYAK WAKTU UNTUK MENGEVAKUASI
PENGHUNI,PENYELAMATAN DAN PEMADAMAN API
SECARA TOTAL DAN CEPAT DAPAT DI LAKUKAN.

ADI / HSE / 2005 11


JENIS-JENIS FIRE DETECTOR

PEMILIHAN JENIS FIRE DETECTOR DI DASARKAN :


1. PROSES KIMIA
2. PROSES FISIKA

DARI KEBAKARAN YANG TERJADI DI MANA


DALAM PROSES INI BHN.BAKAR TERKONVERSI
DLM.BENTUK ENERGI & UNSUR-UNSUR LAIN.

(SEBAGAI PEDOMAN DALAM


PERENCANAAN,PEMBUATAN DAN PEMASANGAN)

ADI / HSE / 2005 12


JENIS-JENIS FIRE DETECTOR
 ENERGI PANAS DI PANCARKAN DENGAN :

1. RADIASI
2. KONVEKSI

ADI / HSE / 2005 13


JENIS-JENIS FIRE DETECTOR
 RADIASI :
PANAS DI PINDAHKAN MELALUI GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK.
( SINAR MATAHARI )

 KONVEKSI :
PANAS YANG DI PINDAHKAN MELALUI
ALIRAN MEDIA YANG BERUPA FLUIDA.
( UDARA, GAS, ASAP )

ADI / HSE / 2005 14


RADIASI
-ENERGI DI PANCARKAN MELALUI :

1. SINAR ULTRA VIOLET :


- Panjang Gelombang 4000 < Angstrom
2. Di Lihat Mata :
- Panjang Gelombang 4000-7000
Angstrom
3. SINAR INFRA MERAH :
-Panjang Gelombang > 7000 Angstrom

ADI / HSE / 2005 15


KONVEKSI

 ENERGI DI PANCARKAN MELALUI


BENDA-BENDA PENGHANTAR PANAS
(UDARA,GAS & ASAP)

ADI / HSE / 2005 16


ADA 4 HAL YANG DAPAT DI DETEKSI :

1. NYALA / SINAR API


2. PANAS / DIHANTAR MELALUI
UDARA
3. ASAP / PARTIKEL-PARTIKEL
PADAT
4. GAS

ADI / HSE / 2005 17


4 KELOMPOK BESAR FIRE DETECTOR

1. FLAME DETECTOR / DETEKTOR NYALA


2. HEAT DETECTOR / DETEKTOR PANAS
3. SMOKE DETECTOR / DETEKTOR ASAP
4. GAS DETECTOR / DETEKTOR GAS

ADI / HSE / 2005 18


JENIS DETEKTOR
BERDASAR BENTUK FISIK

1. LINE TYPE DETECTOR


2. SPOT TYPE DETECTOR
3. AIR SAMPLING TYPE

ADI / HSE / 2005 19


LINE TYPE DETECTOR
BERBENTUK MEMANJANG SEPERTI KABEL
LISTRIK :

 RATE OF RISE PNEUMATIC TUBING DETECTOR


PROJECTED BEAM.
 PROJECTED BEAM SMOKE DETECTOR.
 HEAT SENSITIVE CABLE

ADI / HSE / 2005 20


SPOT TYPE DETECTOR
DETEKTOR YANG BERBENTUK BULAT DIMANA
ELEMEN SENSORNYA DI PUSATKAN PADA SUATU
TITIK LOKASI.
 BIMETALLIC DETECTOR
 FUSIBLE ALLOY DETECTOR
 PNEUMATIC RATE OF RISE DETECTOR
 SMOKE DETECTOR
 THERMO ELECTRIC DETECTOR

ADI / HSE / 2005 21


AIR SAMPLING TYPE
 UDARA DI ISAP OLEH POMPA DARI
DAERAH YANG DI LINDUNGI KE
DETEKTOR MELALUI PIPA-PIPA
TERSEBUT, KEMUDIAN DALAM
DETEKTOR, UDARA YG. KOMPOSISINYA
BERUBAH AKIBAT ADANYA KEBAKARAN
AKAN DIANALISA. DARI HASIL ANALISA
INILAH ALARM AKAN DI AKTIFKAN.

ADI / HSE / 2005 22


JENIS DETEKTOR
BERDASAR CARA KERJANYA

1. NON RESTORABLE DETECTOR


2. RESTORABLE DETECTOR

ADI / HSE / 2005 23


NON RESTORABLE DETECTOR

 DETEKTOR YANG ELEMEN


SENSORNYA AKAN RUSAK DALAM
PROSES MENDETEKSI SUATU
KEBAKARAN SEHINGGA TIDAK
DAPAT DI PAKAI LAGI.
(SPOT TYPE,SPRINKLER DETECTOR)

ADI / HSE / 2005 24


RESTORABLE DETECTOR
 DETEKTOR YANG TIDAK RUSAK
SETELAH PROSES MENDETEKSI
KEBAKARAN. PERBAIKAN DAPAT
DILAKUKAN SECARA MANUAL MAUPUN
OTOMATIS.
( SEPERTI FIRE BOX DISETTING LAGI )

ADI / HSE / 2005 25


KINERJA FIRE DETECTOR
KINERJA / PERFORMANCE DARI SUATU
FIRE DETECTOR DITENTUKAN OLEH 4
FAKTOR :
1. SENSIBILITY / KEPEKAAN
2. REABILITY / KEHANDALAN
3. MAINTAINABILITY / KEMUDAHAN
PERAWATAN
4. STABILITY / KEMANTAPAN

ADI / HSE / 2005 26


KEPEKAAN
 Kepekaan dari suatu detektor biasanya ditentukan
oleh perencanaan fisiknya. Pada keadaan khusus
dimana detektor harus mendeteksi suatu produk
pembakaran tertentu alat ini dapat disesuaikan.
Misalnya pada detektor panas di mana rating jarak
tetap (fixedspacing rating) sudah direncanakan, cara
termudah untuk meningkatkan kepekaannya adalah
memperkecil jarak pemasangan antara detektor satu
dengan detektor lainnya. Dengan kepekaan yang
tinggi, alat pemadam kebakaran bekerja dengan
cepat dan kebakaran akan segera dapat dipadamkan.
Tetapi harus diiingat pula bahwa alarm palsu akan
lebih sering terjadi.

ADI / HSE / 2005 27


KEHANDALAN
 Kehandalan yang dimaksud disini adalah
kemampuan dari sistem dan setiap peralatan
dari detektor tersebut untuk dapat diaktifkan
setiap saat sesuai dengan keperluan. Sebagai
mana contoh, detektor nyala yang
menggunakan peralatan elektronik sebagai
salah satu komponennya akan mempunyai
nilai kehandalan yang lebih rendah bila
dibanding dengan detektor yang
menggunakan peralatan mekanis.

ADI / HSE / 2005 28


KEMUDAHAN UNTUK DIRAWAT
 Kemudahan untuk dirawat tergantung dari sifat
kompleks perencanaan detektor. Misalnya
detektor panas sesuai dengan keadaan fisiknya
tidak merupakan alat yang rumit , terutama
bagian sensing elementnya.Sebaliknya untuk
detektor asap atau detektor nyala perlu
diadakan inspeksi periodik dan perbaikan untuk
memastikan bahwa sensing element tetap
dalam kondisi baik , maka untuk detektor ini
tingkat maintainabilitynya tentunya akan lebih
rendah.
ADI / HSE / 2005 29
KEMANTAPAN
( DAYA TAHAN )
 Kemantapan dari suatu detektor diukur dari
kemampuan untuk tetap dapat bekerja
dengan baik dengan sensitifitas yang tidak
berubah walaupun melebihi waktu yang telah
ditentukan. Detektor dengan peralatan
mekanis akan lebih mantap daripada detektor
dengan peralatan yang mempunyai
komponen elektronik. Pada Tabel 1 berikut
dapat dilihat kinerja dari setiap jenis detektor.

ADI / HSE / 2005 30


V. DETEKTOR PANAS

5.1 Tipe – tipe Detektor Panas.


Detektor panas adalah tipe dektektor yang tertua
diantara yang bekerja secara otomatis. Untuk
detektor panas sendiri masih dibedakan menjadi 3
yaitu :
1. Fixed Temperature.

2. Rate of Rise.

3. Rate Compensated.

ADI / HSE / 2005 31


5.1.1. Fixed Temperature.
Detektor ini akan membunyikan alarm pada saat
temperatur ruangan telah mencapai suatu angka
tertentu akibat panas yang ditimbulkan oleh
terjadinya kebakaran. Detektor ini dibagi menjadi 4
tipe yaitu :
1. Eutetic metal.

2. Glass bulb.

3. Continuous line.

4. Bimetal.

ADI / HSE / 2005 32


5.1.1.1. Eutetic Metal.
Detektor tipe ini mempergunakan logam campuran
seperti bismuth , lead , tin dan cadmium di mana logam
campuran ini pada temperatur tertentu akan meleleh.
Biasanya jenis logam – logam ini dipergunakan sebagai
fusible element yang berfungsi sebagai pengunci
sumbat lubang air pada spinkler head. Dengan
melelehnya elemen , air akan disemburkan untuk
memadamkan api dan sekaligus membunyikan alarm.
Contoh dapat dilihat dalam gambar 8.

ADI / HSE / 2005 33


5.1.1.2. Glass Bulb.
Alat ini berbentuk tabung kaca yang mudah pecah yang diisi
dengan cairan yang tingkat pemuaiannya sangat tinggi. Tabung
diletakkan tepat pada lubang tempat air atau media pemadam
lainnya yang akan menyembur. Bila tabung terpapar panas
dengan suhu tertentu, maka cairan di dalamnya akan memuai
dan mendesak dinding kaca sehingga pecah dan dengan
pecahanya tabung, media pemadam akan menyembur melalui
lubang yang sudah terbuka. Dengan adanya semburan ini, maka
terjadi penurunan tekanan dalam pipa yang kemudian
penurunan tekanan ini digunakan untuk membunyikan alarm.
Contoh dapat dilihat gambar 9.Tabel 3 berikut ini menunjukkan
hubungan antara warna cairan dalam tabung dan temperatur
tertentu dimana tabung tersebut akan pecah.

ADI / HSE / 2005 34


5.1.1.3. CONTINUOUS LINE.

TIPE INI MENGGUNAKAN SEPASANG KAWAT


BERALIRAN LISTRIK YANG DI ISOLASI DENGAN
SUATU BAHAN YANG AKAN MELELEH PADA
TEMPERATUR TERTENTU.JADI BILA TERJADI
KEBAKARAN, PANAS YANG TIMBUL AKAN
MELELEHKAN ISOLASI KAWAT SEHINGGA KAWAT
AKAN BERHUBUNGAN YANG KEMUDIAN
HUBUNGAN LISTRIK INI AKAN MEMBUNYIKAN
ALARM SEKALIGUS MENGAKTIFKAN MEDIA
PEMADAM UNTUK DISEMBURKAN
ADI / HSE / 2005 35
SYARAT-SYARAT PENEMPATAN
DETEKTOR YANG BAIK

1. PADA LANGIT-LANGIT YG.RATA DETEKTOR HARUS DIPASANG PADA


LANGIT-LANGIT MIN.100 MM.DARI DINDING ATAU BILA PADA DINDING
MIN.100 MM. DAN MAX..200 MM DARI LANGIT-LANGIT
2. UNTUK LANGIT-LANGIT YG. RATA JARAK ANTARA DETEKTOR TIDAK BOLEH
MELEBIHI JARAK MAX. YG. DI IJINKAN SESUAI DENGAN SPESIFIKASI
TEKNIS MASING-MASING DETEKTOR.
3. UNTUK RUANGAN YG. TIDAK BERATURAN ATAU KORIDOR, DETEKTOR
HARUS DI PASANG SEDEMIKIAN SEHINGGA JARAK TERJAUH ANTARA
DETEKTOR DENGAN DINDING MAX. 0,7 x JARAK YG. DI IJINKAN.
4. UNTUK LANGIT-LANGIT DENGAN TINGGI 3 M SAMPAI DENGAN 9,1 M JARAK
ANTARA DETEKTOR YG. DI IJINKAN HARUS DI KALIKAN DENGAN FAKTOR
REDUKSI SEPERTI DALAM TABEL :
5. BILA LANGIT-LANGIT TERDIRI DARI BALOK-BALOK, JARAK ANTARA
DETEKTOR MAX. 50 % DARI JARAK UNTUK LANGIT-LANGIT RATA.

ADI / HSE / 2005 36


5.1.1.4. Bimetal.

Dua jenis logam yang mempunyai koefisien muai


berbeda direkatkan , bila terpapar panas pada suatu
temperatur tertentu , maka kedua jenis logam
tersebut akan memuai dan akan membengkok
kearah logam yang mempunyai koefisien muai yang
lebih rendah. Mekanisme inilah yang digunakan
detektor tipe bimetal untuk menyambung arus
listrik antara bimetal dengan logam konduktor yang
tetap lurus walaupun terpapar panas. Alarm dan
media pemadam diaktifkan segera setelah energi
listrik tersambung. Contoh dapat dilihat pada
gambar 11.
ADI / HSE / 2005 37
5.1.2. Rate of Rise.

 Detektor jenis ini akan bekerja berdasarkan


besarnya kenaikkan temperatur ruangan per
satuan waktu yang disebabkan oleh kebakaran.
Detektor ini akan bekerja bila temperatur
ruangan naik dengan kecepatan 15º F/menit
(8,3º C/menit) atau ada juga dengan kecepatan
27º F/menit (15º C/menit).
Ada 2 type rate of rise:
1. Pneumatik
2. Elektrik
ADI / HSE / 2005 38
5.1.2.1. Pneumatik
Alat ini terdiri dari suatu tabung tertutup dari suatu
logam yang diisi udara yang terpapar panas, tekanan
dalam tabung akan naik sehingga diagframa fleksibel
yang berada dalam tabung akan menekan pengumpil
(lever) untuk mengaktifkan alarm penyemburan media
pemadam.
Contoh dapat dilihat pada gambar 12.

5.1.2.2. Elektrik
Cara kerjanya hampir sama dengan tipe pneumatik,
tetapi yang digerakkan disini adalah konduktor listrik.

ADI / HSE / 2005 39


5.1.3. Rate Compensated

Detektor ini gabungan antara jenis fixed


temperatur dan rate of rise, sehingga bila
terpapar panas, detektor akan bekerja bila
temperatur mencapai suatu angka tertentu
atau bila kecepatan kenaikan temparatur
mencapai suatu angka tertentu. Contoh dapat
dilihat pada gambar 13.

ADI / HSE / 2005 40


5.2. Penempatan Detektor Panas

Tidak semua jenis detektor panas cocok


untuk semua jenis bangunan. Misalnya fixed
temperatur ttidak cocok bila dipasang pada
gedung-gedung dengan aliran udara yang
cukup tinggi atau yang dilengkapi denga air
conditioning. Rate of rise tidak akan memberi
respon yang baik bila dipasang pada gedung,
hanggar, gedung sekolah atau tempat lain
yang berupa gedung yang luas dengan atap
yang tinngi.

ADI / HSE / 2005 41


Syarat-syarat penempatan dektetor yang baik
adalah sebagai berikut :

1. Pada langit – langit yang rata detektor harus dipasang pada


langit – langit minimum 4 inch ( 100 mm ) dari dinding atau
bila pada dinding minimum 4 inch ( 100 mm ) dan maksimum
12 inch ( 200 mm ) dari langit – langit.
2. Untuk langit – langit yang rata jarak antara detektor tidak
boleh melebihi jarak maksimum yang diijinkan sesuai dengan
spesifikasi teknis masing – masing detektor.
3. Untuk ruangan yang tidak beraturan atau kotor , detektor
harus dipasang sedemikian hingga jarak terjauh antara
detektor dengan dinding maksimum 0,7 x jarak yang diijinkan.
4. Untuk langit – langit dengan tinggi 10 ft ( 3 m ) sampai
dengan 30 ft (9,1 m ) jarak antara detektor yang diijinkan
harus dikalikan dengan faktor reduksi seperti dapat dilihat
pada Tabel 4 seperti berikut .

ADI / HSE / 2005 42


Syarat-syarat penempatan dektetor yang baik adalah
sebagai berikut :
5. Bila langit – langit terdiri dari balok – balok , jarak antara detektor
.
maksimum 50 % dari jarak untuk langit – langit rata.
6. Bila pada langit – langit terdapat balok – balok konstruksi :
- Langit – langit dianggap rata bila tinggi balok maksimum 4 inch (100
mm).
- Bila tinggi balok lebih dari 4 inch ( 100 mm ) , jarak antara detektor
maksimum 2 / 3 x jarak untuk langit – langit rata.
- Bila tinggi balok lebih dari 18 inch ( 460 mm ) dan jarak antara balok
– balok tersebut lebih dari 8 ft ( 2,4 m ) , ruang antara balok – balok
dianggap terpisah.
7. Untuk langit – langit miring , 1 detektor harus dipasang pada daerah
paling jauh 3 ft ( 0,9 m ) diukur dari puncak langit – langit , sedang
untuk detektor berikutnya dipasang sesuai dengan jarak yang
diijinkan diukur secara horisontal.
8. Khusus untuk line type detector , tipe ini harus dipasang menempel
pada langit – langit atau pada dinding maksimum 20 inch ( 500 mm )
dari langit – langit.
Syarat – syarat penempatan dapat dilihat pada Gambar 14.

ADI / HSE / 2005 43


VI. DETEKTOR ASAP.
6.1 Prinsip kerja
Secara garis besar detektor asap menurut prinsip
kerjanya dibagi menjadi dua :
1. Prinsip foto elektrik.
Detektor memberikan respon bila terjadi kebakaran
dengan asap yang tebal yang partikel – partikelnya
dapat dilihat. Prinsip ini dapat dilihat pada Gambar
15.
2. Prinsip ionisasi.
Detektor akan memberikan respon walaupun asap yang
terjadi hanya sedikit yang biasanya partikel –
partikelnya tidak kelihatan. Prinsip ionisasi dapat
dilihat pada Gambar 16.

ADI / HSE / 2005 44


6.1.1. Detektor Foto Elektrik.
Mekanisme alat ini adalah menggunakan asap sebagai suatu
media yang mengaburkan atau menutupi suatu sinar yang
disorotkan dalam suatu ruangan, sehingga intensitas cahaya
yang diterima oleh receiver menurun. Penurunan intensitas
inilah yang dipakai untuk memberikan respon mengaktifkan
alarm dan dapat juga dipakai untuk menutupi pintu – pintu
ventilasi secara otomatis.
Pada detektor ini receiver yang berupa photo cell berfungsi
mengubah cahaya menjadi arus listrik yang dalam keadaan
normal memutus hubungan listrik untuk mematikan alarm.
Tetapi bila timbul asap intensitas cahaya berkurang
sehingga hubunganlistrik untuk alarm menjadi aktif dan
alarm berbunyi. Contoh dapat dilihat pada Gambar 17.

ADI / HSE / 2005 45


6.1.2. Detektor ionisasi.

Bekerjanya alat ini adalah dengan penggunaan bahan


radio aktif, dimana radiasi yang dipancarkan berupa ion
– ion negatif dan positif yang ditangkap oleh elektroda
– elektroda positif dan negatif dalam suatu tabung.
Radiasi sinar x ( alfa akan mengionisasi molekul –
molekul oksigen dan nitrogen yang terdapat dalam
udara diantara kedua elektroda. Bila aerosol asap yang
terdiri dari ion – ion negatif dan positif menangkap ion
– ion positif dan negatif yang dihasilkan oleh sinar x,
sehingga arus yang menjalar antara 2 elektroda juga
menurun dan dengan penurunan ini alarm dapat
diaktifkan. Contoh dapat dilihat pada Gambar 18.

ADI / HSE / 2005 46


6.2. Penempatan Detektor Asap.
Penempatan dan pemasangan detektor asap yang memenuhi syarat
adalah sebagai berikut :
1. Pada langit – langit yang rata detektor harus dipasang pada langit langit
minimum 4 inch ( 100 mm ) dari dinding atau bila pada dinding
minimum 4 inch ( 100 mm ) dan maksimum 12 inch ( 200 mm ) dari
langit – langit.
2. Untuk langit – langit yang terbuat dari balok – balok dan tinggi kurang
dari 8 inch ( 200 mm ) , detektor dipasang pada bagian balok yang
terbawah.
3. Bila terdapat balok konstruksi dimana tinggi balok lebih dari 8 inch ( 200
mm ), jarak antara detektor adalah 1/3 dari jarak yang diijinkan.
4. Pada langit – langit yang rata, jarak antara detektor maksimum 30 ft ( 9
, 1 mm ) kecuali ada rekomendasi lain dari pabrik pembuat detektor.
5. Untuk ruangan yang tidak beraturan, jarak maksimum antara dinding
dengan detektor adalah 0 , 7 x jarak yang diijinkan.

ADI / HSE / 2005 47


Penempatan dan pemasangan detektor asap
yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut :
6. Jika balok – balok pada langit – langit lebih tinggi
dari 8 inch ( 460 mm ) atau berjarak lebih dari 8
ft ( 2 , 4 m ) , tiap ruang yang dibentuk oleh balok
– balok itu diperlakukan sebagai ruang terpisah
dan minimum harus dipasang 1 detektor dalam
ruang tersebut.
7. Untuk langit – langit miring , 1 detektor harus
dipasang pada daerah paling jauh 3 ft ( 0 , 9 m )
diukur dari puncak langit – langit , sedang untuk
detektor berikutnya dipasang sesuai dengan jarak
yang diijinkan diukur secara horisontal.
Penempatan detektor asap ini dapat diperjelas
dengan Gambar 19.

ADI / HSE / 2005 48


VII. DETEKTOR NYALA
7.1 Prinsip Kerja.
Detektor nyala memberikan respon terhadap cahaya yang dikeluarkan oleh proses
pembakaran. Respon ini didasarkan pada panjang gelombang cahaya dan kekuatan cahaya.
Detektor nyala akan memberikan respon terhadap energi cahaya yang kelihatan dengan
panjang 4000 sampai dengan 7700 Angstrom dan juga terhadap energi cahaya yang tidak
kelihatan. Detektor nyala pada umumnya mempunyai tingkat alarm palsu yang tinggi tetapi
mempunyai kecepatan respon yang tinggi pula. Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan
respon hanya beberapa mil detik dari saat terjadinya nyala sampai alarm diaktifkan.
Detektor nyala cocok digunakan pada :
- Daerah pengisian bahan bakar cair dan gas.
- Ruangan yang bertekanan tinggi.
- Ruangan dengan langit – langit yang tinggi.
- Daerah yang segera meledak kalau ada nyala api, atau kemungkinan timbulnya nyala api
lebih besar dari asap atau panas bila terjadi kebakaran.

ADI / HSE / 2005 49


7.2. Jenis Detektor Nyala.

Ada beberapa jenis detektor nyala , tetapi


secara garis besar dapat dikelompokkan
dalam 2 jenis yaitu :

1. Detektor ultra ungu.


2. Detektor infra merah.

ADI / HSE / 2005 50


7.2.1. Detektor Ultra Ungu.

Detektor ini memberi respon terhadap energi


cahaya yang tidak kelihatan yang mempunyai
panjang gelombang di bawah 4000 Angstrom
dan biasanya digunakan untuk mendeteksi
api yang nyalanya relatif kecil. Contoh dapat
dilihat pada Gambar 20.

ADI / HSE / 2005 51


7.2.2. Detektor Infra Merah.
Detektor ini memberi respon terhadap energi cahaya
yang tidak terlihat , dengan panjang gelombang di atas
7700 Angstrom. Detektor ini akan bekerja lebih baik
kalau digunakan untuk mendeteksi kebakaran dengan
nyala api yang tinggi dan dalam jarak yang relatif
jauh , jadi sesuai dengan sifat – sifat ini , detektor infra
merah cocok dipakai untuk :
- Ruangan dengan langit – langit yang tinggi.
- Daerah penyimpanan bahan bakar cair.
- Hanggar.
- Hutan.
Contoh dapat dilihat pada Gambar 21.

ADI / HSE / 2005 52


7.3. Penempatan Detektor Nyala.
Penempatan detektor nyala yang baik adalah
sebagai berikut :
1. Detektor nyala harus dipasang pada jarak
maksimum sesuai dengan jarak yang
dijinkan atau sesuai dengan struktur atau
karakteristik dari daerah yang dilindungi.
2. Bila dipasang di daerah tak beratap ( out
door ) , detektor harus dilengkapi dengan
alat pelindung sehingga sensor tidak akan
tertutup oleh hujan , debu dan kotoran lain.

ADI / HSE / 2005 53


VIII. DETEKTOR GAS
8.1 Prinsip Kerja.
Detektor gas yang dimaksud disini adalah
detektor yang khusus untuk mendeteksi gas –
gas sebagai hasil dari proses pembakaran dan
bukan gas yang ada di alarm atau gas dari
penguapan bahan bakar cair.
Menurut cara kerjanya detektor gas dibagi
menjadi 2 :
1. Semi conductor.
2. Catalytic element.

ADI / HSE / 2005 54


8.1.1. Semi Conductor.

Detektor ini memberi respon terhadap gas –


gas hasil oksidasi yang mengubah arus listrik
dalam sensor semi conductor yang berada
dalam detektor.
Perubahan konduktifitas tersebut
menyebabkan semi conductor mengaktifkan
alarm. Contoh dapat dilihat pada Gambar 22.

ADI / HSE / 2005 55


8.1.2. Catalytic Element.
Detektor tipe ini berisi elemen katalis di mana elemen tersebut
tidak berubah tetapi mempercepat oksidasi dari gas. Dengan
cepatnya oksidasi, temperatur elemen menjadi naik dan hal
inilah yang digunakan untuk mengaktifkan alarm. Contoh dapat
dilihat pada Gambar 23.

Pada keadaan normal, detektor – detektor ini dapat teraktifkan


oleh sebab – sebab lain. Misalnya semprotan aerosol atau
bahan pelarut hydrocarbon dapat mengaktifkan detektor dan
disebut alarm palsu karena alarm aktif bukan akibat kebakaran
yang sebenarnya. Jadi untuk menghindari hal tersebut perlu
diperhatikan untuk penempatannya. Sebagai contoh, detektor
gas tidak cocok untuk dipasang dalam garasi yang banyak
mengandung karbon monoksida.

ADI / HSE / 2005 56


8.2. PENEMPATAN DETEKTOR GAS.

Detektor gas harus dipasang sebagai berikut :


1. Detektor gas harus dipasang pada jarak
maksimum sesuai dengan jarak yang
dijinkan atau sesuai dengan struktur atau
karakteristik dari daerah yang dilindungi.
2. Bila dipasang di daerah tak beratap ( out
door ), detektor gas harus dilengkapi
dengan alat pelindung sehingga sensor
tidak akan tertutup oleh hujan , debu dan
kotoran lain.

ADI / HSE / 2005 57


DAFTAR PUSTAKA
Bryan , John L , “ Fire Suppression and Systems “,
New York : Mac Millan , 1974.
Cote , Arthur E , ed , “ Fire Protection Handbook “,
17 th ed., Quincy : NFPA , 1991.
KK&LL Direktorat Pengolahan , “ Pedoman
Pemeriksaan Pemeliharaan dan Pengujian Sarana
Pemadam Kebakaran “, Jakarta : Direktorat
Pengolahan Pertamina , 1991.
NFPA , “ NFPA 72E , Automatic Fire Detectors “,
Quincy : NFPA, 1988.
Pusdiklat F&S, “ Fire Detector dan Alam “, Sungai
Gerong : Pusdiklat F & S.

ADI / HSE / 2005 58

Anda mungkin juga menyukai