Anda di halaman 1dari 11

MASOI

kelompok 5:

Nurhafifah Putri AZ-2210070150024


Yesi Mahdawanci-2210070150025
Rissa Anjelia-2210070150026
Dhiya Ulhaqi-2210070150027
Muhammad Rifan Ikramullah-2210070150028

Dosen pengampu:
Prof. Dr. apt. Amri Bakhtiar, MS, DESS
Definisi Masoi
Masoi merupakan tumbuhan pohon hijau, berkayu yang berasal dari family Lauraceae
(salamsalaman), yang masih satu kerabat dengan kayu manis. Pohon masoi cukup besar karena
dapat tumbuh setinggi 15-30 meter. Batang lurus dan silindris, berdiameter 25-50 cm, terkadang
dengan penopang hingga setinggi 150 cm. Daun berbentuk bulat telur (ovate), melingkar atau
berlawanan dan ujung daun yang meruncing. Tangkai bunga yang tergolong panjang; sekitar 10
cm dengan tipe seperti buah buni, bulat dengan sedikit tonjolan tajam kecil di salah satu sisinya.
Ketika 3 muda, buahnya berwarna hijau dan coklat atau kehitaman ketika masak dengan biji
tunggal. kayu masoi umumnya berwarna coklat kemerahan pada bagian dalam dan kelabu di luar.

Dalam Masoi terkandung 19 komponen senyawa kimia. Massoilactone merupakan kadar senyawa
kimia tertinggi yang terkandung di dalamnya, adapun kandungan terendah merupakan senyawa
dioktil ptalat
Daun masoi Pohon masoi

Kayu masoi Buah masoi


Klasifikasi masoi
Klasifikasi ilmiah masoi
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Cryptocarya
Spesies Cryptocarya massoy (Oken) Kostern
Budidaya Masoi
Pembudidayaan masoi masih terbatas berasal dari cabutan anakan di hutan alam. Upaya
penyediaan bibit dapat dilakukan secara generatif maupun secara vegetatif.
Pembudidayaan secara vegetatif masoi perlu dilakukan untuk menyelamatkan jenis ini.

ada beberapa alasan mengapa budidaya dan pengolahan masoi kurang digemari
masyarakat. Pertama, ada kepercayaan bahwa mengelupas kulit masoi di musim yang
salah bisa membuat tangan melepuh. Kedua, pembudidayaan masoi membutuhkan waktu
yang tidak sebentar. Dibutuhkan waktu setidaknya 15-20 tahun dari proses menanam
bibit hingga nantinya tanaman masoi bisa produktif. Kalau pohon tidak dirawat, atau
dibiarkan begitu saja tumbuh di hutan, butuh waktu lebih lama lagi untuk bisa
memanennya.
Penyebaran Masoi
Cryptocaya massoy atau bernama lain Massoia aromatic merupakan tumbuhan endemik Maluku
dan Papua, berdistribusi luas di daerah Nabire, Fak-Fak, Sarmi, Sorong, Manokwari, Biak
Numfor, Yapen Waropen, Merauke, Jayapura bahkan hingga wilayah Papua New Guinea bagian
barat. Masoi hidup secara alami di hutan hujan tropis basah dengan intensitas curah hujan 2.000
hingga 4.000 mm atau pada kondisi tanah lempung berpasir tanpa genangan air dan menyebar
luas pada ketinggian 10 hingga 700 meter di atas permukaan laut.
kandungan minyak atsiri dari Masoi
Kulit kayu dengan aroma khas menjadi salah satu keunggulan yang dimilikinya. Wangi yang
dihasilkan kulit kayu masoi bersumber dari kandungan minyak atsiri yang ada. Kandungan
minyak atsiri dalam masoi dikenal juga dengan massoia lakton. Tingginya kadar massoilactone
menyebabkan kulit kayu beraroma sangat khas sehingga mudah terbedakan dengan tanaman
lainnya. Massoia lactone (C10H16O2) atau yang dikenal juga dengan (R)-5,6-dihydro-6-
penthyl-2H-Pyrane-2-one yang diisolasi dari minyak esesnsial kulit masoi. Selain
massoilactone dan dioktil ptalat, senyawa lain yang terkandung adalah eugenol dan safrol
dalam jumlah relative lebih sedikit.

Struktur Massoilactone
Proses perolehan minyak atsiri
proses untuk mendapatkan minyak atsiri dari masoi dengan menggunakan metode penyulingan.
penyulingan serbuk kulit masoi dilakukan dengan metode kohobasi.

sekitar 500 gram serbuk dimasukkan ke dalam ketel penyuling lalu ditambahkan air setinggi 4
cm di atas permukaan serbuk, kemudian ditutup rapat. penyulingan dilakukan dengan variasi
waktu 12, 18, 24, 30 dan 36 jam, yang masing masing dihitung mulai dari tetesan distilat yang
pertama kali keluar dari kondensor. Distilat yang keluar ditampung, kemudian minyak yang
dihasilkan dipisahkan dari airnya. sisa air yang terdapat dalam minyak dihilangkan dengan cara
menambahkan Na2SO4 ke dalam minyak tersebut. minyak kulit masoi yang bebas air
selanjutnya di uji rendemen, berat jenis, putaran optik, indeks bias, bilangan asam dan kadar
eugenol
Manfaat Masoi
Pemanfaatan masoi secara lebih umum sudah cukup banyak dimanfaatkan masyarakat setempat.
Kayunya digunakan sebagai bahan bangunan, daunnya oleh masyarakat Pulau Seram, Maluku
dimanfaatkan nelayan untuk mengisi bantal yang akan digunakan sebagai penghangat kepalanya
ketika pergi ke laut. Kulit kayunya digunakan sebagai campuran warna merah dalam pembuatan
batik, sedang bubuknya banyak dimanfaatkan wanita Bali dan Jawa sebagai bahan salep
penghangat yang digunakan untuk menghangatkan tubuh dan meringankan keluhan rasa sakit
dengan cara membalurinya. Orang Jawa memanfaatkan minyak masoi sebagai obat murus,
kejang perut pada wanita hamil, dan minyak oles yang dapat menghangatkan badan.

Sedangkan masyarakat Eropa lainnya memanfaatkan minyak masoi untuk campuran pada
makanan dalam rangka mendapatkan aroma makanan supaya menyerupai kelapa. Masyarakat
Amerika memanfaatkan masoi sebagai perasa pada es krim.
Produk pasaran minyak Masoi
Dengan kandungan yang terdapat pada minyak masoi, maka tak heran
minyak ini digunakan sebagai bagian dari penghasil cita rasa pada es
krim, berbagai obat-obatan, dan kosmetik. Bahkan, minyak masoi telah
dikembangkan menjadi produk perisa makanan.
Walaupun secara nasional belum dikenal luas, tetapi di beberapa tempat
minyak atsiri tersebut mulai dikembangkan. Bahkan, produk masoi ini
telah menembus pasar internasional untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Dari tahun 2014-2017, produksi masoi Indonesia yang berasal dari Papua
adalah 15-20 ton per tahun.
Untuk pasar internasional, harga minyak masoi berkisar antara Rp 2
hingga Rp 5 juta per kilogram. Variasi harga ditentukan oleh kadar
lakton, terutama masoilakton yang terdapat pada produk.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai