Disusun oleh:
Kelompok 1
Tyas Cricilia (18030204007)
Jadsna Rohma Hanida (18030204016)
Alma Dwi Rahmawati (18030204021)
Carolina Adventia Krsiwanti (18030204023)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAY
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu Negara agraris di dunia, Indonesia merupakan
penghasil 40 dari 80 jenis minyak atsiri yang beredar di perdagangan pada
pasar dunia. Dari 40 jenis minyak atsiri yang dihasilkan Indonesia, 13
jenis diantaranya sudah memasuki persaingan mimnyak atsiri global, yaitu
minyak yang berasal dari tanaman Nilam, Serai Wangi, Kenanga, Kayu
Putih, dan Kemukus. Tanaman kayu putih (Melalauca leucadendron
Linn.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak
digunakan di Indonesia dan dibutuhkan dalam industri minyak atsiri di
Indoneisa. Indonesia merupakan Negara yang subur sehingga berbagai
macam jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik disini. Hal ini dapat
membuka peluang pertanian yang besar dan dapat menghasilkan banyak
keuntungan ekonomis pula. Kayu putih masuk kedalam tumbuhan bukan
kayu dan memiliki prospek perkembangan yang cukup baik jika
dibudidayakan di Indonesia.
Tanaman kayu putih memiliki potensi yang besar di pulau Jawa.
Baik dalam hal produksi tanaman maupun dalam hal penyulingan untuk
dijadikan minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak kayu putih.
Pabrik pengolahan minyak kayu putih ini di Pulau Jawa sendiri juga sudah
banyak sehingga Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang
menghasilkan minyak kayu putih dalam jumlah yang banyak. Hal ini
didukung dengan teknik yang dilakukan untuk memanen tanaman kayu
putih yang efisien bail secara waktu dan biaya. Teknik yang kerap
digunakan oleh pabrik pabrik pengolahan adalah kayu putih adalah teknik
rimbas.
Selain teknik rimbas tadi, terdapat pula teknik memanen tanaman
kayu putih yaitu dengan menggunakan alat bantu sabit atau secara manual
sehingga hasil panen yang didapat tergantung dari kemampuan pekerja.
Pabrik minyak kayu putih sendiri merupakan pabrik yang beroperasi 24
jam sehingga bahan baku berupa daun kayu putih harus selalu tersedia
pasokannya. Hal ini menyebabkan tuntutan yang tinggi pada pekerja yang
memanen kayu putih secara manual. Para pemanen tumbuhan kayu putih
harus bekerja sekitar 10 jam perhari untuk memenuhi jumlah pasokan
daun kayu putih yang diperlukan. Untuk itu dalam memanen tanaman
kayu putih hendaknya dilakukan dengan cara yang efisien agar hasil yang
diperoleh dapat maksimal dan dapat memenuhi target yang telah
ditetapkan dalam satu kali masa produksi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengolah tanaman kayu putih yang ada di Kecamatan
Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto secara maksimal?
2. Bagaimana cara meminimalisir bau menyengat yang ditimbulkan
akibat pertumbuhan tanaman kayu putih di Kecamatan
Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto?
C. Tujuan
3. Untuk dapat mengolah tanaman kayu putih secara maksimal di
Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.
4. Untuk dapat meminimalisir bau menyengat yang ditimbulkan akibat
pertumbuhan tanaman kayu putih di Kecamatan Dawarblandong,
Kabupaten Mojokerto.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Subyek Penelitian
A. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, hutan kayu putih di
kawasan Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto menjadi harapan
bagi masyarakat untuk dikembangkan sebagai sektor perekonomian yang
menguntungkan. Tanaman kayu putih pada awalnya ditanam di wilayah hutan
di Kecamatan Kemlagi, Mojokerto dan pada tahun 2007 mulai diperluas
areanya hingga saat ini. Pengelolaan kawasan hutan dilakukan oleh Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto yang berada dalam organisasi Perum
Perhutani dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kawasan hutan kayu putih di Mojokerto bermanfaat dalam bidang
ekonomi karena dapat menghasilkan komoditas berupa minyak kayu putih
yang dikelola oleh pabrik minyak kayu putih di kawasan Kabupaten
Mojoketo dan membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar hutan sebagai
pekerja yang bertugas untuk memanen daun kayu putih. Pabrik minyak kayu
putih yang dimiliki oleh KPH Mojokerto merupakan pabrik yang aktif dalam
produksi minyak kayu putih selama sepanjang tahun. Tanaman kayu putih
dapat dipanen minimal umur 9 bulan, sehingga panen hanya dapat dilakukan
satu tahun sekali.
Perum Perhutani KPH Mojokerto menggunakan metode rimbas dalam
proses panen daun kayu putih untuk kemudian diproses di pabrik menjadi
minyak kayu putih. Proses panen daun kayu putih masih dilakukan secara
manual dengan menggunakan alat panen sabit, sehingga jumlah daun yang
dipanen tergantung pada kecepatan pekerja yang melakukan panen. Selama
ini, belum terdapat alat khusus untuk pekerja melakukan panen daun kayu
putih, sehingga masih menggunakan sabit yang biasa digunakan untuk
memotong rumput ilalang, padahal terdapat perbedaan kontur antara tanaman
kayu putih dan rumput ilalang. Dengan keterbatasan alat, maka pengelolaan
tanaman kayu putih di Kabupaten Mojokerto juga mendatangkan beberapa
permasalahan, di antaranya daun kayu putih yang belum diolah menimbulkan
bau menyengat bagi warga yang tinggal di sekitar hutan kayu putih, dan
limbah hasil panen seperti ranting-ranting pohon yang dibiarkan begitu saja
setelah proses penyulingan.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan, dapat dilihat jelas
bahwa hutan kayu putih di Mojokerto merupakan salah satu sumber daya
alam terbarui yang sangat potensial dan harus mendapatkan penanganan yang
tepat, agar pemanfaatannya sesuai dengan nilai yang terkandung di dalamnya.
Pertama-tama, tindakan yang mampu dilakukan untuk menjaga kelestarian
hutan kayu putih adalah dengan menjaga ekosistem sekitar. Hal ini dilakukan
dengan tujuan utama adalah agar hutan kayu putih masih dapat bertahan
hidup dan memiliki pertumbuhan yang normal. Menjaga ekosistem
dimaksudkan agar setiap pohon kayu putih tetap memiliki karakteristik yang
sama dan dapat diolah secara komunal pula. Kedua, diperlukan tindakan
pemeliharaan hutan. Hal ini ditujukan agar keasrian hutan tetap terjaga, dan
tidak dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Selain dengan menjaga kelestarian dari kondisi hutan kayu putih di
Mojokerto, optimalisasi pemanfaatan sumber daya juga harus dilakukan. Hal
ini dikarenakan kayu putih memiliki nilai ekonomis yang baik, sehingga
mampu memberikan nilai tambah pada sektor ekonomi daerah, dan membuka
lapangan pekerjaan bagi warga di sekitar hutan kayu putih tersebut.
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya dapat dilakukan dengan beberapa
cara, seperti peningkatan kualitas dan teknologi dalam proses panen daun
kayu putih. Untuk menghemat waktu agar proses produksi menjadi lebih
efektif dan efisien, maka akan sangat baik apabila digunakan teknologi
tertentu dalam memetik daun kayu putih, sehingga pekerjaan untuk setiap
pekerja diringankan, dan waktu yang digunakan relatif lebih singkat.
Selanjutnya, optimalisasi juga dapat dilakukan dengan meningkatkan kelas
produksi hasil olahan daun kayu putih. Dengan menambah kapasitas
produksi, maka pemanfaatan sumber daya akan jauh lebih menyeluruh,
mengingat masa panen kayu putih adalah 9 bulan sekali dalam setahun,
sehingga produksi akan optimal apabila seluruh hasil panenan benar-benar
diolah menjadi produk konsumsi yang siap dipakai.
Di samping upaya menjaga kelestarian hutan kayu putih dan
optimalisasi proses produksi, usaha pengelolaan limbah sisa proses produksi
juga tidak kalah penting. Batang dan ranting sisa panenan akan lebih baik
apabila diolah sesuai dengan kebutuhan warga sekitar, sehingga tidak
meninggalkan sampah baru. Pengelolaan dapat dilakukan dengan
menggunakan batang dan ranting sebagai kerajinan ataupun pengganti kayu
bakar untuk kegiatan warga sekitar. Selain itu, ilalang di sekitar hutan kayu
putih yang ikut terpanen dapat digunakan sebagai sumber pangan ternak
sekitar. Apabila dirasa masih memiliki nilai tambah, akan sangat baik apabila
sisa batang dan ranting hasil panenan pohon kayu putih diolah menjadi pupuk
kompos, sehingga dapat digunakan kembali untuk proses regenerasi
tumbuhan kayu putih, dijadikan sebagai pupuk pada proses pembibitan
kembali tumbuhan kayu putih.
BAB V
SIMPULAN