Anda di halaman 1dari 17

Teori Pembelajaran dalam Psikologi

Kelompok 4

1). Ahmad Luqman Hakim (2108308023)


2). Lia Fauziah (2108308019)
3). Nurul Fathia Annisa (2108308053)
Latar Belakang
Teori belajar merupakan teori dalam psikologi pendidikan yang mampu mempengaruhi cara peserta
didik untuk menyerap ilmu. Teori ini melibatkan sejumlah aspek yaitu guru, peserta didik, metode dan
strategi belajar, serta media pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar
berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan teori belajar dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan
untuk mendeskripsikan cara manusia belajar sehingga manusia dapat memahami proses kompleks dari
belajar.

Teori psikologi belajar bertujuan untuk membantu guru dalam membimbing siswa dalam proses
pertumbuhan belajar melalui dasar dasar yang luas dalam hal mendidik serta membantu menciptakan
suatu sistem pendidikan yang efisien dan efektif guna meningkatkan arah pendidikan ke tingkat yang
lebih tinggi.
Rumusan Masalah 1

2
1. Apa saja teori-teori yang
terdapat pada aliran
Stimulus-Respon
(Behavioristik)?

3
3. Bagaimana perbedaan antara teori-
teori aliran Stimulus-Respon
2. Apa saja teori yang
terdapat pada aliran
(Behavioristik) dan teori-teori aliran
Kognitif? Kognitif dalam pembelajaran tentang
psikologi? 4
Tujuan Penelitian 1

2
1. Untuk mengetahui dan memahami teori-teori yang terdapat pada aliran Stimulus-
Respon (Behavioristik)
2. Untuk mengetahui dan memahami teori-teori yang terdapat pada aliran Kognitif
3. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan antara teori-teori aliran Stimulus- 3

Respon (Behavioristik) dan teori-teori aliran Kognitif dalam pembelajaran tentang


psikologi

4
Pembahasan 1

A. Teori-Teori Stimulus Respon

2
Teori yang berawal dari hasil eksperimen seorang ahli fisiologi dari Rusia,
yakni Ivan Petrovich Pavlov yang melakukan percobaan pada seekor
anjing. Teori stimulus-respons memiliki dasar pandangan mengenai
perilaku berbahasa, bahwa berbahasa dimulai dengan adanya stimulus
(rangsangan berupa aksi) yang segera menimbulkan respons (reaksi yang
berupa gerak balas). 3

Chaer, Abdul. 2011. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.


Teori Pembiasaan Klasik dari Pavlov 1

Teori Pembiasaan Klasik ini mengemukakan, bahwa kemampuan seseorang untuk membentuk
respons-respons yang dibiasakan berhubungan erat dengan jenis sistem yang digunakan. Teori
ini percaya adanya perbedaan-perbedaan yang dibawa sejak lahir dalam kemampuan belajar. 2
Respons yang dibiasakan ini dapat diperkuat dengan ulangan yang teratur dan intensif, maka
bagi Pavlov respons yang dibiasakan adalah unit dasar pembelajaran yang paling baik.

Teori Penghubungan dari Thorndike


Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses menghubung-hubungkan di dalam 3
sistem saraf dan tidak ada hubungannya dengan insight atau pengertian, maka teori pembelajarannya
disebut connectionism atau S-R bond theory (teori gabungan stimulus-respons). Maksud dari yang
dihubungkan-hubungkan dalam sistem saraf adalah peristiwa-peristiwa fisik dan mental dalam proses
pembelajaran, yakni segala hal yang dirasakan dengan pikiran, serta segala rangsangan dan gerak balas
4
yang ada.
Teori Behaviorisme dari Watson 1

Menurut teori ini, yang dapat dikaji oleh psikologi adalah benda-benda atau hal-hal yang
dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons).
Sedangkan hal-hal yang terjadi 6 dalam otak tidak berkaitan dengan kajian, maka dalam 2
proses pembelajaran menurut Watson tidak ada perbedaan antara manusia dan hewan.
Disebabkan oleh hal itu, maka kesadaran tidak termasuk benda yang dikaji oleh
behaviorisme dan psikologi sebagai ilmu mengenai perilaku manusia ini menjadi sangat
sederhana dan mudah dikaji, karena menurut behaviorisme, semua perilaku, termasuk 3
tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus).

4
M

Teori Kesegeraan dari Guthrie Teori Pembiasaan Operan dari Skinner


Menurut Guthrie kesegeraan 7 hubungan di antara satu Bagi Skinner perilaku berbahasa lebih banyak
gabungan stimulus dan respons akan memperbesar dipengaruhi atau disebabkan oleh rangsangan
T
kemungkinan berulangnya pola pasangan stimulus dan (stimulus) dari luar serta pengukuhan (reinfomement)
respons ini. Terjadinya respons yang segera dari suatu dari rangsangan itu. Dia juga tidak menerima akan
gabungan stimulus dan respons merupakan adanya “kepandaian yang dibawa sejak lahir” dalam
pembelajaran itu sendiri. Respons ini akan terjadi pada pembelajaran berbahasa itu semata-mata diperoleh
situasi gabungan yang sama. Jadi, dalam teori ini, sebagai hasil rangsangan dan pengukuhan terhadap W
kesegeraan merupakan kunci pembelajaran dan rangsangan itu. Sementara mengenai akuisisi atau
bukannya penguatan (reinforcement). Guthrie juga pemerolehan bahasa ibu oleh anak. Skinner
menekankan bahwa penguatan tidaklah begitu penting berpendapat bahwa pemerolehan itu berlangsung
karena penguatan itu hanya berfungsi sebagai satu secara berangsurangsur mengikuti peristiwa-peristiwa
faktor yang mencegah organisme mencoba respons tertentu. T
yang lain.

F
Teori Mediasi dari Osgood 1

Menurut Osgood, makna merupakan hasil proses pembelajaran serta


pengalaman seseorang dan merupakan satu proses mediasi untuk
melambangkan sesuatu. Makna sebagai proses mediasi pelambang dan 2
merupakan satu bagian yang distingtif dari keseluruhan respons terhadap satu
objek yang telah dibiasakan pada kata untuk objek itu, atau pada persepsi pada
objek itu. Makna ini sebagai satu proses mediasi yang bertindak sebagai satu
stimulus mediasi untuk merangsang seseorang memberikan respons dengan 3
can tertentu pada objek asli, terutama memberikan respons linguistik (bahasa).

4
Teori Dua Faktor dari Mowrer 1

a. Pengukuhan bertambah (incremental reinforcement)


Menurut teori Mowrer ini, perasaan takut dan perasaan untuk mengharapkan sesuatu, begitu juga dengan
perasaan lega dan kecewa, merupakan reaksi-reaksi penengah atau mediasi yang telah dibiasakan terhadap 2
rangsangan yang berhubungan dengan suatu gerak balas (respons) yang membangkitkan ganjaran atau hukuman.

b. Pengukuhan berkurang (decremental reinforcement)


Mowrer yakin betul bahwa pembiasaan emosi pengharapan dan emosi ketakutan merupakan kunci proses
3
pembelajaran. Emosi-emosi inilah yang bertindak sebagai rangsangan mediasi atau penengah yang mampu
merangsang individu untuk menindak atau memberikan respons. Teori Mowrer ini sebenamya masih lebih
cenderung kepada behaviorisme karena emosiemosi itu harus terlebih dahulu dibiasakan terhadap rangsangan
lingkungan sebelum mendapat kekuatan sendiri untuk membangkitkan reaksi.
4
M
B. TEORI KOGNITIF

"Cognitive" berasal dari kata "Cognition" yang mempunyai persamaan dengan "knowing"
yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan penataan,
penggunaan pengetahuan (Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan W
proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih
menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu
belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho, T
2015: 290).

F
M

Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar, yaitu (Suyono, el. 2011: 75):
W
1) Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan
proses berfikir yang sangat kompleks.
2) Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi
T
yang berkesinambungan dengan lingkungan.

F
M
Pemuka dan Tokoh Teori Pembelajaran Kognitivisme

1 Teori Perkembangan Kognitif, oleh Jean Piaget T


Piaget membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu (Nurhadi, 2018: 13; Winfred F Hill, 2010: 157):
1). Asimilasi. Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada (John, 1969: 9)
2). Akomodasi. Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. W
3). Equilibrasi. Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa yang terbagi
kedalam empat tahap, yaitu (Winfred F. Hill, 2011: 160-161; Erawati, dkk, 2014: 70):
1). Tahap sensorimotor (anak usia lahir-2 tahun) T
2) Tahap preoperational (anak usia 2-8 tahun) (Suyudi, dkk, 2013: 108).
3) Tahap operational konkret (anak usia 7/8-12/14 tahun)
4) Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih) (Muhibbin: 68).
F
M

2) Teori Perkembangan Kognitif, oleh Jarome Bruner .


T
Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu (Warsita, 2016: 72):
1) Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan dengan observasi, pengalaman
terhadap suatu realita.
W
2) Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan visualaisasi verbal.
3) Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan
penggunaan symbol.

T
3) Teori Perkembangan Kognitif, oleh Ausebel.
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap (Budiningsih, 2015: 43): 1). Memperhatikan
stimulus yang diberikan; 2). Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami; 3). Meaning full learning adalah suatu proses
F
dikaitkannya.
M

4). Teori Perkembangan Kognitif, oleh Robert M. Gagne T

Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam


otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
W
Pengolahan otak manusia :
1). Reseptor;
2). Sensory register;
3). Short-term memory;
4). Long-term memory; T
5). Response generator.

F
M

Perbedaan mendasar antara Teori S-R (Behavioristik) dan Teori


Kognitif T

1. Teori behavioristik mementingkan pengaruh lingkungan, sedangkan


W
teori kognitif lebih mementingkan apa yang ada dalam diri.
2. Pada teori behavioristik mengutamakan peran reaksi, dan pada teori
kognitif menguatkan fungsi kognitif. T
3. Dalam teori belajar behavioristik hasil belajar terbentuk secara
mekanis, dalam teori kognitif terjadi kesinambunagan dalam diri.
F
M

4. Teori behavioristik dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, dan teori T


kognitif tergantung pada saat itu.
5. Teori behavioristik mementingkan pembentukan kebiasaan, dan pada
W
teori kognitif mementingkan terbentuknya struktur kognitif.
6. Pada teori behavioristik dalam memecahkan masalah dilakukan
dengan cara trial and eror, sedangkan pada teori kognitif untuk
T
memecahkan masalah didasarkan kepada insight.

Anda mungkin juga menyukai