Anda di halaman 1dari 29

Meningitis

Kelompok 2
Astiya Ningsih (1720210004)
Nurfadilah Marlina Una (1720210011)
Nurul Fadilah (1720210013)
Nurul Hasanah (1720210014)
Ratu Zilva Nadira (1720210016)
Rahmadatul Ilmi (1720210017)
Dicky Wahyudi (1720210022)
Sherly Angelina Putri (1720210023)
Sri Dwi Rahmawati Putri (1720210025)
Amanda Mezzaluna (1720210026)
CREDITS: This presentation template was created
Rena Nurzanah (1720210039)
by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik
01
Definisi
Meningitis
Meningitis adalah inflamasi akut pada maninges. Organisme penyebab meningitis bakterial
memasuki area secara lansung sebagai akibat cedera traumatik atau secara tidak lansung bila
dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS).

Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput
otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Klasifikasi

Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,


yaitu :
 Meningitis Serosa
Meningitis serosa di tandai dengan jumlah sel dan protein
yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang
jernih, penyebab yang paling sering adalah
Mycobacterium tuberculosa.
 Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta adalah meningitis yang bersifat akut
dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan
disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus.
Anatomi Fisiologi

Menurut Roger Watson, meningitis


adalah membrane proktektif yang
melapisi sistem syaraf pusat. Ada 3
lapisan meningitis, yaitu :
1. Durameter

Durameter merupakan lapisan paling


luar, kuat, dan keras atau disebut juga
pachymeninx adalah membran fibrosa
kuat yang mempunyai dua lapisan yaitu
bagian luar yang melapisi permukaan
dalam tengkorak dan membentuk
periosteum. Falk serebri merupakan
salah satu lapisan di antara dua hemifere
cerebral.
2. Arachnoid

Membran ini disebut juga leptomeninges yang merupakan membrane halus lansung di
bawah durameter dan masuk di antara bagian otak. Ruang sub dural terletak di antara
araknoid dan piameter yang berisi cairan serebrospinal. Serebelum dan medulla
oblongata terdapat rongga yang cukup besar yang disebut sisterna magna.
3. Pia Meter

Piameter adalah membrane vaskuler dan


berhubungan dengan permukaan luar otak
dan medulla spinalis.
Etiologi

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis
itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Berdasarkan mikroorganisme penyebabnya, yaitu :
 Virus
Enterovirus merupakan penyebab utama meningitis viral. Gejalanya seperti sakit
kepala dan nyeri kuduk.
 Bakterial
Meningitis bakterial akut selalu bersifat purulenta. Ada beberapa jenis bakteri yang
dapat menyebabkan meningitis, seperti streptococcus pneumoniae, haemophilus
influenzae, dan listeria monocytogenes.
 Jamur
Infeksi jamur pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan meningitis akut, sub
akut, dan kronik. Biasanya sering terjadi pada anak dengan imunosupresif terutama
pada leukemia dan asidosis.
Patofisiologi

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di


organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus dan bakteri menyebar
secara hematogen sampai ke selaput otak, penyebaran bakteri dan
virus dapat secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau
jaringan yang ada di dekat selaput otak. Penyebaran kuman bisa juga
terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi
bedah otak.

Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan


fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke
dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada piamater
dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Tanda dan Gejala

Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri diantaranya :

a. Demam, merupakan gejala awal

b. Nyeri kepala

c. Mual dan muntah

d. Kejang umum

e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran

sampai dengan koma.


Komplikasi
 Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau
 kelumpuhan.
 Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan subdural karena adanya
infeksi oleh kuman.
 Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
 Ensefalitis, yaitu radang pada otak.
 Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.
 Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak karena adanya
infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak.
 Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
 pendengaran.
 Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya retardasi mental yang
mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu
Pemeriksaan

Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)


1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat,
kadar
glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum
meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K +
turun
5. MRI, CT-scan/ angiorafi
02
Asuhan Keperawatan pada meningitis
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses
keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah
pasien, agar dapat
b. Riwayat kesehatan
memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat  Keluhan utama
tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap  Riwayat penyakit sekarang
pengkajian (Muttaqin,  Riwayat penyakit dahulu
2008).
a. Identitas  Riwayat kesehatan dahulu
1) Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin,  Riwayat penyakit keluarga
status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan
dan alamat.
2) Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama,
hubungan dengan
klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis
biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
2) Tanda- Tanda Vital
a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal
atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan
TIK ( N = 90- 140 mmHg).
b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan
lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
d. Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C)
3) Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
b) Mata
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman
d) Telinga
Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya
tuli konduktif dan tuli persepsi.
e) Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
f) Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis. 2) Jantung
Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis. I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari
kemampuan medial
menelan kurang baik midklavikula sinistra RIC IV.
Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi
kaku jantung II RIC 4-5 midklavikula.
kuduk A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
g) Dada
h) Ekstremitas
1) Paru
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri
I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat
pada
perubahan pola nafas
Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien
kanan sering
sama mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba secara
umum sehingga menggangu ADL.
d. Pola Kehidupan Sehari-hari
1) Aktivitas / istirahat
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu
tubuh
2) Eliminasi
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume e. Data Penujang menurut Hudak dan Gallo(2012):
pengeluaran urine, 1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC)
hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan meningkat,
penurunan curah kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa
jantung ke ginjal. serum
3) Makanan / cairan meningkat
Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu 2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
mual dan 3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
muntah disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan 4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+
nutrisi naik dan K +
pada pasien meningitis menurun karena anoreksia dan turun
adanya kejang. 5. MRI, CT-Scan
4) Hygiene
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri
karena penurunan kekuatan otot.
Diagnosa Keperawatan

● Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d hipersekresi jalan nafas


● Pola nafas tidak efektif b.d kelemahan otot pernafasan
● Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d hambatan aliran darah ke otak
Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan / perencanaan merupakan proses penyusunan strategi yang dibutuhkan


untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasikan
dan divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan intervensi dilakukan dengan
menetapkan tujuan dan kriteria hasil. Intervensi dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar klien baik fisiologis maupun psikologis. Intervensi dapat berupa tindakan mandiri, kolaboratif,
langsung dan tidak langsung yang terdiri dari tindakan pengobatan, pencegahan dan promosi
kesehatan (Riasmini dkk, 2017).
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

Berihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas : I.010011
b.d hipersekresi jalan nafas keperawatan selama ... X 24 Observasi :
1. Monitor pola nafas (frekuensi,
jam diharapkan bersihan jalan
kedalaman, usaha nafas)
nafas pasien menjadi efektif 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
dengan kriteria hasil: Gurgling, mengi, wheezing, ronchi)
-Produksi sputum 5 (menurun) 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
-Mengi 5 (menurun) aroma)
-Wheezing 5 (menurun) Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan head till dan chin- lift (jaw
thrust jika dicurigai trauma cervikal)
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
5. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
1.Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Kolaborasi :
1. Anjurkan pemberian bronkhodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

D.0005 Pola nafas : L.01004 Pemantauan respirasi : I.01014


Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi :
1. Monitor frekuensi, irama,
berhubungan dengan kelemahan keperawatan selama 1x 2 jam
kedalaman dan upaya nafas
otot pernafasan diharapkan petukaran gas lebih 2. Monitor pola nafas (seperti
baik dengan kriteria hasil: bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
- Dispnea menurun (5) kusmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
- Penggunaan otot bantu nafas 3. Monitor adanya produksi sputum
menurun (5) 4. Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Frekuensi nafas membaik (5) 5. Auskultasi bunyi nafas
- Kedalaman nafas membaik (5) 6. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

D.0017 Perfusi serebral : L.02014 Manajemen peningkatan tekanan


Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan intra kranial : I.09325
Observasi :
jaringan serebral berhubungan keperawatan selama 1x 2 jam
1. Identifikasi penyebab peningkatan
dengan hambatan aliran darah diharapkan perfusi jaringan TIK (mis. Lesi, gangguan
ke otak. serebral teratasi dengan kriteria metabolisme, edem serebral)
hasil: 2. Monitor tingkat kesadaran pasien
- Tingkat kesadaran meningkat 3. Monitor tanda –tanda vital
(5) 4. Monitor tanda atau gejala
peningkatan TIK
- Turgor kulit membaik (5) Terapeutik :
- Tekanan Intra kranial menurun 1. Berikan posisi semi fowler
(5) 2. Pertahankan suhu tubuh nomal
- Sakit kepala menurun (5) Kolaborasi :
- Kecemasan menurun (5) 1. Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
2. Kolab. Pemberian pelunak tinja,
jika perlu
Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan berdasarkan rencana
keperawatan yang telah disusun secara spesifik dan berfokus pada pencapaian hasil (Riasmini dkk,
2017). Komponen implementasi proses keperawatan mencakup penerapan keterampilan yang
diperlukan untuk mengimpelemtasikan intervensi keperawatan.
1) Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi:
a) Secara mandiri (independent)
Tindakan yang diprakasai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya dan menganggap reaksi karena adanya stressor, misalnya membantu klien dalam
melakukan kegiatan sehari hari, memberikan dorongan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya secara wajar, menciptakan lingkungan terapeutik.
b) Saling ketergantungan (interdependent) Tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim
keperawatan dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapis, contoh pemberian obat sesuai
instruksi dokter, pemberian infus.
c) Rujukan / ketergantungan (dependent) Tindakan keperawtan atas dasar rujukan dan profesi
lainnya, diantaranya dokter, ahli gizi, sebagai contoh pemberian makanan pada klien sesuai dengan
diet yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik oleh ahli fisioterapi.
Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan yaitu tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
perencanaan / intervensi dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, pasien dapat keluar dari siklus proses
keperawatan, jika evaluasi menunjukan sebaliknya maka perlu dilakukan kajian ulang secara umum.
Evaluasi ditunjukan untuk menilai kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai