Kelompok 3
Mela Mulyani 857510547
Nuraini 857508218
Sani Nuryanti 857508597
KB 1 ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN
BAHASA
A.Perpaduan Aspek Keterampilan Berbahasa di Kelas Tinggi
Ada 4 aspek pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
1. Aspek Mendengarkan
a. Yaitu mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman,perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa
lagu,kaset, pesan, penjelasan,laporan ceramah,kothbah,pidato, pembicaraan nara sumber, dialog
atau percakapan,serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat.
a. Mendengarkan
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melaui
kemampuan menceritakan pegalaman lucu, menjelaskan urutan, mendeskripsikan tempat,
menceritakan pengalaman, dan peristiwa, serta bermain peran.
c. Membaca
Mampu membaca dengan pemahaman teks agak panjang dengan cara membaca lancar
(bersuara), dan membaca dalam hati secra intensif, dan membaca secara memindai suatu
denah serta membaca dongeng dan puisi.
d. Menulis
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menjekaskan isi
petunjuk, mendengarkan pengalaman teman, dan mendengarkan pengumuman serta
pembacaan pantun
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui kemampuan
bertanya atau menyapa, menceritakan kegiatan sehari-hari, melakukan percakapan , menceritakan
pengalaman, melaporkan, dan mendeskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan pantun, menceritakan
kembali cerita, dan bermain peran.
c. Membaca
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca melalui
membaca memindai, membaca sekilas, membaca intensif, dan membacakan teks untuk orang lain serta
membaca cerita rakyat dan pantun.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam
tulisan melalui melengkapi percakapan, menulis deskripsi, mengisi formulir sederhana, melanjutkan
cerita narasi, menulis surat menyusun paragraf, dan menulis pengumuman serta menulis cerita rekaan
dan melanjutkan pantun.
3. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 5
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan pengumuman,
mendengarkan penjelasan dan nara sumber, dan mendengarkan pesan lewat tatap muka atau telefon
serta mendengarkan cerita pendek dan cerita rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui menanggapi
persoalan atau peristiwa yang terjadi di sekitar, berwawancara dan melaporkan hasil wawancara,
mendeskripsikan benda atau alat, dan menyampaikan dialog atau percakapan serta memerankan drama
pendek.
c. Membaca
Mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca untuk mendapatkan informasi
tertentu melalui membacakan tata tertib atau pengumuman, membaca cepat, membaca intensif dan
ektensif, membaca sekilas, dan membaca memindai teks-teks khusus serta membacakan puisi.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam
tulisan melalui menyusun karangan, menuis surat pribadi, meringkas buku bacaan, membuat foster,
dan menulis catatan dalam buku harian serta menulis prosa sederhana dan puisi.
4. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 6
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan dan mendiskusikan isi
undang-undang serta mendengarkan pembacaan sala satu pasal atau ayat dalam suatu undang-undang dan cerita
rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui menceritakan hasil
pengamatan, menyampaikan pesan atau informasi, membahas isi buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu,
berpidato, dan berdiskusi serta memerankan drama anak.
c. Membaca
Mampu memahami ragam atau teks bacaan denga berbagai cara atau tenik membaca melalui membacakan teks
untuk orang lain, membaca intensif berbagai teks serta membaca novel anak, cerita rakyat, dan cerita lama yang
masih populer
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan ke dalam berbagai ragam tulisan
melalui mengisi formulir sederhana, menyusun naskah sambutan atau pidato, menulis iklan sederhana,
menyusun rigkasan, menyusun rangkuman, dan menulis surat resmi serta memparafasekan puisi dan menyusun
percakapan.
B. Perpaduan Aspek Keterampilan Bahasa dengan Aspek Sastra di Kelas Tinggi
Caranya :
1. Menentukan kompetensi dasar apa yang akan dikembangkan.
2. Merancang hasil belajar yang merupakan perpaduan aspek keterampilan
Contoh Kelas 4
Perpaduan Keterampilan berbahasa : Membaca dengan Apresiasi Sastra
Standar kompetensi “Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsatra dengan berbagai cara membaca
melalui membaca memindai, membaca sekilas, membaca insentif, dan membaca teks untuk orang lain serta
membaca cerita rakyat dan pantun.”
Indikatornya :
1. Menyebutkan kejadian-kejadian dalam dongeng.
2. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam dongeng.
3. Menjelaskan hubungan tokoh-tokoh dongeng dengan tempat kejadian yang diceritakan dalam dongeng
Perpaduan membaca dan mengapresiasi sastra, setelah siswa membaca sebuah cerita diharapkan siswa dapat
mencapai tiga indikator tersebut yang termasuk dalam kegiatan mengapresiasi sastra.
KB 2 KAJIAN BUKU TEKS
Menurut Tarigan (1986) dalam menyusun buku tek menggunakan dua patokan.
• Bersifat umum, yang berlaku bagi setiap buku teks, bersumber dari kurikulum.
• Bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks tertentu saja misalnya buku teks matematika, Biologi, dan bahasa
Indonesia bersumber dari karakteristik setiap mata pelajaran.
Menurut Imam Machfuds dan Solchan (1995) menyusun naskah buku pelajaran ketentuan-ketentuan berikut ini :
a. Ketentuan Umum
Pertama, naskah hendaknya mempunyai bagian-bagian yang lengkap, yaitu (1) bagian awal naskah (halaman judul, kata
pengantar, daftar tabel, atau daftar lampira, (2) bagian isi naskah, dan (3) bagian akhir naskah (daftar pustaka dan jika ada
lampiran, indeks). Kedua, naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah diterbitkan. Asli artinya bahwa uraian dan
susunan kalimat dalam menyajikan naskah merupakan hasil formulasi penulis sendiri.
b. Ketentuan Khusus
(1) Keamanan nasional, (2) isi buku teks, (3) cara penyajian, (4) penggunaan bahasa, dan (5) ilustrasi.
Persyaratan yang berhubungan dengan isi buku teks yaitu:
a) Memuat sekurang-kurangnya bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai siswa sesuai denga jenjang pendidikan
yang diikutinya.
b) Relevan dengan tujuan pendidikan.
c) Menghormati kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama.
d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e) Benar ditinjau dari segi pengetahuan.
f) Sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi.
g) Sesuai dengan jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulis.
Dalam telaah buku teks ini buku yang digunakan adalah Buku wajib yang dikeluarkan oleh Diknas, yaitu
Lancar Berbahasa Indonesia 2 untuk Sekolah Dasar Kelas 4.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia gru harus menetapkan terlebih dahulu kompetensi siswa yang
mana yang akan dikembangkan. Misalnya, kompetensi dasar yang akan dikembangkan berhubungan
dengan aspek membaca untuk siswa kelas 4maka guru harus mencari tahu kurikulum 2004 standar
kompetensi untuk aspek membaca siswa kelas 4.
Modul 6
Pembelajaran Membaca
dan Menulis Permulaan
(MMP)
KB 1 Pembelajaran membaca dan menulis
di kelas Rendah
Program pembelajaran yang diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis permulaan di
kelas-kelas awal saat anak memasuki bangku sekolah. Kegiatan ini diorientasikan pada
kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf dan menulis
mekanik (kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan ilmu lainnya di
sekolah)
Tujuannya adalah untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus
dilakukan secara menyeluruh.
Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca menulis permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaraan yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada
saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki
bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama
Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca menulis permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaraan yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada
saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki
bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama
Mengapa disebut Peralihan dari masa bermain di TK (bagi anak-anak
yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah ke
Misalnya:
b,a,d, u menjadi b-a = ba (dibaca atau dieja /be-a/→ [ba])
ba-du = dilafalkan/badu/
Catatan:
dilafalkan dengan e pepet, seperti pelafalan pada kata benar, keras, pedas, lemah.
Dengan demikian kata nani dieja menjadi:
/en-a/ [na]
Proses pembelajaran MMP seperti itu dilakukan melalui Metode Bunyi Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari Metode Eja. Prinsip dasar
dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan Metode Eja/Abjad.
3. Metode Suku Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,
seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci cu ce co/: /da, di, du de do/, /ka, ki,ku, ke,ko/ dan
seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna,
misalnya:
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku kata
adalah:
a.Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
b.tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
c.tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana;
d.tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan: (kalimat -kata-kata
→suku-suku kata)
4. Metode Kata
Proses pembelajaran MMP, seperti yang digambarkan dalam langkah-langkah di atas dapat
pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai contoh, prose
pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu, kemudian dijadikan
lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya kata dimaksud
diuraikan/dikupas menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan
proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Hasil pengupasan
tadi dikembalikan ke bentuk asalnya sebagai kata lembaga/kata semula.
5.Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai Metode Kalimat. Dikatakan demikian karena alur
proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini dawali dengan penyajian beberapa kalimat
secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar. Di bawah gambar
tersebut, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh,
apabila kalimat yang diperkenalkan berbunyi ini Nani maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu
adalah gambar seorang anak perempuan.
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf, tidak disertai
dengan proses sintesis (perangkaian kembali) Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu tidak dikembalikan lagi
pada satuan diatasnya, yakni suku kata. Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan lagi menjadi
kata, kata-kata menjadi kalimat.