Anda di halaman 1dari 34

Modul 5

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia Sekolah Dasar kelas Tinggi

Kelompok 3
Mela Mulyani 857510547
Nuraini 857508218
Sani Nuryanti 857508597
KB 1 ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN
BAHASA
A.Perpaduan Aspek Keterampilan Berbahasa di Kelas Tinggi

Ada 4 aspek pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.

1. Aspek Mendengarkan

a. Yaitu mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman,perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa
lagu,kaset, pesan, penjelasan,laporan ceramah,kothbah,pidato, pembicaraan nara sumber, dialog
atau percakapan,serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat.

b. Kemampuan bersastra, yaitu mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan


mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat,cerita binatang, puisi
anak,syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.
1. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 3

a. Mendengarkan

Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan


penjelasan petunjuk, baik petunjuk verbal maupun dengan simbol dan mendengarkan
pembacaan cerita dan teks drama.

b. Berbicara

Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melaui
kemampuan menceritakan pegalaman lucu, menjelaskan urutan, mendeskripsikan tempat,
menceritakan pengalaman, dan peristiwa, serta bermain peran.
c. Membaca

Mampu membaca dengan pemahaman teks agak panjang dengan cara membaca lancar
(bersuara), dan membaca dalam hati secra intensif, dan membaca secara memindai suatu
denah serta membaca dongeng dan puisi.

d. Menulis

Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan melalui


menulis karangan dari fikiran sendiri, menyusun ringkasan bacaan, menulis karangan
berdasarkan rangkaian gambar seri, dan menulis petunjuk.
2. Standar Kompotensi Bahasa Indonesia kelas 4

a. Mendengarkan

Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menjekaskan isi
petunjuk, mendengarkan pengalaman teman, dan mendengarkan pengumuman serta
pembacaan pantun
b. Berbicara

Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui kemampuan
bertanya atau menyapa, menceritakan kegiatan sehari-hari, melakukan percakapan , menceritakan
pengalaman, melaporkan, dan mendeskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan pantun, menceritakan
kembali cerita, dan bermain peran.

c. Membaca

Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca melalui
membaca memindai, membaca sekilas, membaca intensif, dan membacakan teks untuk orang lain serta
membaca cerita rakyat dan pantun.

d. Menulis

Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam
tulisan melalui melengkapi percakapan, menulis deskripsi, mengisi formulir sederhana, melanjutkan
cerita narasi, menulis surat menyusun paragraf, dan menulis pengumuman serta menulis cerita rekaan
dan melanjutkan pantun.
3. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 5

a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan pengumuman,
mendengarkan penjelasan dan nara sumber, dan mendengarkan pesan lewat tatap muka atau telefon
serta mendengarkan cerita pendek dan cerita rakyat.

b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui menanggapi
persoalan atau peristiwa yang terjadi di sekitar, berwawancara dan melaporkan hasil wawancara,
mendeskripsikan benda atau alat, dan menyampaikan dialog atau percakapan serta memerankan drama
pendek.
c. Membaca
Mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca untuk mendapatkan informasi
tertentu melalui membacakan tata tertib atau pengumuman, membaca cepat, membaca intensif dan
ektensif, membaca sekilas, dan membaca memindai teks-teks khusus serta membacakan puisi.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam
tulisan melalui menyusun karangan, menuis surat pribadi, meringkas buku bacaan, membuat foster,
dan menulis catatan dalam buku harian serta menulis prosa sederhana dan puisi.
4. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 6

a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan dan mendiskusikan isi
undang-undang serta mendengarkan pembacaan sala satu pasal atau ayat dalam suatu undang-undang dan cerita
rakyat.

b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui menceritakan hasil
pengamatan, menyampaikan pesan atau informasi, membahas isi buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu,
berpidato, dan berdiskusi serta memerankan drama anak.

c. Membaca
Mampu memahami ragam atau teks bacaan denga berbagai cara atau tenik membaca melalui membacakan teks
untuk orang lain, membaca intensif berbagai teks serta membaca novel anak, cerita rakyat, dan cerita lama yang
masih populer

d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan ke dalam berbagai ragam tulisan
melalui mengisi formulir sederhana, menyusun naskah sambutan atau pidato, menulis iklan sederhana,
menyusun rigkasan, menyusun rangkuman, dan menulis surat resmi serta memparafasekan puisi dan menyusun
percakapan.
B. Perpaduan Aspek Keterampilan Bahasa dengan Aspek Sastra di Kelas Tinggi
Caranya :
1. Menentukan kompetensi dasar apa yang akan dikembangkan.
2. Merancang hasil belajar yang merupakan perpaduan aspek keterampilan
Contoh Kelas 4
Perpaduan Keterampilan berbahasa : Membaca dengan Apresiasi Sastra
Standar kompetensi “Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsatra dengan berbagai cara membaca
melalui membaca memindai, membaca sekilas, membaca insentif, dan membaca teks untuk orang lain serta
membaca cerita rakyat dan pantun.”

Indikatornya :
1. Menyebutkan kejadian-kejadian dalam dongeng.
2. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam dongeng.
3. Menjelaskan hubungan tokoh-tokoh dongeng dengan tempat kejadian yang diceritakan dalam dongeng
Perpaduan membaca dan mengapresiasi sastra, setelah siswa membaca sebuah cerita diharapkan siswa dapat
mencapai tiga indikator tersebut yang termasuk dalam kegiatan mengapresiasi sastra.
KB 2 KAJIAN BUKU TEKS

A. Syarat-Syarat Buku Teks


Menurut W. F. Mackey (dalam Hanafi, 1981) penyusunan buku teks didasarkan pada prinsip
berikut :
1. Seleksi
Dalam seleksi yang perlu dipertimbangkan adalah hal-hal berikut :
a. Tujuan pengajaran bahasa. level bahasa yang diajarkan dan jumlah waktu belajar.
b. Tipe bahasa yang akan diajarkan yang meliputi dialek, register,style, dan media.
c. Jumlah materi yang akan disajikan
d. Pilihan butir-butir yang akan diajarkan yang mencakup fonetik, tata bahasa, kosa kata dan
makna kata.
e. Kriteria yang dipakai melandasi pilihan.
2. Gradasi Bahan Pelajaran
Gradasi bahan pelajaran mempersoalkan tataan yang di pandang paling baik untuk
menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi.
Gradasi ini tampak seperti berikut:

a. Pengelompokan yang mencakup (1) pengelompokan yang berdasarkan sistem,


yaitu pengelompokan fonetis, gramatikal, leksikal, dan (2) pengelompokan bunti-
bunyi bahasa menjadi kata, kata menjadi frasa, frasa menjadi kalimat, kalimat
menjadi konteks.
b. Pengurutan atau sekuensi yang juga mencakup sekuensi berdasarkan sistem di
satu pihak dan berdasarkan struktur di pihak lain.
3. Presentasi Bahan
Mengomunikasikan bahan ajar kepada siswa yakni:
• Penahapan bahan ajar baik jumlah maupun satuan-satanya.
• Pendemonstrasian bahan pelajaran yang mungkin secara lisan ataukah secara
tertulis.
• Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran yang terdiri dari
ragam-ragam prosedur, yaitu eksplanasi, translasi, otentik, atau peragaan
(dengan benda, gerak, atau situasi), gambar, dan konteks.
4. Repetisi Bahan Ajar
Berhubungan dengan hal-hal yang patut dikerjakan guru dalam mengajar dan siswa dalam keterampilanya menyimak
berbicara membaca dan menulis.

Menurut Tarigan (1986) dalam menyusun buku tek menggunakan dua patokan.
• Bersifat umum, yang berlaku bagi setiap buku teks, bersumber dari kurikulum.
• Bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks tertentu saja misalnya buku teks matematika, Biologi, dan bahasa
Indonesia bersumber dari karakteristik setiap mata pelajaran.

Menurut Imam Machfuds dan Solchan (1995) menyusun naskah buku pelajaran ketentuan-ketentuan berikut ini :
a. Ketentuan Umum
Pertama, naskah hendaknya mempunyai bagian-bagian yang lengkap, yaitu (1) bagian awal naskah (halaman judul, kata
pengantar, daftar tabel, atau daftar lampira, (2) bagian isi naskah, dan (3) bagian akhir naskah (daftar pustaka dan jika ada
lampiran, indeks). Kedua, naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah diterbitkan. Asli artinya bahwa uraian dan
susunan kalimat dalam menyajikan naskah merupakan hasil formulasi penulis sendiri.
b. Ketentuan Khusus
(1) Keamanan nasional, (2) isi buku teks, (3) cara penyajian, (4) penggunaan bahasa, dan (5) ilustrasi.
Persyaratan yang berhubungan dengan isi buku teks yaitu:
a) Memuat sekurang-kurangnya bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai siswa sesuai denga jenjang pendidikan
yang diikutinya.
b) Relevan dengan tujuan pendidikan.
c) Menghormati kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama.
d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e) Benar ditinjau dari segi pengetahuan.
f) Sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi.
g) Sesuai dengan jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulis.

Persyaratan yang berkaitan dengan cara penyajian yaitu:


a) Urutan-urutan yang teratur.
b) Penahapan dalam urutan penyajian dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks, atau dari yang mudah ke yang sulit.
c) Menarik minat dan perhatian siswa.
d) Menantang siswa untuk terus mempelajari buku teks tersebut.
e) Pengorganisasian bahan pelajaran yang sistematik dan mengacu kepada berbgai aspek kemampuan siswa.
Persyaratan yang berhubungan dengan bahasa yaitu:
a) Menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku.
b) Menggunakan kalimat yang sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan siswa.
c) Menggunakan istilah,kosa kata, dan simbol-simbol yang mempermudah pemahaman isi buku teks.
d) Menggunakan transliterasi yang sudah di bakukan.

Persyaratan yang berkaitan dengan ilustrasi yaitu:


a) Relevansi dengan buku yang bersangkutan.
b) Tidak mengganggu kesinambungan antar kalimat dan antar paragraf serta bagian keseluruhan isi buku
teks.
c) Merupakan bagian terpadu dari keseluruhan isi buku teks.
d) Jelas, baik dan merupakan hal esensial untuk membantu siswa memahami konsep atau pengertian yang
diuraikan dalam buku teks tersebut.
B Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi

Dalam telaah buku teks ini buku yang digunakan adalah Buku wajib yang dikeluarkan oleh Diknas, yaitu
Lancar Berbahasa Indonesia 2 untuk Sekolah Dasar Kelas 4.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia gru harus menetapkan terlebih dahulu kompetensi siswa yang
mana yang akan dikembangkan. Misalnya, kompetensi dasar yang akan dikembangkan berhubungan
dengan aspek membaca untuk siswa kelas 4maka guru harus mencari tahu kurikulum 2004 standar
kompetensi untuk aspek membaca siswa kelas 4.
Modul 6
Pembelajaran Membaca
dan Menulis Permulaan
(MMP)
KB 1 Pembelajaran membaca dan menulis
di kelas Rendah
Program pembelajaran yang diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis permulaan di
kelas-kelas awal saat anak memasuki bangku sekolah. Kegiatan ini diorientasikan pada
kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf dan menulis
mekanik (kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan ilmu lainnya di
sekolah)

Tujuannya adalah untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus
dilakukan secara menyeluruh.
Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca menulis permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaraan yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada
saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki
bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama
Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca menulis permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaraan yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada
saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki
bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama
Mengapa disebut Peralihan dari masa bermain di TK (bagi anak-anak
yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah ke

permulaan? dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak. Hal


pertama yang diajarkan kepada anak pada wal-awal
masa persekolahan tersebut adalah kemampuan
1. membaca dan menulis

Kemampuan itu akan menjadi landasan dasar


2. bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di
sekolah

Kemampuan membaca permulaan telah


3. diorientasikan pada kemampuan membaca
tingkat dasar, yakni kemampuan melak huruf.
Mengapa disebut
permulaan? Kemampuan melek huruf selanjutnya dibina dan
4. ditingkatkan menuju kemampuan membaca tingkat
lanjut, yakni melek wacana

Kemampuan Munulis permulaan juga tidak jauh dari


kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat
5
dasar/permulaan, pembelajaran diorientasikan pada
kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk
dapat menuliskan lambang tulis yang juka dirangaikan dalam
sebuah struktur, lambang itu menjadi bermakna.
Selannjutnya, dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan
anak digiring pada kemampuan menuliskan
gagasan/pikiran/perasaan ke dalam bentuk tulis melalui
lambang tulis yang sudah dikuasainya
Tujuan Pembelajaran MMP
Kurikulum 2004 atau kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
merupakan kurikulum terkini yang digunakan disekolah-sekolah
sebagai pengganti atas kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum
1994. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah terkait yang mengamanatkan adanya
standar nasional pendidikan. Standar-standar dimaksud berkenaan
dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan serta
penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum pemerintah.
KB 2 STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Metode Pembelajaran MMP
MMP
1.Metode Eja

Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini dengan


memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf tersebut dihafalkan dan
dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Contoh: A/a, B/b, C/c, D/d,
Ele, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai (a), (be), (ce), (de), (e), (ef), dan
seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang talisan, seperti a, b, c,
d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata
dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.

Misalnya:
b,a,d, u menjadi b-a = ba (dibaca atau dieja /be-a/→ [ba])

d-u = du (dibaca atau dieja /de-u/→ [du])

ba-du = dilafalkan/badu/

b, a, d, u menjadi b-u = bu (dibaca atau dieja /be-u/-[bu])

ku (dibaca atau dieja /ke-u/ [ku])


Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan
huruf-huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf
yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata 'badu' tadi. Selanjutnya,
anak diminta menulis seperti ini: ba-du = badu

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat


sederhana Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi
kata, dan komunikatif, dan pengalaman berbahasa.
2. Metode Bunyi
Proses pembelajaran membaca permulaan yang dilakukan terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf (baca: berapa huruf konsonan).
Sebagai contoh:

huruf /b/dilafalkan [eb]

/d/ dilafalkan [ed]

/e/ dilafalkan [e]

/g/ dilafalkan [eg]

/p/ dilafalkan [ep]

Catatan:
dilafalkan dengan e pepet, seperti pelafalan pada kata benar, keras, pedas, lemah.
Dengan demikian kata nani dieja menjadi:

/en-a/ [na]

/en-i/ [ni] = dibaca [na-ni]

Proses pembelajaran MMP seperti itu dilakukan melalui Metode Bunyi Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari Metode Eja. Prinsip dasar
dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan Metode Eja/Abjad.
3. Metode Suku Kata

Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,
seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci cu ce co/: /da, di, du de do/, /ka, ki,ku, ke,ko/ dan
seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna,
misalnya:

bo-bi cu-ci da – da ka – ki bi-bu ca-ci

di-da ku-ku ka – ku ka-ca ba-ca ku - da


Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kata atau kalimat
sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dima seperti tampak pada contoh
berikut ini.

ka-ki ku-da ba-ca bu-ku ka-ki (dan sebagainya).

Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku kata
adalah:
a.Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
b.tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
c.tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana;
d.tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan: (kalimat -kata-kata
→suku-suku kata)
4. Metode Kata

Proses pembelajaran MMP, seperti yang digambarkan dalam langkah-langkah di atas dapat
pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai contoh, prose
pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu, kemudian dijadikan
lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya kata dimaksud
diuraikan/dikupas menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan
proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Hasil pengupasan
tadi dikembalikan ke bentuk asalnya sebagai kata lembaga/kata semula.
5.Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai Metode Kalimat. Dikatakan demikian karena alur
proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini dawali dengan penyajian beberapa kalimat
secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar. Di bawah gambar
tersebut, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh,
apabila kalimat yang diperkenalkan berbunyi ini Nani maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu
adalah gambar seorang anak perempuan.
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf, tidak disertai
dengan proses sintesis (perangkaian kembali) Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu tidak dikembalikan lagi
pada satuan diatasnya, yakni suku kata. Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan lagi menjadi
kata, kata-kata menjadi kalimat.

a.Memperkenalkan gambar dan kalimat


b.Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huuf-huruf.
6. Metode SAS
SAS merupakan singkatan dan Struktural Analitik Sintetik. Metode SAS merupakan salah
satu jenis metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis
permulaan bagi siswa pemula.
Proses penguraian/penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS,
meliputi:
a.Kalimat menjadi kata-kata;
b.kata menjadi suku-suku kata;
c.suku kata menjadi huruf-huruf.
Pada tahap selanjutnya, anak-anak didorong untuk melakukan kerja sintesis
(menyimpulkan). Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi kepada
satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-suku kata menjadi kata,
dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses sintesis ini anak akan
menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah kalimat utuh
B. Model Pembelajaran MMP
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan, sebagai berikut:
1. Pembelajaran tanpa buku
Langkah-langkah pembelajaran MMP tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah pada minggu-
minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung kira-kira 8-10 minggu. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut.
Sebelum KBM dilakukan sebaiknya guru mengawalinya dengan berbag kegiatan pra-KBM yang dapat
merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum
KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan
berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan mau belajar di sekolah

Selanjutnya, pilihlah variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.


a.Menunjukkan gambar
b.Menceritakan gambar
c.Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
d.Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf/tulisan melalui bantuan gambar
e.Membaca tulisan bergambar
f.Membaca tulisan tanpa gambar
g.Memperkenalkan huruf, suku kata, kata atau kalilmat dengan bantuan kartu
2. Pembelajaran dengan menggunakan buku

Ada beberapa tawaran alternatif langkah pembelajaran MMP


dengan menggunakan buku. Kegiatan pembelajaran pada fase ini
merupakan tindak lanjut dari kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP
tanpa buku. Dengan demikian, diasumsikan anak-anak tidak
berangkat dari kondisi nol. Berikut beberapa alternatif pembelajaran:
a.Membaca buku pelajaran (buku paket)
b.Membaca buku dan majalah anak yang sudah terpilih
c.Membaca bacaan susunan bersama guru dan siswa
d.Membaca bacaan susunan siswa (kelompok perseorangan)
Thank You
F o r Yo u r A t t e n t i o n

Anda mungkin juga menyukai