Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RESUME PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD

NAMA : YULIA LESTARI


NIM : 857477518

MODUL 5
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI

Kegiatan Belajar 1
Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa

A. PERPADUAN ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA DI KELAS TINGGI


Keterampilan berbahasa terdiri dari 4 (empat) aspek yaitu: mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis dimana yang termasuk kemampuan berbahasa yaitu mendengarkan
cerita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset,
pidato, dialog atau percakapan serta perintah yang didengar dengan memberikan respon
secara tepat.
1. ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA DI KELAS TINGGI
1) STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA KELAS 3
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui
mendengarkan penjelasan petunjuk, baik petunjuk verbal maupun dengan
symbol dan mendengarkan pembacaan cerita dan teks drama
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
melalui kemampuan menceritakan pengalaman lucu, menjelaskan urutan,
mendeskripsikan tempat, menceritakan pengalaman dan peristiwa, serta
bermain peran.
c. Membaca
Mampu membaca dengan pemahaman teks agak panjang dengan cara
membaca lancar (bersuara), dan membaca dalam hati secara intensif, dan
membaca secara memindai suatu denah serta membaca dongeng dan puisi.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
melalui menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri, dan menulis
petunjuk.

2) STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA KELAS 4


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami wacana lisan melalui menjelaskan isi
petunjuk, mendengarkan pengalaman teman, dan mendengarkan pengumuman
serta pembacaan pantun.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui kemampuan bertanya/ menyapa, menceritakan kegiatan sehari-hari,
melakukan percakapan, menceritakan pengalaman, melaporkan, dan
mendeskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan pantun, menceritakan
kembali cerita, dan bermain peran.
c. Membaca
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara
membaca melalui membaca memindai, membaca sekilas, membaca intensif
dan membacakan teks untuk orang lain serta membaca cerita rakyat dan
pantun
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan melalui melengkapi percakapan, menulis
deskripsi, mengisi formulir sederhana, melanjutkan cerita narasi, menulis
surat, menyusun paragraf, dan menulis pengumuman serta menulis cerita
rekaan dan melanjutkan pantun

3) STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA KELAS 5


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui
mendengarkan pengumuman, mendengarkan penjelasan dan nara sumber, dan
mendengarkan pesan lewat tatap muka atau telepon serta mendengarkan cerita
pendek dan cerita rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui menanggapi suatu persoalan atau peristiwa yang terjadi di sekitar,
berwawancara dan melaporkan hasil wawancara, mendeskripsikan benda atau
alat dan menyampaikan dialog atau percakapan serta memerankan drama
pendek.
c. Membaca
Mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca untuk
mendapatkan informasi tertentu melalui membacakan tata tertib/ pengumuman,
membaca cepat, membaca intensif dan ekstensif, membaca sekilas dan
membaca memindai teks-teks khusus serta membacakan puisi
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai tulisan melalui menyusun karangan, menulis surat pribadi,
meringkas buku bacaan, membuat poster, dan menulis catatat dalam buku
harian serta menulis prosa sederhana dan puisi

4) STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA KELAS 6


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui
menengarkan dan meringkas cerita dan mendengarkan dan mendiskusikan isi
undang undang serta mendengarkan pembacaan salah satu ayat dalam suatu
undang-undang dan cerita rakyat
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui menceritakan hasil pengamatan, menyampaikan pesan/informasi,
membahas isi buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu, berpidato, dan
berdiskusi serta memerankan drama anak.
c. Membaca
Mampu memahami ragam/teks bacaan dengan berbagai cara/teknik membaca
melalui membacakan teks untuk orang lain, membaca intensif berbagai teks
serta mmbaca novel anak, cerita rakyat, dan cerita lama yang masih popular.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
ke dalam berbagai ragam tulisan melalui mengisi formulir sederhana
menyusun naskah sambutan/pidato, menulis iklan sederhana, menyusun
ringkasan, menyusun rangkuman, dan menulis surat resmi serta
memparafrasekan puisi dan menyusun percakapan.

2. CARA MEMADUKAN ANTAR ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA


1. Mencari Kompetensi Dasar yang akan dikembangkan
2. Merancang Hasil Belajar yang merupakan perpaduan antar aspek keterampilan
berbahasa, contoh: 2 (dua) keterampilan misalnya keterampilan berbicara dan
mendengarkan. Keterampilan berbicara ada pihak yang berbicara dan ada pihak
yang mendengarkan. Dalam keterampilan mendengarkan ada yang didengarkan
dan ada yang mendengarkan.
3. Kemungkinan perpaduan keterampilan bahasa di kelas tinggi
a. Mendengar dan berbicara
b. Berbicara dan menulis
c. Membaca dan menulis
d. Mendengar, berbicara, dan menulis
e. Mendengar, berbicara, dan membaca
f. Dan lain-lain

3. PERPADUAN KETERAMPILAN BERBAHASA: MENDENGAR DAN


BERBICARA
Contoh : Kelas 3 aspek berbicara, kompetensi dasarnya menceritakan pengalaman
yang indikatornya adalah :
1. Menceritakan pengalaman tertentu yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari
2. Menanggapi cerita pengalaman teman dengan bertanya atau mengemukakan
pendapat

Kedua indikator tersebut berkaitan dengan keterampilan berbicara dan mendengarkan.


Pada indikator 1 ada pihak yang berbicara (menceritakan) dan ada pihak yang
mendengarkan (tidak mendengarkan) tidak mungkin siswa dapat menanggapi kalau dia
tidak mendengarkan. Dengan demikian pada hasil belajar menceritakan pengalaman
lucu, menarik atau mengesankan (aspek berbicara) kita tambah dengan hasil belajar
menjadi Menanggapi cerita pengalaman teman kemudian mengajukan pertanyaan
(perpaduan dari aspek mendengarkan dan berbicara)

4. PERPADUAN KETERAMPILAN: MENDENGAR, BERBICARA DAN


MENULIS
Contoh kelas 4, aspek mendengar, kompetensi dasarnya mendengarkan pengalaman
teman yang indikatornya adalah :
1. Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan cerita yang didengarnya
2. Mengutarakan kembali isi cerita
3. Menyampaikan cerita yang isinya mirip atau cerita yang lain
4. Menuliskan isi cerita

Pada indikator 1 ada aspek mendengarkan, indikator 2 dan 3 ada aspek berbicara dan
indikator 4 ada aspek menulis, sehingga pada hasil belajar mendengarkan pengalaman
teman menjadi: Mendengarkan Pengalaman Teman, Mengutarakan kembali dan
Menuliskan kembali

B. PERPADUAN ASPEK KETERAMPILAN BAHASA DENGAN ASPEK SASTRA DI


KELAS TINGGI
Yang termasuk kemampuan bersastra yaitu: mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak.
Pada kelas 3 aspek sastra terdapat pada materi pokok teks cerita dan teks drama serta teks
fiksi dan dongeng.Pada kelas 4 aspek sastra terdapat pada materi pokok dongeng dan
pantun
Pada kelas 5 aspek sastra terdapat pada materi pokok teks cerita rakyat, drama anak, puisi
karya anak
Pada kelas 6 aspek sastra terdapat pada materi pokok cerita anak, drama anak, novel anak
dan puisi anak.

1. Contoh kelas 3 pada aspek membaca dengan kompetensi dasar membacakan


dongeng dan indikatornya:
1. Membacakan dongeng dengan lafal dan intonasi yang wajar serta ekspresi yang
tepat
2. Menjelaskan isi dongeng
Pada indikator 1 terdapat aspek membaca dan aspek sastra berupa dongeng, pada
indikator 2 terdapat aspek mendengarkan dan menulis serta aspek sastra berupa
dongeng

2. Contoh kelas 5 pada aspek mendengarkan dengan kompetensi dasar


mendengarkan cerita rakyat dengan indikatornya:
1. Menceritakan kembali secara tertulis dengan kalimat runut dan mudah dipahami
cerita rakyat yang sudah didengarkan.
2. Menuliskan tanggapan cerita terhadap isi cerita
Pada indikator 1 terdapat aspek mendengarkan dan menulis dan aspek sastra berupa
cerita rakyat. Sedangkan pada indikator 2 terdapat aspek menulis dan aspek sastra
berupa cerita rakyat

Kegiatan Belajar 2
Kajian Buku Teks

A. SYARAT-SYARAT BUKU TEKS


Menurut W.F. Mackey ( dalam Hanafi, 1981) prinsip-prinsip penyususnan buku teks
adalah:
1. Seleksi, hal-hal yang dipertimbangkan adalah:
 Tujuan pengajaran bahasa, level bahasa yang diajarkan dan jumlah waktu belajar
 Tipe bahasa yang diajarkan (dialek, register, style, dan media)
 Jumlah materi yang disajikan
 Pilihan butir-butir yang akan diajarkan mencangkup fonetik, tata bahasa, kosakata
dan makna kata.
 Kreteria yang dipakai melandasi pilihan
2. Gradasi Bahan Pelajaran yakni mempersoalkan tataan yang dipandang paling baik
untuk menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi.
Dalam Gradasi:
 Dikelompokan berdasarkan sistem ( pengelompokan fonetis, leksikal) dan
berdasarkan bunyi-bunyi bahasa menjadi kata, kata menjadi frase, frase menjadi
kalimat, kalimat menjadi konteks.
 Pengurutan / sekuensi mencakup sekuensi berdasarkan sistem di satu pihak dan
struktur di pihak lain.
3. Presentasi Bahan, pengomunikasikan bahan ajar kepada siswa yakni:
 Penahapan bahan pelajaran, baik jumlah maupun satuan-satuannya.
 Pendemonstrasikan bahan pelajaran baik secara lisan maupun tertulis.
 Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran yang terdiri ragam
prosedur yaitu eksplanasi,translasi, otentik atau peragaan (dengan benda, gerak
atau situasi), gambar dan konteks.
4. Repetisi Bahan Pelajaran, perilaku guru dalam menyajikan bahan pelajaran yang
telah tertata dalam buku pelajaran (telah terseleksi, degradasi, dan dipresentasikan)
yang berhubungan dengan pembinaan keterampilan kepada peserta didik dalam hal
menyimak, berbicara, menulis atau mengarang.
Menurut Tarigan (1986) ada dua patokan dalam penyusunan buku teks adalah
 Patokan Umum (belaku untuk setiap buku) bersumber dari kurikulum.
 Patokan Khusus (berlaku untuk buku teks tertentu) bersumber dari karakteristik
setiap mata pelajaran.
 Patokan Umum ini harus dilengkapi, diisi dengan kekhususan setiap mata
pelajaran meliputi:
a. Pendekatan Keterampilan proses meliputi: mengamati,
menginterpretasikan, mengaplikasikan honsep, meramalkan, merencanakan
dan melaksanakan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitian.
b. Tujuan yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor
c. Bahan Pengajaran
d. Program yang meliputi kelas, semester/cawu, jam pelajaran
e. Methode
f. Sarana dan sumber
g. Penelitian
h. Bahasa
Menurut Imam Machfuds dan Solchan (1995) dalam menyusun naskah buku pelajaran
harus memperhatikan:
a. Ketentuan Umum
Pertama, naskah yang ditulis hendaknya mempunyai bagian yang lengkap:
 Bagian awal naskah (halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar,
daftar tabel, daftar lampiran.
 Bagian isi naskah
 Bagian akhir naskah (daftar pustaka dan jika ada lampiran, indeks)
Kedua, naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah diterbitkan artinya uraian dan
susunan kalimat dalam menyajikan naskah merupakan hasil formulasi penulis sendiri.
b. Ketentuan Khusus
berkaitan dengan (1) keamanan nasional (2) isi buku teks, (3) cara penyajian, (4)
penggunaan bahasa, (5) ilustrasi.

Persyaratan yang berhubungan dengan keadaan nasional isi buku teks tidak boleh
bertentangan atau menyimpang dari Pancasila, UUD 1945, dan GBHN dalam cara
penyajian, bahasanya, dan ilustrasinya.
1) Persyaratan yang berhubungan dengan isi buku teks yaitu:
a. memuat sekurang-kurangnya bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai
siswa sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikuti
b. relevan dengantujuan pendidikan
c. menhormati kerukunan hidup umat beragama dan antarumat beragama
d. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
e. benar ditinjau dari segi ilmu pengetahuan
f. sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
g. sesuai jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulisan buku sesuai teks.
2) Persyaratan yang berkaitan dengan cara penyajian yaitu:
a. urutan uraian yang teratur
b. penahapan dalam penyajian, dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks
atau dari yang mudah ke yang sulit
c. menarik minat dan perhatian siswa
d. menantang dan merangsang siswa untuk terus mempelajarai buku teks
tersebut.
e. pengorganisasian bahan pelajaran yang sistematik dan mangacu kepada
berbagai aspek kemampuan siswa (kognitif, afektif, psikomotor)
3). Persyaratan yang berkaitan dengan bahasa yaitu:
a) menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku
b) menggunakan kalimat yang sesuai tingkat kematangan dan perkembangan
siswa
c) menggunakan istilah, kosakata, dan simbol-simbol yang mempermudah
pemahaman isi buku teks
d) menggunakan transliterasi yang telah dibakukan.
4) Persyaratan yang berkaitan dengan ilustrasi yaitu:
a) relevan dengan isi buku teks yang bersangkutan
b) tidak menggangu kesinambungan antarkalimat dan antar paragraf serta
bagian keseluruhan isi buku teks
c) merupakan bagian terpadu dari keseluruhan isi buku teks
d) jelas, baik dan merupakan hal yang esensial untuk membantu siswa
memahami konsep atau pengertian yang diuraikan dalm buku teks tersebut.

B. BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS TINGGI


Buku teks resmi yang wajib digunakan dalam mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD
Kelas Tinggi adalah yang dikeluarkan oleh Diknas yaitu Lancar Berbahasa Indonesia 2 untuk
Sekolah Dasar Kelas 4 oleh Dendy Sugono.
Tugas guru sebelum pembelajaran dilaksanakan harus menetapkan terlebih dahulu
kompetensi siswa yang mana yang akan dikembangkan, misalnya kompetensi dasar yang
akan dikembangkan berhubungan dengan aspek membaca untuk siswa kelas 4 maka guru
harus mencari dalam kurikulum 2004 Standar Kompetensi untuk aspek membaca siswa kelas
4. Misalnya Membaca: Standar Kompetensi: mampu membaca dan memahami ragam teks
nonsastra dengan berbagai cara membaca melalui membaca memindai, membaca sekilas,
membaca intensif, dan membacakan teks untuk orang lain, serta membaca cerita rakyat dan
pantun.
MODUL 6
PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN (MMP)
Kegiatan Belajar 1
Pembelajaran Membaca Menulis Di Kelas Rendah.

A. PENGERTIAN MMP

MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan


kepanjagannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada
kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak
mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di
kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.

Peralihan dari masa bermain di TK (bagi yang mengalaminya) atau dari lingkungan
rumah (bagi anak yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru
bagi anak. Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan
tersebut adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi
landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya disekolah. Kemampuan
membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni
kemampuan melek huruf.

Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf
yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.
Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan
kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang dimaksud melek wacana
adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah
lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna yang disertai pemahaman akan
lambang-lambang tersebut.Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan
kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis
lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk
dapat menuliskan lambang-lambang yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur,
lambang-lambang itu menjadi bermakna.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MMP

Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kurikulum terkini
yang yang digunakan disekolah-sekolah sebagai pengganti atas kurikulum sebelumnya, yakni
kurikulum 1994. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-Undang N0.20 Tahu
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah terkait yang
mengamanatkan adanya standar nasional pendidikan. Standar-standar dimaksud berkenaan
dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan
standar kurikulum pemerintah.
Seperti dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Ir. Indra Jati Sidi dalam
kata pengantar untuk kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bahwa
upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan
dimensi manusia Indonesia seutuhnya.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan efektif
sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi social, media pengembangan ilmu, dan alat
pemersatu bangsa.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca, untuk SD
dan MI adalah “membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraph, berbagai teks bacaan,
denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasika dan
berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak,
cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi
membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya baca”.

Standar kompetensi aspek membaca dikelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu membaca
dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancer (bersuara) dan membaca nyaring
beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam empat buah
kompetensi dasar, yakni:

1. Membiasakan bersikap membaca yang benar


2. Membaca nyaring
3. Membaca bersuara (lancer)
4. Membacakan penggalan cerita

Untuk keterampilan menulis di kelas 1 (kelas rendah), kurikulum 2004 menetapkan standar
kompetensi sebagai berikut: siswa mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri
dengan huruf lepas dan huruf sambung, menulis kalimat yang didektekan guru, dan menulis
rapi menggunakan huruf sambung. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam tujuh buah
kompetensi dasar, yakni:

1. membiasakan sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat tulis)n
2. menjiplak dan menebalkan
3. menyalin
4. menulis permulaan
5. menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung
6. menulis kalimat yang didektekan guru
7. menulis dengan huruf sambung
Kegiatan Belajar 2
Strategi Pembelajaran MMP

1. METODE PEMBELAJARAN MMP


1) Metode Eja

Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya
dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan
dilafalakan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d,
E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai (a), (be), (ce), (de), (e), (ef), dan seterusnya.

Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalban dengan suku kata dengan
cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Misalnya:

B, a, d, u, menjadi b-a à ba (dibaca atau dieja /be-a/ à (ba)

d-u à du (dibaca atau dieja /de-u) à (du)

ba-du à dilafalkan à /badu/

b, u, k, u, menjadi b-u à bu (dibaca atau dieja /be-u/ à (bu)

k-u à ku (dibaca atau dieja /ke-u/ à (ku)

proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-huruf
lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.

Anak yang baru mulai belajar membaca, mungkin akan mengalami kesukaran dalam
memahami system pelafalan bunyi /b/, dan /a/ menjadi (ba) bukan (bea). Bukankah huruf /b/
dilafalkan (be) dan huruf /a/ dilafalkan (a). mengapa kelompok huruf /ba/ dilafalkan (ba)
bukan (bea). Penanaman konsep hafalan abjad dengan menirukan bunyi pelafalannya secara
mandiri, terlepas dari konteksnya, menyebabkan anak mengalami kebingungan manakala
menghadapi bentukan-bentukan baru, seperti bentuk kata tadi.

Disamping hal tersebut, hal lain yang dipandang sebagai kelemahan dari penggunaan metode
ini adalah dalam pelafalan diftog dan fonem-fonem rangkap, seperti /ng/, /ny/, /kh/, /ai/,
/au/, /oi/, dan sebagainya. Bertolak dan kedua kelemahan tersebut, tampaknya proses
pembajaran melalui system tubian dan hafalan akan mendominasi proses pembelajaran MMP
dengan metode ini.
2) Metode Bunyi

Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja atau abjad diatas. Demikian juga
dengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaanya terletak hanya pada cara atau system
pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya).

3) Metode Suku Kata

Proses pembelajaran MMP dengan metode ini awali dengan pengenalan suku kata, seperti
/ba, bi,bu, be, bo/; /ca, ci, cu ,ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka,ki, ku, ke, ko/, dan seterusnya.
Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna.

Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian
melahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai-kupas.

Jika disimpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMp dengan metode suku kata adalah:

1. Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata


2. Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata
3. Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana
4. Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat à kata-kata à
suku-suku kata)

Metode suku kata popular dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an. Dalam pembelajaran
baca tulis Al-Qur’an, metode ini dikenal dengan metode iqro.

4) Metode Kata

Sebagai contoh, proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu.
Kata ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf.
Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-
huruf. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata
menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi kebentuk asalnya
sebagai kata lembaga (kata semula).

Karena proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses
pengupasan dan penguraian maka metode ini dikenal juga sebagai metode kupas-rangkai.
Sebagian orang menyebutnya metode kata atau metode kata lambang.
5) Metode Global

Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai metode kalimat. Dikatakan demikian
karena alur proses pembelajaran MMP yang diperhatikan melalui metode ini diawali dengan
penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud,
biasanya digunakan gambar. Dibawah gambar tersebut, dituliskan sebuah kalimat yang kira-
kira merujuk pada makna gambar tersebut.

Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses


pembelajaran MMP dimulai.

Melalui proses deglobalisasi (proses pengurai kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil,
yakni menjadi kata, suku kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses belajar MMP.

Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-
huruf, tidak disertai dengan proses sintesisi (perangkai kembali). Artinya, huruf-huruf yang
telah teruarai itu tidak dikembalikan lagi pada satuan diatasnya, yakni suku kata.

6) Metode SAS

SAS merupakan singkatan dari structural analitik sintetik. Motode SAS merupakan salah satu
jenis metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis
permulaan bagi siswa pemula.

Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat yang utuh. Mula-mula anak diperkenalkan sebuah struktur
yang member makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk
membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak.

Proses penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS,
meliputi:

1. Kalimat menjadi kata –kata


2. Kata menjadi suku kata
3. Suku kata menjadi huruf-huruf

Melihat prosesnya, tampaknya metode ini merupakan campuran dari metode-metode


membaca permulaan
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, diantaranya sebagai
berikut:

1. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistic (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa
terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat.
2. Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak.
3. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).

Uraian ini ditutup dengan dengan sebuah simpulan bahwa tidak ada metode yang terbaik dan
juga tidak ada metode yang terburuk. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Metode yang terbaik adalah metode yang cocok dengan pemakaiannya.

2. MODEL PEMBELAJARAN MMP

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP terbagi kedalam dua tahapan sebagai berikut:

1. Langkah-Langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku

Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah
pada minggu-minggu pertama mereka duduk dibangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung
kira-kira 8-10 mingu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat dipersingkat lagi,
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Pengajaran menulis permulaan tanpa buku dapat dilakukan melalui pelatihan mekanik untuk
melemaskan otot-otot tangan, misalnya berlatih membuat telur atau lingkaran diudara,
membuat pagar udara, menirukan gambar huruf diudara, dan sejenisnya.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran MMP dengan Menggunakan Buku

Langkah awal yang paling penting didalam pembelajaran MMP dengan buku adalah
bagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan buku (bacaan) dan
mau belajar sendiri yang dilandasi motivasi instrinsik. Kondisi belajar terpaksa atau
dipaksakan harus dihindari.

Ada beberapa tawaran alternatif langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan buku.
Kegiatan pembelajaran pada fase ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan awal, yakni
pembelajaran MMP tanpa buku. Dengan demikian, diasumsikan anak-anak tidak berangkat
dari kondisi nol. Berikut beberapa alternatif pembelajaran yang ditawarkan.

1. Membaca Buku Pelajaran (Buku Paket)


2. Membaca Buku dan Majalah Anak yang Sudah Dipilih
3. Membaca Bacaan Sususunan Bersama Guru-Siswa
4. Membaca Bacaan Susunan Siswa (kelompok perseorangan)
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Permulaan

Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi kedadalam dua kelompok, yakni:

1. Pengenalan huruf

Kegiatan ini dilaksanakan bersamaa dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan.


Pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya
dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra siswa dalam
menganal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan. Proses pemberian latihan
dilaksanakan dengan mengikuti prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan
sederhana menuju latihan yang kompleks.

1. Latihan

Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, seperti berikut ini.

1. Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar
2. Latihan gerakan tangan

Mula-mula melatih gerakkan tangan diudara dengan telunjuk sendiri atau dengan bantuan alat
seperti pensil, kemudian dilanjutkan dengan latihan.

3. Latihan mengeblet

Yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada.

4. Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan

Latihan dapat dilakukan dalam buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam
ini.

5. Latihan menatap bentuk tulisan

Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan dan jari anak ketika
menulis sehingga anak dapat mengingat bentuk kata atau bentuk huruf dalam benaknnya dan
memindahkannya ke jari tangannya.

6. Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis
7. Latihan menulis halus indah

Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau buku
kotak. Ada petunjuk berharga yang dapat ada ikuti jika murid-murid anda tidak memiliki
fasilitas seperti ini.

8. Latihan dikte/imla’

Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasikan antara ucapan,
pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya ketika menulis sehingga ucapan seseorang itu dapat
didengar, diingat,dan dipindahkan kedalam wujud tulisan dengan benar.

9. Latihan melengkapi tulisan


10. Menuliskan nama-nama benda yang terdapat dalam gambar
11. Mengarang sederhana dengan bantuan gambar.

Kegiatan Belajar 3
Penilaian Dalam Pembelajaran MMP

1. PENILAIAN PROSES

Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan belajar-
mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan memperhatikan aktivitas, respon,
kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, perkembangan dan kemajuan belajar siswa akan diketahui. Bukan
hanya itu, masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar juga
akan terdeteksi. Demikian juga dengan respon dan tanggapan siswa terhadap kemajuan
belajar yang dicapainya atau terhadap masalah yang dihadapinya akan dapat diketahui.

Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan
yang harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan testee (peserta tes). Dalam
pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana
kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan (kemampuan membaca tingkat
dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.

Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara tertulis,
lisan, dan perbuatan.

1. Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam
bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau
tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
2. Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam
bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atas
pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan.
3. Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat dismpaikan secara tertulis
atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.

Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada umumnya digunakan
untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan dalam penilaian proses.
Sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan kedua-duanya, baik teknik tes
maupun teknik nontes.

2. PENILAIAN HASIL

Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa. Alat
penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk menilai pencapaian hasil
belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah dimaksudkan untuk menilai
kemampuan siswa dalam hal “kemelekhurufan” yang dicapainya. Kemampuan-kemampuan
dimaksud meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang bahasa yang berupa huruf, suku
kata, kata, dan kalimat sederhana. Tes membaca permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk
seperti berikut ini.

1. Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa lambang
yang berupa, huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana. Melalui tes ini, guru akan dapat
menilai kemampuan siswa dalam mengidentifikasi lambang-lambang bunyi, melafalkannya,
dan memaknainya.
2. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan pemokusan
pembelajaran yang diberikan.
3. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana)

Untuk sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks sederhana, guru dapat
mengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk menilai kemampuan siswa dalam
memahami lambang-lambang tertulis. Sebaliknya, siswa juga dapat dirangsang untuk
mengajukan pertanyaan sehubungan dengan teks yang dibacanya.

Anda mungkin juga menyukai