Setiap kelas dalam Kurikulum Bahasa Indonesia di SD tahun 2004 dimulai dengan aspek
Mendengarkan yang sudah ditentukan Standar Kompetensinya. Kemudian Standar Kompetensi
ini dijabarkan dalam bentuk tabel yang terdiri atas Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, Indikator,
dan Materi Pokok. Setelah aspek Mendengarkan, diikuti oleh aspek Berbicara, Aspek Membaca
dan Aspek Menulis. Sistematika ini sama untuk kelas 1 hingga kelas 6. .Berikut standar
kompetensi untuk kelas 3 sampai dengan kelas 6 :
1. KELAS 3
2. KELAS 4
A. Mendengarkan
B. Berbicara C. Membaca D. Menulis
3. KELAS 5
4. Kelas 6
A. Mendengarkan
B. Berbicara C. Membaca D. Menulis
Mampu mendengarkan Mampu Mampu Mampu
dan memahami ragam mengungkapkan memahami mengekspresikan
wacana lisan melalui pikiran, pendapat, ragam/teks berbagai pikiran,
mendengarkan dan gagasan, dan bacaan dengan gagasan, pendapat,
meringkas cerita dan perasaan secara berbagai dan perasaan ke
mendengarkan dan lisan melalui cara/teknik dalam berbagai ragam
mendiskusikan isi menceritakan hasil membaca tulisan melalui mengisi
undang-undang serta pengamatan, melalui formulir sederhana,
mendengarkan menyampaikan membacakan menyusun naskah
pembacaan salah satu pesan/informasi, teks untuk orang sambutan/pidato,
pasal atau ayat dalam membahas isi buku, lain, membaca menulis iklan
suatu undang-undang mengkritik sesuatu, intensif, sederhana, menyusun
cerita rakyat. memuji sesuatu, berbagai teks ringkasan, menyusun
berpidato dan serta novel rangkuman, dan
berdiskusi serta anak, cerita menulis surat resmi
memerankan drama rakyat, dan serta
anak cerita lama yang memparafrasekan
masih populer. puisi dan menyusun
percakapan
Contohnya untuk kelas 3 dengan mengambil aspek berbicara dengan Kompetensi Dasar
“Menceritakan Pengalaman” dengan indikator :
Kedua indikator tersebut berkaitan dengan keterampilan berbicara dan mendengarkan. Karena
pada kegiatan ini ada pihak yang berbicara dan tentu saja ada pihak yang mendengarkan lalu
memberi tanggapan.
Prinsip penyusunan buku teks menurut W.F. Mackey (dalam Hanafi, 1981),
penyususunan buku teks didasarkan pada prinsip:
1. Seleksi:
1. Tujuan pengajaran bahasa, level bahasa yang diajarkan, dan jumlah waktu belajar.
2. Tipe bahasa yang akan diajarkan yang meiputi dialek,register, style dan media
3. Jumlah materi yang disajikan
4. Pilihan butir-butir yang akan diajarkan dan mencakup fonetik, tata bahasa,kosakata,
dan makna kata
5. Kriteria yang dipakai melandasi pilihan
2. Gradasi bahan ajaran : merupakan tatanan yang dipandang paling baik untuk
menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi. Gambaran gradasi ini
terlihat seperti pen gelompokan berdasarkan :
(1) Sistem : (a) seperti fonetis,gramatikal,leksikal (b) bunyi bahasa menjadi kata, kata
menjadi frasa,frasa menjadi kalimat,kalimat menjadi konteks
(2) Pengurutan atau sekuensi yang juga mencakup sekuensi berdasarkan sistem di
satu pihak dan struktur di pihak lain.
3. Presentasi bahan : (a) Menyangkut pengomunikasian bahan kepada siswa
(penahapan, jumlah, satuan-satuannya). (b) pendemosntrasian secara lisan atau tulisan
(c ) prosedur yang ditempuh.
4. Repetisi bahan pelajaran :
Menyangkut hal-hal yang patut dilakukan guru di dalam kelas dalam menyajikan bahan
pelajaran yang telah tertata dalam buku pelajaran (telah diseleksi, degradasi dan
presentasi). Repetisi ini juga menyangkut perilaku guru dalam mengajar, siswa yang
diajar.
Sedangkan menurut Tarigan, (1986) ada dua patokan dalam penyusunan buku yaitu :
1. Bersifat umum : Berlaku untuk setiap buku teks, biasanya bersumber dari kurikulum.
2. Bersifat khusus : Berlaku untuk buku teks tertentu saja seperti Matematika, Biologi,
Bahasa Indonesia dan bersumber dari karakteristik setiap mata pelajaran.
Patokan umum tersebut seperti :
a. Pendekatan keterampilan proses (yang berlaku hingga saat ini) meliputi : mengamati,
menginterpretasikan, mengaplikasikan konsep, meramalkan, merencanakan dan
melaksanakan penelitian, mengomunikasikan hasil penelitian.
c. Bahan pengajaran
d. Program yang meliputi kelas, semester atau catur wulan, dan jam pelajaran
e. Metode
g. Penilaian
h. Bahasa
Pedoman umum diatas harus dilengkapi, diisi dengan kekhususan setiap mata pelajaran
yang membuat setiap buku teks berbeda.
Sedangkan menurut Imam Machfudz dan Solchan (1995) untuk menyusun naskah buku
pelajaran harus diperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Ketentuan umum :
1. Awal (halaman judul, kata pengantar,daftar isi, daftar lainnya jika ada
seperti daftar gambar, tabel atau lampiran.
2. Bagian isi naskah
3. Bagian akhir naskah (daftar pustaka, lampiran, indeks)
Kedua, naskah yang ditulis harus asli (maksudnya uraian dan susunan kalimat dalam
menyajikan naskah merupakan hasil formulasi penulis sendiri dan belum pernah
diterbitkan
b. Ketentuan khusus :
1, Keamanan nasional
3. Cara penyajiannya
4. Penggunaan bahasa
5. Ilustrasi
Dalam telaah buku teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas tinggi, salah satu buku teks
wajib yang pernah dikeluarkan Diknas adalah Lancar Berbahasa Indonesia 2 untuk siswa SD
kelas 4 yang disusun Dendy Sugono.
Jika kita manfaatkan buku teks yang ada, yaitu Lancar Membaca Cerita 2 untuk SD kelas 4,
materi yang berhubungan dengan aspek membaca yang dipadukan dengan apresiasi sastra
adalah Pleajaran 1 bagian C.2 Mari Membaca Cerita!. Di dalam buku ini dituliskan cerita
dongeng “Panji Laras”. Siswa diharapkan membaca cerita dengan baik sehingga memiliki
keterampilan membaca, berpadu dengan keterampilan berbicara saat siswa mendiskusikan
tentang kosa kata sulit yang ada di dalam teks cerita dan juga sifat-sifat tokoh yang ada di
dalam cerita. Kemudian dipadukan juga dengan aspek menulis dalam menuliskan jawaban
yang tepat.
Untuk memenuhi kurikulum 2004, disamping latuhan-latihan yang sudah ditambahkan dengan
latihan yang sesuai dengan indikator. Misalnya indikator pertama “Menyebutkan tempat-tempat
kejadian dalam dongeng bsia ditambahkan dengan pertanyaan “ Dimana tempat pertarungan
ayan jago kepunyaan Panji Laras dan sang Raja dilaksanakan?
Jadi intinya, guru harus kreatif. Guru dapat memanfaatkan buku teks yang ada dengan
menambahkan atau mengurangu materi yang sudah ada. Namun, guru tidak bergantung pada
buku teks yang ada. Guru harus kreatif dengan menggunakan sumber-sumber lain, bahkan
guru juga dapat menyusun buku sendiri.