Anda di halaman 1dari 12

‫مرحبا‬

INTEGRASI ISLAM DAN


ILMU PENGETAHUAN ‫مرحبا‬
‫مرحبا‬
Disusun oleh :
1. Reo Ferdian Arazak (211020100029)
2. Akbar Rayhan Hasfi (211020100040)
3. Kurnia Aris Sandi (2110201000)
4. Dwiki Raharjo (2110201000)
HAKIKAT AYAT-AYAT ALLAH
Dalam Al-Quran, keberadaan dan ke-Esaan Allah beserta sifatnya dengan jelas dapat kita ketahui apabila kita dapat
merenungi berbagai kejadian dan benda-benda alam yang ada di dunia ini.

Pertama, dengan ath thariqah rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan
malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah yaitu ayat ayat yang Allah firmankan
dalam kitabnya.

Kedua, dengan ath-thoriqoh ghoiru rosmiyoh (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham secara kepada
makhluq-Nya di alam semesta ini (baik makhluq hidup maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat
Jibril. Karena tanpa melalui perantara malaikat jibril maka di sebut jalan langsung ( mubasyaratan).Kemudian jalan
ini disebut juga dengan ayat ayat kauniyah atau ayat ayat dalam bentuk segala ciptaan allah berupa alam semesta
dan semua yang ada di dalamnya . Ayat ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil
( mikrokosmos ) atau yang besar ( makrokosmos) Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.

Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah: “kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang
menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia”, baik yang diturunkan langsung, dari belakang tabir (min wara’
hijab) maupun yang diturunkan melalui malaikat Jibril
Artinya “Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di
belakang tabir atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan kepadaNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya
Dia Maha Tinggi lagi maha Bijaksana” (Asy Syura:51)

Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu dipertegas karena ma’na wahyu secara lughawi memiliki pengertian yang
bermacam-macam, antara lain:

1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk menyusukan musa yang masih bayi. Seperti firman
Allah SWT :

Artinya: “Dan Kami ilhamkan kepada ibu


Musa; susuilah dia, dan apabila kamu
khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah
ke sungai (Nil)…” (Al Qashash:7).
2. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang di bukit-bukit, pohonpohon, dan dimana saja
dia bersarang. Seperti filman Allah :

Artinya “Dan Tuhanmu mewahyukan


kepada lebah: buatlah sarang-sarang di
bukitbukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia” (An Nahl:68).
KESATUAN ANTARA AYAT QAULIYAH DAN KAUNIYAH
● Ayat Qauliyah Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an.
Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal seperti firman Allah. SWT

QS. At-Tin (95) ayat 1-5 , yang artinya : Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota
(Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).

● Ayat Kauniyah Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah.
Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini.
Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturanNya yang
unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya. Seperti firman Allah dalam :

Seperti firman Allah dalam : QS. Nuh (41) ayat 53 , yang artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu ?
Allah menggunakan dua sandi besar dalam menunjukan kekuasaanNya. Kedua sandi tersebut adalah sandi qauliyah
dan sandi kauniyah. Sandi qouliyah dapat dilihat dengan mempelajari Al Qur’an, sedangkan sandi kauniyah
dipelajari dengan mencermati setiap fenomena yang ada di sekitar kita, baik peristiwa alam maupun kejadian sosial.
Karena kedua sandi tersebut berakar pada suatu zat yang sama, yakni Allah Swt, maka di antara keduanya tidak
boleh ada yang saling bertentangan. Jika ditemukan adanya pertentangan antara Qur’an (sebagai ayat qouliyah) dan
peristiwa alam (sebagai ayat qouniyah), pasti salah satunya ada yang salah. Dengan demikian, untuk menguji
kebenaran ajaran suatu agama, kita dapat mengkonfrontirkan kitab agama tersebut dengan ayat-ayat kauniyah
(kejadian alam-sosial) yang terjadi di sekitar kita.

Sejauh ini, ayat-ayat Al Qur’an selalu menunjukan kepada kita, bahwa ia memang Firman Allah. Hal ini karena, ayat-
ayat Al Qur’an senantiasa harmonis dengan temuan-temuan ilmu pengetahuan. Semakin manusia bekerja keras
dalam mempelajari alam, maka semakin nyata setiap kebenaran ayatayat Al Qur’an. Berbagai penemuan di dunia
sains modern, ternyata telah dikabarkan oleh Al Qur’an 15 abad yang silam.

Ketika ahli geologi berhasil menjelaskan bahwa dahulu bumi kita ini terdiri dari suatu daratan yang sangat luas, lalu
masing-masing lempeng bumi bergerak pada arah yang berbeda-beda, hingga akhirnya terbentuk lima benua,
sehingga disimpulkan bahwa lempeng litosfer ini tidak ada yang diam, melainkan bergerak, maka jauh-jauh hari Al
Qur’an telah mengingatkan kepada kita melalui QS An Naml: 88 tentang gerakan lempeng litosfer tersebut.
Yang artinya:
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai
jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Atau, ketika di abad ini manusia secara saintific baru mengetahui teori
big-bang, maka 15 abad yang silam, melalui QS Al Anbiya: 30 Allah telah mengabarkan tentang bagaimana keadaan
alam semesta pada fase awalnya

Yang artinya :
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Tentu saja, para sahabat di zaman nabi, dengan ilmu yang mereka ketahui belum bisa memperoleh pembuktian
ilmiah atas kebenaran kedua ayat tersebut. Saya yakin, para sahabat, dengan ilmu yang mereka kuasai saat itu,
belum bisa menerima secara logika tentang kedua ayat tersebut. Namun mereka senantiasa berkata “Sami’na Wa
Atho’na” ketika setiap ayat turun kepada mereka
INTERKONEKSI DALAM MEMAHAMI AYAT
QAULIYAH DAN KAUNIYAH

Secara garis besar, Allah menciptakan ayat dalam dua jalan keduanya saling menegaskan dan saling
terkait satu sama lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan manusia untuk memahami keduanya
adalah keniscayaan. Allah tidak hanya memberikan perintah untuk sekedar memahami ayat-ayat Allah
berupa Qauliyah, tetapi juga untuk melihat fenomena alam ini. Alam adalah ayat Allah SWT yang tidak
tertuang dalam bentuk perkataan Allah untuk dibaca dan dihafal. Tetapi alam adalah ayat Allah yang
semestinya dieksplore dan digali sedalamdalamnya untuk semakin manusia mendekatkan diri pada
kemahakuasaan Allah SWT
Berangkat dari kesadaran tentang realitas atas tangkapan indra dan hati, yang kemudian diproses oleh akal
untuk menentukan sikap mana yang benar dan mana yang salah terhadap suatu obyek atau relitas. Cara
seperti ini bisa disebut sebagai proses rasionalitas dalam ilmu. Sedangkan proses rasionalitas itu mampu
mengantarkan seseorang untuk memahami metarsional sehingga muncul suatu kesadaran baru tentang
realitas metafisika, yakni apa yang terjadi di balik obyek rasional yang bersifat fisik itu. Kesadaran ini yang
disebut sebagai transendensi.
Allah berfirman dalam surat Al imran ayat 191 yang berbunyi :

Artinya : (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Allah
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka
“Sekian Terimakasih
Wassalamualaikum wr.wb”
—Kelompok6

Anda mungkin juga menyukai