Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 5

 Muhammad Ansar S. Ahmad C30122232


 Muh. Alvin Rizky Syahputra C30122218
 Mimin alga firdiansyah C30122168
 Loudy Ringkoka C30122069
 Andika Longki C30122215

 Fitrah Sidiq C30122235


 Aras C30122236
 Salsabilla Almira P. S C30122099
 Dwi Adinda Maura C30122083
 Anggi Andriani C30122093
SUB MATERI

A. PENERIMAAN PENUGASAN

B. PERENCANAAN AUDIT
A. Penerimaan Penugasan
Penerimaan penugasan audit adalah proses dimana
sebuah organisasi atau auditor independen menerima tugas
untuk melakukan audit atas entitas atau proses tertentu.
Sebelum menerima suatu penugasan audit, auditor terlebih
dahulu mempertimbangkan banyak hal. Dari sisi klien, yang
diperhatikan adalah apakah tugas tersebut untuk Klien baru,
atau klien lama.
Auditor perlu memperhatikan dengan cermat setiap
penugasan audit terutama audit atas klien baru. Klien baru ini
dibedakan menjadi dua :
• klien yang sama sekali belum pernah diaudit, tidak timbul
masalah dalam berpindahnya atau beralihnya kantor
akuntan publik yang ditunjuk.
• klien pindahan dari kantor akuntan publik lain, terdapat
masalah muncul karena menyangkut etika profesional. Ada
beberapa penyebab klien berganti kantor akuntan publik,
antara lain:
a. Merger dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya
berbeda
b. Ketidakpuasan terhadap kantor akuntan publik lama
c. Merger antar kantor akuntan publik.
Ada beberapa pertimbangan penting sebelum sebuah kantor
akuntan publik menerima suatu penugasan, antara lain:
1. Tanggung jawabnya terhadap publik, yaitu independensi,
integritas, dan obyektivitas.
2. Tanggungjawabnya terhadap klien, yaitu melakukan
audit dengan kompetensi dan profesionalisme yang
tinggi.
3. Tanggung jawabnya terhadap rekan lain seprofesi, yaitu
mengembangkan kehidupan profesi dan kemampuan
melayani publik.
Selanjutnya, ada enam langkah yang harus dilakukan dalam
mempertimbangkan setiap permintaan audit agar ketiga tanggung jawab
tersebut dapat dijalankan dengan baik. Keenam langkah tersebut
adalah:
. 1. Mengevaluasi integritas manajemen : dilakukan dalam kaitannya
dengan peluang terjadinya salah saji material pada laporan keuangan
akibat kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran hukum yang
terjadi dalam proses pencatatan akuntansi.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa :
Langkah ini diperlukan karena pemakailah yang akan menuntut
pertanggung-jawaban secara hukum dari auditor seandainya mereka
merasa dirugikan akibat penggunaan laporan audit maupun laporan
keuangan auditan.
3. Menilai kemampuan auditor untuk memenuhi standar umum auditing :
Sebelum memutuskan menerima penugasan audit, auditor harus
mempertimbangkan dan menilai apakah penugasan tersebut dapat dikerjakan
sesuai standar auditing.
4. Mengevaluasi independensi : Standar tersebut mengharuskan auditor
bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum.
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan : Alasan umum untuk
menolak atau menerima klien audit antara lain tergantung pada integritas
manajemen, risiko Khusus seperti pembatasan lingkup, kemampuan audit, atau
ketidaksepakatan dengan auditor terdahulu.
6. Membuat surat penugasan audit (perikatan) : Dalam surat penugasan tersebut,
auditor dapat menyebutkan apakah akan ada pengubahan dalam pelaksanaan
audit, tanggal penyelesaian audit, dan kesanggupan klien untuk menyediakan
personelnya untuk membantu auditor dalam mengumpulkan informasi
 Cara/Dasar Penentuan Fee Audit
Ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan
fee audit, yaitu :
a. Per diem basis
a. Flat atau Kontrak basis
b. Maksimum fee basis
 Faktor-faktor Penentu Besarnya Fee Audit
Pada dasarnya ada 4 faktor dominan yang menentukan besarnya fee audit, yaitu:
1. Karakteristik Keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal,
dan lain-lain.
2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain.
3. Karakteristik Operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan,
jumlah lini produk.
4. Kegiatan Eksternal Auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan
internal auditor.
B. Perencanaan Audit
Perencanaan audit sangat dipengaruhi informasi yang
diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit.
Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai integritas
manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan dan pelanggaran hukum
klien dalam merencanakan audit.

Langkah-langkah perencanaan dari suatu kegiatan


mungkin dapat berbeda dari sata orang dengan orang yang lain.
Demikian pula halnya dengan perencanaan audit, walaupun
langkahnya berbeda tetapi pada dasamya sama saja yaitu
terencananya suatu pelaksanaan audit
Ada enam langkah yang dilakukan dalam perencanaan audit,
yaitu:

1. Menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri klien.


2. Melakukan prosedur analitis.
3. Melakukan penilaian awal terhadap materialitas.
4. Menilai risiko audit.
5. Mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-
asersi yang signifikan.
6. Menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern klien.
 Menyusun Program Audit : Program audit merupakan daftar prosedur audit yang
akan dilaksanakan oleh pekerja lapangan atau penghimpun bukti. Program audit
meliputi sifat,luas, dan saat pekerjaan yang harus dilakukan.
 Menyusun Jadwal Kerja : Jadwal kerja merupakan perencanaan mengenai kapan
program audit dilaksanakan pada klien yang bersangkutan. Waktu pelaksanaan
pekerjaan lapangan biasanya diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu:
a. kerja interim
b. kerja akhir tahun
 Menentukan Staf Untuk Melaksanakan Pemeriksaan : Penentuan staf ini
merupakan akhir perencanaan audit. Dalam menentukan personal pemeriksa,
auditor harus menetapkan komposisi.
 Pengawasan/Supervisi Audit ; Perencanaan dan pengawasan audit mempunyai
hubungan yang erat. Keduanya saling tumpang tindih dalam pelaksanaannya.
Perencanaan sebenarya juga merupakan titik untuk melaksanakan pengawasan.
Pengawasan yang baik adalah pengawasan yang dimulai sejak tahap perencanaan

Anda mungkin juga menyukai