Anda di halaman 1dari 14

MANAJERIAL EKONOMI

Analisis Permintaan Beras


Sebagai Komoditas Strategis Di
Makassar
Kelompok 2 :
Melda Puspitasari B2B123003
Ersa Mayora Putri Amalia B2B123007
Muh. Gendy Trialdy K. B2B123012
Anisa Nur Sa’Ban B2B123022
Introduction
Salah satu pembangunan pertanian adalah peningkatan produksi pertanian yang senantiasa diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan petani sehingga sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam
mengembangkan perekonomian Indonesia. Hal ini akan memberikan kontribusi yang besar dalam
menunjang kehidupan masyarakat
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan beras
pun semakin meningkat setiap tahunnya. Tingkat konsumsi beras di
Indonesia pada tahun 2002 mencapai 120 kg per kapita per tahun. Hal
ini, secara kebetulan, mendorong pemerintah untuk mencapai kecukupan
pangan untuk mengurangi kerentanan pangan. Upaya ekstensifikasi
untuk meningkatkan produksi padi dilakukan melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi.
Perkembangan konsumsi beras per kapita per tahun dari tahun
2006 hingga tahun 2014 menunjukkan tren penurunan yang
signifikan yaitu sebesar 11,26%. Pada tahun 2006, konsumsi
beras per kapita berada pada angka 95,85 kg per kapita per
tahun, atau mengalami penurunan rata-rata minimal 1,5% setiap
tahunnya. Pada tahun 2014, konsumsi beras sebesar 84,63 kg
per kapita per tahun. Penurunan paling ekstrim terjadi pada
tahun 2007.
Tabel 1 menunjukkan bahwa permintaan beras rata-rata meningkat dari tahun
ke tahun dengan persentase yang menurun
Methodology

Penelitian ini dilakukan di Makassar pada bulan Mei


2017. Lokasi penelitian ini ditetapkan berdasarkan
beberapa pertimbangan dimana beras merupakan
kebutuhan primer, dan kebutuhan beras di kota lebih
tinggi dibandingkan di desa. Penggunaan time series
diambil dari tahun 2011 hingga tahun 2016. Sumber data
diperoleh dari lembaga-lembaga yang mendukung
penelitian ini,
Dalam penelitian ini analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menganalisis
seluruh variabel yang diduga seperti harga beras (HB), jumlah penduduk (JP), harga
jagung (HJ) sebagai barang substitusi dan harga telur (HT) sebagai barang
komplementer. terhadap permintaan beras.

Berdasarkan model estimasi umum di atas, maka persamaan penelitian ini


dibentuk sebagai berikut :
Data yang digunakan berdistribusi normal, sehingga model regresi sebaiknya ditransformasikan
menggunakan logaritma natural (ln). Logaritma natural digunakan untuk menganalisis hubungan
linier antara variabel bebas dan variabel terikat yang pada awalnya tidak mempunyai hubungan
apapun.
Results

Hasil analisis menunjukkan skor konstanta bernilai 0,128 yang berarti jika terjadi
perubahan harga beras, pertumbuhan penduduk, harga jagung, dan harga telur
sebesar sekitar 1 poin, maka permintaan terhadap beras akan meningkat sebesar
12,8%. Harga beras (b1) menunjukkan skor koefisien sebesar 0,390, artinya
kenaikan harga beras sebesar 1% akan mempengaruhi permintaan beras sebesar
39%. Begitu pula dengan jumlah penduduk (b2) menunjukkan nilai koefisien
sebesar 0,571,
Discussion
Konteks
Dalam konteks spasial, mobilitas penduduk juga
berdampak pada perubahan jumlah penduduk,
dimana imigrasi akan menambah jumlah penduduk,
sebaliknya emigrasi akan mengurangi jumlah
Variabel Harga penduduk di suatu wilayah.

Variabel harga jagung tidak berpengaruh signifikan


terhadap permintaan beras di Kota Makassar,
meskipun menunjukkan hubungan positif terhadap
permintaan beras. Hal ini menghasilkan kesimpulan
bahwa jika harga jagung naik maka permintaan beras
juga akan meningkat.
Komoditas Pangan
Jagung dapat diposisikan sebagai salah satu
komoditas tanaman pangan utama sebagai sumber
karbohidrat kedua setelah beras, yang sangat
berperan dalam menunjang ketahanan pangan.
Subtitusi
Peran jagung telah berubah menjadi bahan baku
industri dibandingkan sebagai pangan. Kedudukan
jagung sebagai komoditas pangan utama setelah beras
menjadikannya sebagai komoditas substitusi
(substitusi) terhadap beras. Jagung menjadi alternatif
pilihan masyarakat saat harga beras naik.
Variabel terakhir dalam model ini adalah
harga telur, dimana harga telur tidak
berpengaruh signifikan terhadap permintaan
beras di Kota Makassar. Pada model analisis
harga telur, koefisien regresi bernilai positif.
Jadi bisa diartikan jika harga telur naik maka
jumlah beras yang diminta akan naik.
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah seluruh variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hasil uji F menunjukkan nilai sebesar 207,976
lebih besar dari F tabel yang berarti seluruh
variabel independen (X) yang dimasukkan ke
dalam model secara bersama-sama menunjukkan
pengaruh terhadap variabel permintaan beras di
Kota Makassar. Sedangkan hasil uji R2 sebesar
0,925 yang berarti 92,5 persen keberagaman
variabel terikat (Y) dapat dijelaskan atau dapat
dijelaskan oleh keberagaman variabel bebas (X)
dan sisanya sebesar 7,5 persen dijelaskan oleh
variabel lain. tidak termasuk dalam model. Hasil
analisis diperoleh koefisien korelasi (R)
permintaan beras sebesar 0,962 bertanda positif
dan mendekati.
Conclusion
Analisis regresi linier berganda menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara harga beras dan jumlah penduduk terhadap
permintaan beras di Makassar. Uji simultan menunjukkan bahwa
variabel independen (X) berpengaruh signifikan terhadap permintaan
beras, dan diperoleh nilai R2 sebesar 92,5% yang menjelaskan varians
variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variabel independennya
(X), dan 7,5% merupakan variabel lain yang berpengaruh signifikan
terhadap permintaan beras. tidak termasuk dalam model regresi
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai