Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DENGAN

KETERSEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN SLEMAN DAN


KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Happy Rizkiani
hpyrizkian@gmail.com

Sudrajat
sudrajatgeo@yahoo.com

Abstract
The purpose of this research are to understand changes of the agriculture land
conversion and the factors that influence, to understand the availability of food, and to
understand the effect of the agriculture land conversion to the availability of food in
Sleman and Bantul. This research uses secondary data with the observation period 2004-
2013 year in Kabupaten Sleman and Bantul. The models used in this research were the
growth analysis, calculation of food availability, crosstab analysis and analysis of
pearson corelation. Sleman and Bantul during 2004 until 2013 experienced agricultural
land conversion of rice fields as 632 hectares and 608 hectares. Factors of population,
and factor of facilities social and economic with agricultural of rice field conversion in
Sleman and Bantul have no connection between one another. The highest food surplus on
Kabupaten Sleman is in Kecamatan Pakem, and the highest food surplus on Kabupaten
Bantul occured in Kecamatan Jetis. Based on Product Moment Correlation test showed
that there was no significant relations between agricultural land conversion to
availability food in Sleman and Bantul.

Keywords: agriculture land conversion, food availability, Sleman, Bantul.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui alih fungsi lahan pertanian sawah
dan faktor yang mempengaruhinya, mengetahui ketersediaan pangan, dan mengetahui
hubungan alih fungsi lahan pertanian sawah dengan ketersediaan pangan di Kabupaten
Sleman dan Bantul. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan periode
pengamatan tahun 2004-2013. Metode yang dipergunakan adalah analisis pertumbuhan,
perhitungan ketersediaan pangan, analisis crosstab, dan uji korelasi Pearson. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman dan Bantul selama sepuluh tahun
(2004-2013) mengalami alih fungsi lahan pertanian sawah sebesar 632 hektar dan 608
hektar. Faktor jumlah penduduk, dan faktor fasilitas sosial dan ekonomi dengan alih
fungsi lahan pertanian sawah di Kabupaten Sleman dan Bantul memiliki hubungan yang
tidak saling mempengaruhi. Kecamatan yang memiliki surplus ketersediaan pangan
tertinggi adalah Kecamatan Pakem di Kabupaten Sleman dan Kecamatan Jetis di
Kabupaten Bantul. Berdasarkan uji Korelasi Product Moment didapatkan bahwa tidak
ada hubungan signifikan antara alih fungsi lahan pertanian sawah dengan ketersediaan
pangan di Kabupaten Sleman dan Bantul.

Kata Kunci : Alih fungsi lahan pertanian, ketersediaan pangan, Sleman, Bantul.

1
PENDAHULUAN dalam penelitian ini, diantaranya adalah
mengetahui besar alih fungsi lahan
Kabupaten Sleman dan Kabupaten pertanian sawah dan faktor yang
Bantul merupakan dua kabupaten yang mempengaruhinya, mengetahui keterse-
ada di wilayah DIY yang berbatasan diaan pangan, dan mengetahui keter-
langsung dengan Kota Yogyakarta. kaitan antara fenomena alih fungsi lahan
Perkembangan wilayah Kabupaten pertanian sawah ke non pertanian sawah
dengan ketersediaan pangan yang ada di
Sleman dan Kabupaten Bantul terjadi
Kabupaten Sleman maupun Kabupaten
cukup pesat sebagai dampak dari Bantul.
pembangunan Kota Yogyakarta. Hal ini
mengakibatkan banyak ditemukan METODE PENELITIAN
fenomena konversi lahan pertanian di
Penelitian ini menggunakan data
dua kabupaten tersebut. Konversi lahan
sekunder dengan periode pengamatan
atau alih fungsi lahan dapat diartikan
tahun 2004-2013 di setiap kecamatan di
sebagai suatu perubahan fungsi kawasan
Kabupaten Sleman dan Bantul,
lahan dari fungsinya semula, menjadi
D.I.Yogyakarta. Metode yang diper-
fungsi lain yang dapat menimbulkan
gunakan adalah analisis model laju
dampak atau masalah terhadap
pertumbuhan alih funngsi lahan
lingkungan dan potensi lahan (Utomo,
pertanian secara parsial, perhitungan
1992).
ketersediaan pangan, analisis crosstab
Berdasarkan data BPS menun- dan uji korelasi Product Moment
jukkan telah terjadi alih fungsi lahan Pearson.
sawah sebesar 632 hektar di Kabupaten
Analisis model laju alih fungsi
Sleman dari tahun 2004 hingga tahun
lahan pertanian secara parsial oleh
2013. Tidak jauh berbeda dengan
Sutandi dalam Astuti (2011) dapat
Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul
dijelaskan sebagai berikut :
dari tahun 2004 hingga tahun 2013 (𝐿𝐿𝐿𝐿−(𝐿𝐿𝐿𝐿−1))
mengalami pengurangan lahan pertanian V= (𝐿𝐿𝐿𝐿−1)
𝑥𝑥 100%
sawah sebesar 608 hektar. Sebagian Keterangan :
besar daerah Kabupaten Sleman yang V = Laju konversi lahan (%)
dahulunya merupakan lahan pertanian Lt = Luas lahan saat ini/tahun ke-t (ha)
sawah, dalam rentan waktu beberapa Lt-1=Luas lahan tahun sebelumnya (ha)
tahun telah banyak berubah menjadi
lahan non pertanian sawah. Sedangkan untuk menganalisi
faktor yang mempengaruhi terjadinya
Maraknya fenomena alih fungsi
alih fungsi lahan pertanian, digunakan
lahan yang terjadi berakibat pada
semakin sedikit lahan sawah yang metode crosstab/tabulasi silang. Analisis
tersedia untuk memproduksi padi. ketersediaan pangan dilakukan dengan
Keadaan ini juga berdampak pada membandingkan kebutuhan pangan
penurunan ketersediaan pangan di (konsumsi) dan produksi pangan.
kemudian hari. Untuk menanggapi Ketersediaan beras dapat diketahui
keadaan ini dibuat beberapa tujuan dengan menghitung persediaan beras

2
dikurangi dengan kebutuhan beras korelasi Product Moment Pearson akan
(Listyaningsih, 2013). Persediaan Beras didapatkan koefisien korelasi yang
dihitung dengan menggunakan rumus : menunjukkan keeratan hubungan antara
dua variabel tersebut. Nilai koefesien
P net = P x [1-(B+Pk+T)] korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau
Produksi Netto Beras : P Prod 0 sampai -1. Semakin mendekati 1 atau -
= P net x C 1 maka hubungan semakin erat, dan
Dengan : sebaliknya jika mendekati 0 maka
B = nilai bibit dengan konversi hubungan semakin lemah (Priyatno,
(0,0088) 2012). Nilai korelasi juga dapat
Pk = nilai PAKAN dengan konversi digolongkan menjadi 5 tingkatan
(0,02) hubungan. Sugiyono dalam Nugroho
T = nilai padi yang tercecer dengan (2011) menggolongkan kekuatan
konversi (0,054) korelasai (r) sebagai Tabel berikut :
C = nilai konversi padi menjadi beras
(0,632) Tabel 1. Tingkat Hubungan
Berdasarkan Kekuatan Korelasi (r)
Interval Tingkat
Sedangkan Kebutuhan beras dihitung No.
Koefisien Hubungan
dengan cara mengalikan jumlah 1 0,00-0,199 Sangat Rendah
penduduk dengan kebutuhan rata-rata
2 0,20-0,399 Rendah
pangan beras perkapita. Kebutuhan
3 0,40-0,599 Sedang
pangan beras perkapita yang digunakan
4 0,60-0,799 Kuat
dalam perhitungan adalah kebutuhan
pangan perkapita sehari Provinsi Daerah 5 0,80-1,00 Sangat Kuat
Istimewa Yogyakarta tahun 2013, yaitu Sumber: Sugiyono dalam Nugroho (2011)
sebesar 726,01 Kkal. Nilai ini dikonversi
dulu menjadi satuan gram, dengan hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
sebesar 181,50 gram.
Analisis keterkaitan ketersediaan Penggunaan lahan secara umum
pangan terhadap besar alih fungsi lahan dapat digolongkan menjadi dua bagian
pertanian dilakukan dengan menggu- besar, yaitu penggunaan lahan pertanian
nakan crosstab/tabulasi silang. Dengan dan penggunaan lahan non pertanian.
menggunakan analisis tabel silang Lahan pertanian dalam penelitian ini
keterkaitan dan pola hubungan antara terdiri dari lahan sawah yang
ketersediaan pangan terhadap besar alih menghasilkan produksi padi.
fungsi lahan di setiap kecamatan dapat Penggunaan lahan sawah di setiap
digambarkan dan dideskripsikan. Untuk kecamatan di Kabupaten Sleman secara
memperkuat hasil analisis keterkaitan umum mengalami penurunan.
ketersediaan pangan terhadap besar alih Kabupaten Sleman memiliki luas lahan
fungsi lahan pertanian juga diuji sawah seluas 23.255 hektar pada tahun
menggunakan uji korelasi Product 2004 dan selama sepuluh tahun terjadi
Moment Pearson. Hasil perhitungan dari penurunan luas lahan sawah sebesar 632

3
hektar, yaitu menjadi 22.623 hektar pada pertumbuhan luas lahan sawah sebesar
tahun 2013. Sedangkan Kabupaten (46,68%), Kecamatan Srandakan
Bantul memiliki luas lahan sawah (7,64%), Kecamatan Bambanglipuro
sebesar 16.079 hektar dan kemudian (1,29%), Kecamatan Kretek (0,67%),
berubah menjadi 15.471 hektar pada dan Kecamatan Pandak (0,11%).
tahun 2013. Pertambahan luas lahan pertanian dapat
terjadi karena adanya pencetakan lahan
Kabupaten Sleman memiliki sawah baru pada lahan tegalan/ladang
tingkat laju alih fungsi lahan pertanian ataupun pada lahan-lahan yang kurang
sawah negatif, yang berarti seluruh produktif, seperti yang terjadi di
kecamatan di Kabupaten Sleman Kecamatan Dlingo. Pencetakan lahan
mengalami pengurangan luas lahan sawah di Kecamatan Dlingo banyak
sawah. Apabila dihitung tingkat dilakukan dengan cara melakukan
pertumbuhan rata-rata per tahun, pembangunan saluran-saluran irigasi
Kabupaten Sleman memiliki penyusutan baru. Pencetakan lahan sawah baru dapat
lahan sawah sebesar (-2,72%). digunakan sebagai salah satu program
Kecamatan Depok adalah kecamatan untuk menahan derasnya alih fungsi
dengan laju penyusutan lahan sawah lahan.
terbesar di Kabupaten Sleman, yaitu (-
10,93%), disusul Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman yang
sebesar (-8,71%), dan Kecamatan berbatasan langsung dengan Kota
Gamping sebesar (-4,51%). Yogyakarta dengan pusat perkembangan
daerah yang sangat tinggi
Tidak berbeda jauh dengan mengakibatkan pembangunan
Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul cenderung menular dan mengarah ke
juga memiliki tingkat laju alih fungsi kabupaten Sleman. Tingginya tingkat
lahan pertanian sawah yang negatif. pembangunan mengurangi lahan per-
Berdasarkan hasil olah data BPS tanian yang ada disana. Pembangunan
Kabupaten Bantul mengalami lahan terbangun dianggap lebih men-
penyusutan lahan sawah sebanyak (- janjikan keuntungan besar bagi warga
3,78%) selama sepuluh tahun (2004- Sleman.
2013). Kecamatan Banguntapan
memiliki laju penyusutan lahan paling Kabupaten Bantul jika dilihat
tinggi di Kabupaten Bantul yaitu sebesar berdasarkan posisi geografisnya, terletak
(-18,45%), diikuti Kecamatan Kasihan (- dibagian paling selatan Daerah Istimewa
14,01%), dan Kecamatan Piyungan (- Yogyakarta berbatasan langsung dengan
12,92%). Meskipun sebagian besar pantai selatan Pulau Jawa. Sedangkan
penggunaan lahan sawah di Kabupaten jalur utama lalu lintas antar daerah
Bantul mengalami penyusutan, ada lima terletak hanya di bagian utara wilayah
kecamatan yang mengalami Kabupaten Bantul. Keadaan ini
pengembangan luas lahan sawah, yaitu mengakibatkan percepatan
Kecamatan Dlingo dengan laju pembangunan dan perkembangan

4
wilayah di mulai di bagian utara yang Ketersediaan Pangan di Kabupaten
kemudian merambah ke bagian selatan Sleman dan Bantul Tahun
2004-2013
wilayah Kabupaten Bantul. 120000
Kabup
Banyak faktor yang 100000 aten
80000 Sleman
mempengaruhi terjadinya alih fungsi
lahan pertanian. Dalam penelitian ini 60000 Kabup
aten
dirumuskan 2 faktor besar yang 40000 Bantul
mempengaruhi alih fungsi lahan 20000
pertanian, yaitu faktor jumlah penduduk, Ton 0
dan faktor fasilitas sosial dan ekonomi. 2004 2008 2012
Asumsi yang digunkana dalam kedua
Gambar 1. Grafik Ketersediaan Pangan
faktor ini adalah semakin tinggi faktor di Kabupaten Sleman dan Bantul Tahun
jumlah penduduk atau faktor fasilitas 2004-2013
sosial dan ekonomi yang ada pada suatu
Kabupaten Sleman dan Bantul
wilayah, semakin tinggi pula besar
memiliki ketersediaan pangan yang
konversi laha pertanian yang terjadi dan
selalu surplus dari tahun 2004 hingga
sebaliknya. Asumsi ini dibangun karena
2013. Keadaan ini membawa kedua
peningkatan jumlah penduduk, dan juga
kabupaten tersebut menjadi lumbung
jumlah fasilitas sosial dan ekonomi pasti
padi bagi D.I.Yogyakarata. Kabupaten
membutuhkan ruang atau lahan.
Sleman selama sepuluh tahun (2004-
Secara keseluruhan berdasarkan 2013) mengalami ketersediaan pangan
hasil uji crosstab, didapatkan hasil terendah di tahun 2011 sebanyak 61.542
bahwa faktor jumlah penduduk, dan ton, dan ketersediaan pangan tertingi ada
faktor fasilitas sosial dan ekonomi di di tahun 2012, sebanyak 107.474 ton.
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Sedangkan di Kabupaten Bantul
Bantul memiliki hubungan yang tidak ketersediaan pangan tertinggi ada pada
saling mempengaruhi. Beberapa daerah tahun 2009 sebanyak 66.749 ton, dan
yang mengalami konversi lahan ketersediaan pangan terendah ada pada
pertanian sawah tinggi tidak memiliki tahun 30.069 ton (lihat Gambar 1.)
jumlah penduduk dan jumlah fasilitas
Untuk mengetahui hubungan
sosial dan ekonomi yang tinggi, dan
antara besar konversi lahan pertanian
sebaliknya seperti halnya pada dengan ketersediaan pangan di
Kecamatan Tempel, Ngemplak, Pakem Kabupaten Sleman maupun bantul
di Kabupaten Sleman, dan Kecamatan digunakan crosstab dan uji korelasi
Piyungan di Kabupaten Bantul. Product Moment Pearson untuk
menganalisisnya.

5
Tabel 2. Kelas Lahan Sawah Terkonversi Terkonversi dengan Ketersediaan
Menurut Kelas Ketersediaan Pangan Pangan di Kabupaten Bantul.
Kabupaten Sleman
Luas Lahan Ketersedi
Jumlah Fasilitas Perhotelan Sawah aan
Luas
(Fasilitas) Jumlah Terkonversi Pangan
Lahan
No.
Sawah <75.000 ≤40.000 >40.000 Selama Tahun
(Ha) Tahun 2013
F (%) F (%) F (%) F (%)
2012-2013 (Ton)
Berkurang (Hektar)
1 0 0 2 11,8 7 41,2 9 52,9
< 21
Berkurang Luas Lahan Pearson
2 1 5,9 1 5,9 5 29,4 7 41,2 1 ,578
21-72 Sawah Correlation
Berkurang Terkonversi Sig. (2-
3 0 0 0 0 1 5,9 1 5,9 ,015
> 72 Selama Tahun tailed)
Jumlah 1 5,9 3 17,6 13 76,5 13 100 2012-2013
(Hektar) N 17 17
Sumber : Analisa data sekunder Pearson
Ketersediaan ,578 1
Correlation
Pangan
Berdasarkan hasil olah data Tahun 2013
Sig. (2-
,015
menggunakan metode crosstab, tailed)
(Ton)
N 17 17
didapatkan bahwa dominasi kecamatan
di Kabupaten Sleman memiliki surplus Sumber : Analisis data sekunder
pangan lebih dari 40 ribu ton dan
mengalami konversi lahan sawah kurang Dapat diketahui dari korelasi
dari 21 hektar. Terdapat 7 kecamatan antara luas lahan sawah terkonversi
yang tergolong pada klasifikasi ini, yaitu dengan ketersediaan pangan didapatkan
Kecamatan Moyudan, Seyegan, Godean, hasil pegujian signifikan (Sig 2-tailed)
Berbah, Prambanan, Sleman, dan sebesar 0,015. Karena Signifikansi >
Cangkringan. Hampir seluruh 0,05 maka Ho diterima. Jadi dapat
kecamatan di Kabupaten Sleman disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
memiliki ketersediaan pangan yang antara luas lahan sawah terkonversi
surplus, yaitu sebanyak 16 kecamatan. dengan ketersediaan pangan.
Diantara ke 16 kecamatan tersebut Tingginya hasil produksi padi di
terdapat 1 kecamatan yang mengalami Kabpaten Sleman tidak terlepas dari
konversi lahan sawah tertinggi, yaitu peran dan kinerja dari berbagai pihak.
Kecamatan Tempel. Produksi padi yang Baik itu dari pihak Dinas Pertanian,
tinggi dengan kebutuhan pangan yang Perikanan dan Kehutanan Kabupaten
masih rendah, membuat Kecamatan Sleman, BPTP DIY, berbagai perguruan
Tempel tetap mengalami surplus pangan tinggi, lembaga penelitian bidang
yang tinggi meskipun telah terjadi pertanian, BUMN, serta kesadaran para
konversi lahan sawah disana. petani dalam menerapkan teknologi.
Penerapan teknologi salah satunya
Output Correlation pada Tabel.2. adalah dalam hal pengendalian hama
di atas menjelaskan tentang nilai untuk meningkatkan produksi padi, dan
koefisien korelasi dan nilai signifikansi juga melalui pemilihan varietas padi
antara variabel luas lahan sawah unggul dengan produktivitas yang tinggi.
terkonversi dengan ketersediaan pangan Varietas padi unggul dengan
di Kabupaten Sleman. produktivitas tinggi yang digunakan
salah satunya adalah Padi Varietas
Menur. Padi Varietas Menur ini
Tabel 3. Output Hasil Analisis Korelasi memiliki umur yang lebih pendek, dan
Pearson antara Luas Lahan Sawah jumlah rumpun yang lebih banyak,

6
sehingga bulir beras yang dihasilkan Terkonversi dengan Ketersediaan
juga semakin banyak (Priyadi K, 2014). Pangan di Kabupaten Bantul.

Tabel 4. Kelas Lahan Sawah Terkonversi Luas Lahan Keterse


Menurut Kelas Ketersediaan Pangan Sawah di-aan
Kabupaten Bantul Terkonversi Pangan
Selama Tahun
Jumlah Fasilitas Perhotelan
Luas Tahun 2012- 2013
(Fasilitas) Jumlah
Lahan 2013 (Ton)
No.
Sawah <20.000 ≤25.000 >25.000 (Hektar)
(Ha) F (%) F (%) F (%) F (%) Luas Lahan Pearson
1 ,179
Berkurang Sawah Correlation
1 0 0 2 11,8 3 17,6 5 29,4 Terkonversi
< 239 Sig. (2-tailed) ,491
Berkurang Selama
2 2 11,8 2 11,8 6 35,3 10 58,8
≤176 Tahun 2012-
Berkurang 2013 N 17 17
3 0 0 1 5,9 1 5,9 2 11,8
> 176 (Hektar)
Jumlah 2 11,8 3 17,6 13 58,8 17 100 Ketersediaan Pearson
,179 1
Pangan Correlation
Sumber : Analisa data sekunder
Tahun 2013 Sig. (2-tailed) ,491
(Ton) N 17 17
Analisis dengan metode yang
sama juga di lakukan di Kabupaten Sumber : Analisis data sekunder
Bantul. Berdasarkan hasil analisis
crosstab pada Tabel 3. diperoleh hasil Output Correlation pada Tabel 4.
bahwa dominasi kecamatan di di atas menjelaskan tentang nilai
Kabupaten Bantul memiliki surplus koefisien korelasi dan nilai signifikansi
pangan lebih dari 25 ribu ton dan antara variabel luas lahan sawah
mengalami kunversi luas lahan sawah terkonversi dengan ketersediaan pangan
kurang dari sama dengan 176 hektar. di Kabupaten Bantul. Dapat dilihat hasil
Terdapat 6 kecamatan yang tergolong dari pegujian signifikan didapatkan nilai
dalam klasifikasi ini, yaitu Kecamatan (Sig 2-tailed) sebesar 0,491. Karena
Sanden, Pundong, Bantul, Jetis, Sewon, Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima.
dan Sedayu. Jadi dapat disimpulakn bahwa tidak ada
Kabupaten Bantul memiliki 10 hubungan antara luas lahan sawah
kecamatan yang memiliki surplus terkonversi dengan ketersediaan pangan.
pangan lebih dari 25 ribu ton selama
sepuluh tahu (2004-2013). Dari 10 Secara keseluruhan berdasarkan
kecamatan tersebut terdapat satu hasil uji Korelasi Product Moment
kecamatan yang mengalami konversi didapatkan bahwa tidak ada hubungan
lahan sawah tertinggi hingga mencapai signifikansi antara alih fungsi lahan
lebih dari 100 hektar, kecamatan tersebut pertanian sawah dengan ketersediaan
adalah Kecamatan Piyungan. Walaupun pangan di Kabupaten Sleman dan
konversi lahan pertanian tinggi terjadi
Bantul. Keadaan ini tentunya tidak
disana, Kecamatan Piyungan tetap
memiliki surplus pangan yang tinggi. sesuai dengan teori umum yang telah
berkembang, bahwa penurunan luas
lahan pertanian sawah akan
mempengaruhi luas panen, dan
berpengaruh pada penurunan hasil
Tabel 5. Output Hasil Analisis Korelasi produksi yang dihasilkan. Akan tetapi
Pearson antara Luas Lahan Sawah keadaan yang terjadi malah sebaliknya,

7
baik Kabupaten Sleman maupun Bantul Sleman adalah Kecamatan
memiliki produktivitas hasil pertanian Pakem dan Kecamatan yang
yang meningkat, meskipun telah terjadi memiliki surplus ketersediaan
penurunan luas lahan pertanian. Hal pangan tertinggi di Kabupaten
seperti bisa terjadi karena adanya Bantul adalah Kecamatan Jetis.
intensifikasi pertanian yang baik salah 3. Berdasarkan uji Korelasi Product
satunya berupa peningkatan frekuensi Moment didapatkan bahwa tidak
panen. Selain itu sarana dan prasaran ada hubungan signifikans antara
produksi yang baik, dapat menunjang alih fungsi lahan pertanian sawah
untuk menaikkan produksi padi saat dengan ketersediaan pangan di
panen, seperti penggunaan bibit varietas Kabupaten Sleman dan Bantul.
unggul, penggunaan saprodi (pupuk Kabupaten Sleman dan Bantul
organik dan peralatan produksi) yang memiliki produktivitas pertanian
memadai, dan juga ketersediaan saluran yang meningkat, meskipun telah
irigasi sekunder dan tersier yang baik. terjadi penurunan luas lahan
pertanian. Hasil ini bisa terjadi
KESIMPULAN karena adanya intensifikasi
pertanian yang baik salah satunya
1. Alih fungsi lahan pertanian melalui peningkatan frekuensi
sawah di Kabupaten Sleman dan panen.
Bantul selama sepuluh tahun
(2004-2013) terjadi sebesar 632 DAFTAR PUSTAKA
hektar dan 608 hektar, kecamatan
yang mengalami alih fungsi Astuti. Keterkaitan Harga Lahan
pertanian terbesar di Kabupaten Terhadap Laju Konversi Lahan
Pertanian di Hulu Sungai
Bantul adalah Kecamatan
Ciliwung kabupaten Bogor.
Tempel (150 ha), sedangkan di Bogor. Skripsi. Fakultas
Kabupaten Bantul adalah Ekonomi dan Manajemen IPB.
Kecamatan Banguntapan (260 Bogor.
ha). Berdasarkan hasil analisis
Listyaningsih. 2013. Modul Praktikum
crosstab faktor jumlah
Perencanaan Kependudukan.
penduduk, dan faktor fasilitas Yogyakarta : Lab. Kepen-
sosial dan ekonomi dengan alih dudukan dan Tenaga Kerja,
fungsi lahan pertanian sawah di Fakultas Geografi UGM.
Kabupaten Sleman dan Bantul
Nugroho, Y. 2011. It’s Easy... Olah Data
tidak saling mempengaruhi. dengan SPSS. Yogykarta : PT.
2. Kabupaten Sleman dan Bantul Skripta Media Creative.
memiliki ketersediaan pangan
surplus di sepanjang tahun Priyadi K. 2014. Klomtan Ngudi
Pemkab Sleman : Makmur Panen
(2004-2013). Kecamatan yang
Padi Menur dengan Tapak
memiliki surplus ketersediaan Macan. http://www.slemankab.g
pangan tertinggi di Kabupaten o.id/6504/klomtan_ngudi_

8
makmur_panen_padi_menur_de
ngan_tapak_macan.slm (Diakses
oleh : Happy Rizkiani, pada 1
Juni 2015).
Priyatno, D. 2012. Cara Kilat Belajar
Analisis Data dengan SPSS 20.
Yogyakarta: Andi offset.
Utomo. (1992). Pembangunan dan Alih
Fungsi Lahan. Lampung:
Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai