Anda di halaman 1dari 27

Dinamika Politik

Pada Pemilukada Serentak Tahun


2018
Dr. H. Machwal Huda, M.Si
Dekan FISIPOL Universitas Darul ‘Ulum Jombang

www.company.com
Pemilukada Serentak
Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala
daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik
1 tertentu, gabungan partai politik atau secara independen dan yang
telah memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131).

Pasca Reformasi, demokrasi Indonesia mengalami perkembangan


yang sangat pesat. Peningkatan partisipasi publik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara disalurkan melalui pengaturan mekanisme
yang semakin mencerminkan prinsip keterbukaan dan persamaan
2 bagi segenap warga Negara. Salah satu bentuknya adalah
pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada).

www.company.com
Perkembangan Pelaksanaan
Pilkada di Indonesia

Dalam pemilihan kepala daerah seperti gubernur, bupati dan walikota


sejak Indonesia merdeka sebelum tahun 2005 hanya dipilih melalui
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat.

Namun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat
melalui Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni
2005.

Kemudian pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai


penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.

www.company.com
Perkembangan Pelaksanaan
Pilkada di Indonesia

Pada tahun 2014, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Republik Indonesia


(DPR-RI) mengangkat isu terkait pemilihan kepala daerah secara tidak
langsung. Sidang Paripurna DPR-RI pada tanggal 24 September 2014
memutuskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dikembalikan secara tidak
langsung, atau kembali dipilih oleh DPRD.

Tetapi pada tanggal 17 Februari 2015 DPR mengesahkan UU No. 1 tahun


2015 tentang pilkada. Disahkannya UU Pilkada, maka rakyat Indonesia
tetap dapat memilih langsung kepala daerah masing-masing.

www.company.com
Makna Penting Pilkada Serentak bagi
Demokratisasi di tingkat Lokal

1 Pilkada mewujudkan pemerintahan daerah yang efektif

2 Melembagakan dan memperdalam demokrasi lokal

Pilkada bukan sekadar demokrasi ritual yang memuja prosedur politik


3 melegitimasi penguasa, melainkan bagian dari pendidikan politik rakyat.

4 Pilkada harus menghasilkan kepala daerah yang berkualitas dan dekat


dengan rakyat
Pilkada merupakan upaya pemimpin politik setempat mempertajam daya empati

5 terhadap kehendak dan keprihatinan rakyat guna membuat kebijakan yang


berpihak kepada kepentingan publik.

www.company.com
Makna Penting Pilkada Serentak bagi
Demokratisasi di tingkat Lokal

Pilkada merupakan instrumen untuk Aktualisasi representasi


kepentingan lokal sehingga kebijakan di daerah lebih eksplisit berpihak
6 pada interest spesifik rakyat

Pilkada sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing

7 kemandirian daerah sesuai keunggulan dan kearifan wilayah

www.company.com
Pilkada Serentak 2015

www.company.com
Pilkada Serentak 2017

www.company.com
Pilkada Serentak 2018

2018

171 Daerah yang Menggelar


Pilkada Serentak 2018

www.company.com
Pilkada Serentak 2018 Di Wilayah Jawa Timur
Kab. Jombang
Kab. Bojonegoro Kota Mojokerto Kab. Sampang
Kab. Nganjuk Kab. Pamekasan
Ada 18 Kabupaten Kab. Bangkalan

dan Kota Di Jawa


Timur yang akan Kab. Madiun
9 8 7
menyelenggarakan
Pilkada Serentak 12

tahun 2018 yang 11 Kota Probolinggo


17 Kab. Bondowoso
bersamaan dengan 13
10
Pemilihan Gubernur 18
16 2
Kab. 4
dan Wakil Magetan 14
6
Gubernur Jawa 5
1
Timur. Salah 15 3
Satunya Kabupaten Daerah yang Menggelar
Jombang
Pilkada Serentak 2018
Kota
Kota Madiun Kota Malang Kab. Probolinggo
Kediri

Kab. Lumajang
Kab. Tulungagung

www.company.com
Dinamika Pilkada Serentak 2015-2017:
Fenomena Calon Tunggal

Salah satu fenomena politik dalam Pilkada Serentak tahun 2015 dan 2017
adanya calon tunggal. Pada tahun 2015, calon tunggal salah satunya terjadi di
Kabupaten Blitar dan tahun 2017 salah satunya di Kabupaten Pati, Jawa
Tengah

Fenomena Calon Tunggal dalam Pilkada Serentak semakin memperoleh


momentum sejak adanya putusan MK Nomor 100/PUU-XIII/2015 tentang
Pemilihan Kepala Daerah dengan Hanya Satu Pasangan Calon

Fenomena Calon Tunggal seyogyanya cukup kontradiktif dengan


prinsip umum demokrasi yang menekankan pada aspek
kompetitiviness (Baker in Hayness, 2001, Andreev, 2005, Altman and
Perez-Linan, 2002)

www.company.com
Dinamika Pilkada Serentak 2015-2017:
Fenomena Calon Tunggal
Dalam sebuah pemilihan, pemilih dihadapkan pada satu pasangan
calon, maka tidak terjadi praktik “competitive struggle” atau dalam
kajian Kualitas Demokrasi belum memenuhi prinsip competitiviness.

Ada beberapa pihak yang berkontribusi pada Fenomena Calon Tunggal:


1.Elit Partai di Tingkat Nasional
2.Elit Partai di Tingkat Lokal
3.Kegagalan Kaderisasi Parpol
4.Putusan MK Nomor 100/PUU/XIII/2015

www.company.com
Dinamika Pilkada Serentak 2015-2017:
Fenomena Dinasti Politik

1 2 3
Fenomena dinasti Secara harfiah, dinasti Elit elit yang bertahan ternyata memiliki
jaringan pribadi yang kuat hingga ke
politik di tingkat politik dapat dipahami bawah. Jaringan tersebut bahkan lebih
lokal muncul sebagai strategi politik bermanfaat untuk mengamankan
setelah penerapan untuk tetap menjaga dukungan daripada partai politik.
pemilihan kepala Bahkan beberapa elit memiliki
kekuasaan dengan cara kecenderungan membangun dinasti
daerah secara
mewariskan kekuasaan politik lokal di daerah mereka. Kedua,
langsung di
Indonesia pada yang telah digenggam pilkada langsung membuka
kecenderungan dimana eksekutif di
tahun 2004 maupun kepada orang lain yang tingkat lokal lebih kuat dan dominan
implementasi masih merupakan dari legislative yang pada akhirnya
otonomi daerah kalangan sanak keluarga. membuat mekanisme check and
tahun 2001. balances kurang efektif (Buehler,
2010:280)

www.company.com
Dinamika Pilkada Serentak 2015-2017:
Fenomena Dinasti Politik

Sumber: Wasisto Rahardjo Djati, 2013

www.company.com
Dinamika Pilkada Serentak 2015-2017:
Fenomena Monopoli Dukungan Parpol

Dalam kontestasi politik, keberadaan partai politik menjadi sangat


penting sebagai kendaraan politik calon untuk menjangkau para pemilih.
Partai politik juga bersifat kompetitif dalam hal ideologi, visi misi, serta
tawaran program bagi masyarakat.

Pada pilkada serentak tahun 2015 di 5 kabupaten/kota di Jawa Timur


yang terdiri dari Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Lamongan,
Kabupaten Tuban, Kabupaten Ngawi dan Kota Blitar. Di daerah
tersebut, calon incumbent memperoleh dukungan dari mayoritas partai
politik yang ada dan tidak ada calon lain yang didukung partai politik
kecuali dari jalur independen. Berdasar hasil pilkada yang dirilis KPU
di daerah tersebut menunjukkan bahwa monopoli dukungan partai
politik berkontribusi pada kemenangan calon incumbent yang
mayoritas mencapai di atas 60 persen.

www.company.com
Dinamika Pilkada Serentak 2015-2017:
Fenomena Monopoli Dukungan Parpol

Monopoli dukungan partai politik terhadap salah satu calon tentunya akan menutup
kesempatan bagi calon lain untuk bersaing melalui jalur partai politik. Sehingga di
beberapa daerah tersebut terdapat indikasi bahwa calon independen yang muncul
sebagai pesaing merupakan calon yang sengaja disetting agar pilkada tetap berjalan
sesuai rencana. Selain itu, monopoli dukungan juga mereduksi semangat kompetisi
dalam demokrasi, pun masyarakat tidak memiliki banyak pilihan untuk menentukan
calon sesuai visi, misi, program, ideologi maupun track record.

Monopoli dukungan partai politik makin memperoleh momentum ketika


Mahkamah Konstitusi menolak permohonan judicial review terhadap Pasal 40
Ayat 1 Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota.

www.company.com
Dinamika Pilkada Serentak 2015-2017:
Fenomena Monopoli Dukungan Parpol

Kajian tentang oligarkhi yang dikemukakan oleh Richard Robinson (2004) dan
Jeffrey Winters (dalam Aspinall ; 2014) menyatakan bahwa aktor yang kaya
mendominasi proses demokrasi di Indonesia dan memunculkan adanya
patronase dalam politik. Sedangkan, Saiful Mujani dan William Liddle (2012)
mengemukakan bahwa kompetisi elektoral cenderung pada mesin partai dan
figur kandidat.

www.company.com
Pilkada Serentak Kabupaten Jombang Tahun 2018

1
Dalam konteks demokrasi lokal, pemilihan kepala daerah merupakan
salah satu instrumen demokratisasi dan sebagai upaya dalam mencari
pemimpin daerah yang berkualitas

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara prinsip tidak bisa lepas


dari pijakan dasarnya terkait penyelenggaraan pemerintahaan daerah
yang menggunakan
prinsip otonomi daerah.
2
3
Pada tahun 2018 mendatang, Kabupaten Jombang menjadi salah satu
daerah yang akan menjadi bagian Pilkada Serentak untuk memilih
Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur.

www.company.com
Realitas Politik di Kabupaten Jombang

Kabupaten Jombang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur


yang memiliki posisi strategis dalam segala aspek terutama politik.
Selain itu, partisipasi politik di Kabupaten Jombang yang cukup tinggi
ditunjang dengan kultur masyarakat yang cenderung heterogen
membuat kabupaten ini semakin menguatkan posisinya dalam
perpolitikan di tingkat lokal maupun nasional.

Realitas di Kabupaten Jombang, Partisipasi masyarakat pada


beberapa pemilihan umum umumnya selalu pada angka yang
cukup positif.

www.company.com
Realitas Politik di Kabupaten Jombang

Sebagai salah satu Kabupaten yang memiliki posisi sangat strategis


dalam perpolitikan baik di tingkat lokal maupun nasional, Peta
Kekuatan Politik Kab. Jombang cukup dinamis.

Berdasar dari hasil pemilihan umum dari tahun ke tahun, peta


Kekuatan Politik di Kabupaten Jombang cenderung berubah. Namun
disinilah letak competitiveness dalam pemilu sebagai ukuran quality of
democracy.

www.company.com
Perkembangan Pelaksanaan Pilkada
di Kabupaten Jombang (Tahun 2008)

Nyono Suharli W. dan


241.678 38%
Abdul Halim Iskandar

Suharto dan
36.782 6%
H.M. Mudjib Mustain

Suyanto dan
353.255 56%
Widjono Soeparno

www.company.com
Perkembangan Pelaksanaan Pilkada
di Kabupaten Jombang (Tahun 2014)

Munir Al-Fanani dan


38.039 5,64 %
Hj. Wiwik Nuriyati

Widjono Soeparno dan


234.819 34.82 %
Sumrambah

Nyono Suharli W. dan Hj.


401.576 59,54 %
Mundjidah Wahab

www.company.com
Faktor- Faktor Yang Menentukan Pilihan Politik

Sejauh mana Orientasi Politik Individu terhadap sistem politik secara


keseluruhan termasuk di dalamnya partai politik, aktor maupun elit
politik.

Isu seputar kandidiat dari suatu partai maupun isu- isu di internal partai
politik tersebut.

Kepribadian, gaya hidup dan performa dari partai maupun kandidat


partai.

www.company.com
Langkah Strategis Meraih Dukungan

1 Memahami Profil Daerah

2 Strategi Dukungan
3 Pemetaan Pemilih
4 Orientasi Pemilih
5 Pemupukan Dukungan

www.company.com
Agenda Perubahan Sebagai Daya Tarik

1 Pemberantasan Korupsi

2 Penciptaan Lapangan Pekerjaan

3 Subsidi Pendidikan
4 Infrastruktur
5 Perubahan Sosial

www.company.com
Menyongsong Pilkada Serentak
Kabupaten Jombang

1
Optimalisasi Peran Partai Politik dalam Kaderisasi Politik. Agar tidak
terjadi berbagai fenomena seperti calon tunggal, politik dinasti maupun
monopoli dukungan. Serta memperbanyak preferensi pemilih.

2
Melakukan Pendekatan- Pendekatan baik secara Psikologis, Sosiologis
maupun Rasional dalam rangka mempengaruhi voting behaviour pemilih
di Kabupaten Jombang yang cenderung heterogen.

3
Memaksimalkan konsolidasi- konsolidasi politik di tataran grasroots
sebagai upaya menjaga soliditas mesin partai maupun jejaring politik di
tingkat akar rumput.

www.company.com
Menyongsong Pilkada Serentak
Kabupaten Jombang

4
Meminimalisir kendala teknis dan administrasi pada penyelenggaraan
pemilihan umum kepala daerah agar tingkat partisipasi politik
masyarakat tetap berada pada angka yg positif.

5
Sinergi antar berbagai elemen untuk menjaga harmonisasi politik maupun
kondusifitas wilayah dalam menyongsong pilkada serentak kabupaten
Jombang tahun 2018.

www.company.com

Anda mungkin juga menyukai